ANALISA VARIASI BENTUK JET NEEDLE KARBURATOR PADA MOTOR4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E 100 DENGAN SISTEM REMAPPING PENGAPIAN CDI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

REMAPING PENGAPIAN CDI PROGRAMMABLE DENGAN VARIASI DURASI CAMSHAFT PADA MOTOR 4 TAK 125 CC BAHAN BAKAR E 100. Abstrak


UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA MODIFIKASI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK 110cc

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REMAPPING PENGAPIAN PROGRAMMABLE CDI DENGAN PERUBAHAN VARIASI TAHANAN IGNITION COIL PADA MOTOR BAKAR 4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E-100

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN STANDARD CAMSHAFT DAN AFTER MARKET CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC

Jurnal Teknik Mesin UMY

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN CDI RACING TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC TAHUN 2009

PENGARUH PENGGUNAAN CDI PREDATOR DUAL MAP TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

ARTIKEL. Analisa Pengaruh Jenis Pegas, Roller Terhadap Torsi Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Matic

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTAMAX DAN PERTAMAX PLUS TERHADAP PERFORMA SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMOMETER CHASSIS

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II LANDASAN TEORI

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

Sistem Putaran Stasioner (Idle Speed)

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMALISASI IGNITION TIMING PADA PENGGUNAAN E 100 DAN PISTON MODIFIKASI GM.1 54/50/13

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI SKRIPSI

ANALISA VARIASI UKURAN VENTURI KARBURATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA RX-KING 135cc

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING) TERHADAP TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN HONDA G200 DENGAN BAHAN BAKAR GAS LPG

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN BLOWER ELEKTRIK TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Konsumsi Bahan Bakar, SFC dan Emisi Gas Buang Pada Mobil

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

ABSTRAK. : I Made Sumaryanta

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. (khususnya sepeda motor) berkembang. semakin pesat dewasa ini, yang juga diikuti oleh perkembangan

MODIFIKASI MESIN DIESEL SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR SOLAR MENJADI LPG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GAS MIXER

KARAKTERISTIK PERFORMA MOTOR BENSIN PGMFI (PROGAMMED FUEL INJECTION) SILINDER TUNGGAL 110CC DENGAN VARIASI MAPPING PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETANOL DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

Transkripsi:

ANALISA VARIASI BENTUK JET NEEDLE KARBURATOR PADA MOTOR4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E 100 DENGAN SISTEM REMAPPING PENGAPIAN CDI Achmad Jamaludin¹, Mustaqim², M. Agus sidiq³ 1 Mahasiswa, Universitas Pancasakti, Tegal 2,3 Dosen Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti, Tegal Kontak Person: Achmad Jamaludin Desa Banjaranyar, Kec. Brebes, Kab. Brebes, 52252 Telp: 085-640801193, Fax:-, Email: acmadjamal@ymail.com Abstrak Karburator berfungsi untuk mencampurkan bahan bakar dan udara dalam perbandingan yang tepat pada setiap tingkat putaran mesin serta memasukan campuran bahan bakar kedalam ruang bakar dalam bentuk kabut. skep bekerjasama dengan needle jet (spuyer) yang mana berfungsi untuk mengatur jumlah bahan bakar yang masuk kedalam ruang bakar. Tujuan dari diadakannnya penelitian ini untuk mengetahui nilai torsi, daya, konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada saat menggunakan bahan bakar E 100. Metode penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen. Pada pengujian ini digunakan alat dynamometer untuk mengetahui torsi dan daya sepeda motor. Dimana untuk torsi maksimum menunjukan angka 12.51 N.m di putaran 2904 rpm saat menggunakan skep Ø 1,40 mm dan daya sebesar 9.8 Hp di putaran 6665 rpm saat menggunakan skep Ø 1,65 mm. Sedangakan yang paling rendah nilai Sfc yaitu skep Ø 1,65 mm. Kata Kunci : Jarum Skep, E 100. PENDAHULUAN Pada motor bensin empat langkah, karburator berfungsi untuk mencampurkan bahan bakar dan udara dalam perbandingan yang tepat pada setiap tingkat putaran mesin serta memasukan campuran bahan bakar kedalam ruang bakar dalam bentuk kabut. skep bekerjasama dengan needle jet (spuyer) yang mana berfungsi untuk mengatur jumlah bahan bakar yang masuk kedalam ruang bakar. Pada penggunaan bahan bakar bioethanol E-20, E-30. E-50, E-100 dalam pengujian mesin, harus memerlukan modifikasi pada mesin diantaranya yaitu dengan merubah neendle jet (spuyer) dengan ukuran yang lebih besar, skep dan pengaturan ulang waktu pengapian. Pengaturan waktu pengapian yang tepat merupakan hal yang penting karena masing-masing engine ataupun bahan bakar memiliki waktu pengapian optimal pada kondisi standarnya. Jika pencetusan bunga api terlalu cepat (soon) maka akhir pembakaran akan terjadi sebelum langkah kompresi selesai sehingga tekanan yang dihasilkan akan melawan arah gerakan piston yang berakibat pada penurunan tenaga yang dihasilkan, hal ini disebut direct losses. Dan sebaliknya jika pencetusan bunga api terlalu lambat (late) maka piston sudah melakukan langkah ekspansi sebelum terbentuk tekanan yang tinggi akibatnya tenaga yang dihasilkan tidak maksimal (Nanlohy, 2012 : 212). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan utama Volume 11 No. 2 Oktober 2015 69

yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah : Bagaimana grafik ignition timing yang sesuai untuk bahan bakar etanol pada berbagai variai jet needle? Berapakah nilai maksimum torsi, daya dan konsumsi bahan bakar saat diuji coba menggunakan etanol pada berbagai variasi jet needle? Berapakah nilai emisi gas buang saat diuji coba menggunkan bahan bakar etanol? Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh ignition timing untuk mempertahankan daya mesin dari pemakaian bahan bakar etanol pada mesin 4 langkah. b. Mendapatkan nilai torsi, daya dan konsumsi bahan bakar saat di uji coba menggunakan ethanol. c. Mengutahui nilai emisi gas buang saat di uji coba menggunakan bahan bakar ethanol. LANDASAN TEORI Dasar Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanis. Energi termal tersebut diperoleh dari hasil proses pembakaran bahan bakar di dalam mesin itu sendiri. Cara memperoleh energi termal tersebut darihasil proses pembakaran bahan bakar di dalam mesin itu sendiri. Mesin empat langkah adalah mesin pembakaran dalam yang dalam satu siklus pembakaran terjadi empat langkah piston. Empat langkah tersebut meliputi, langkah hisap (pemasukan), kompresi, tenaga dan langkah buang yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol (crankshaft) per satu siklus pada mesin otto. Motor bensin 4 langkah adalah motor bensin diman untuk melakukan suatu kerja diperlukan 4 langkah gerakan piston dan 2 kali putaran poros engkol. Adapun bagian-bagian dan fungsi dalam karburator adalah sebagai berikut: 1. Katup gas(throttle valve) Katup gas berfungsi untuk menutup dan membuka venturi agar aliran udara yangmasuk kedalam ruang bakar tidak berlebihan sebelum dimasukkan ke dalam ruang bakar. 2. Needle jet Berfungsi untuk mengatur jumlah campuran bahan bakar dan udara yang mengalir melalui saluran penyiram (spuyer) pada saat dari ¼ - ¾ pembukaan katup. 3. Pilot jet Berfungsi mengatur jumlah bahan bakar dan udara ketika mesin motor pertama kali akan dihidupkan dan bekerja pada saat putaran rendah dan putaran stasioner. a. Main jet Main jet berfungsi sama dengan pilot jet yaitu mengatur jumlah bahan bakar dan bekerja pada saat putaran stasioner dan putaran tinggi. 4. Ruang pelampung (float chamber) Berfungsi sebagai tempat menampung sementara bahan bakar yang akan dialirkan ke ruang bakar. 5. Pelampung (float) Fungsinya mempertahankan ketinggian permukaan bensin di dalam ruang pelampung agar selalu dalam kondisi terisi dan stabil. 6. Jarum pelampung (valve needle) Jarum pelampung berfungsi menutup saluran jika bensin dalam ruang pelampung sudah mencukupi. 7. Jarum skep Jarum skep bekerjasama dengan needle jet berfungsi untuk mengatur jumlah bahan bakar yang masuk kedalam ruang bakar. 8. Sistem choke Berfungsi untuk menutup saluran udara agar tidak terjadi percampuran bahan bakar pada saat menghidupkan mesin, terutama saat mesin dalam keadaan dingin atau cuaca dingin. 9. Air screw 70 Volume 11 No. 2 Oktober 2015

Air screw berfungsi untuk mengatur volume udara yang masuk agar perbandingan udara dan bahan bakar sesuai dengan AFR(air fuel ratio). Udara masuk saat mesin stasioner melalui saluran bypass yang langsungmenuju ke saluran pilot jet. Air screw ini dilengkapi dengan pengatur jumlah udara yang dikenal denganbaut penyetel angin. Jika air screw diputar ke dalam (posisi tutup) campuran akanbertambah gemuk yang artinya lebih banyak bahan bakar dan sebaliknya jika airscrew diputar ke kiri (posisi buka) campuran akan bertambah kurus yang artinyacampuran sedikit bahan bakar (Ali, 2012). Gambar.5. Komponen Karburator Daya Daya adalah kerja yang dihasilkan persatuan waktu. Merupakan ukuran kemampuan suatu motor untuk menghasilkan kerja berguna persatuan waktu yang dinyatakan dalam Horse Power (Hp) dan dirumuskan sebagai berikut : (Sarjono dan Debi : 2, 2012). P= 2.. 60.75.9,81 x T Keterangan : T = Torsi (N.m) n = Putaran mesin (rpm) = Konversi dari Kilowatt ke HP = Konversi dari waktu dari menit ke detik 9,81 = gravitasi bumi Torsi Torsi adalah ukuran kemampuan mesian untuk melakukan kerja. Beasaran torsi adalah besaran turunan yangbiasa digunakan untuk menghituang energi yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya. Adapun perumusan dari torsi adalah sebagai berikut. apabila suatu benda berputar dan mempunyai besar gaya sentrifugal sebesar F, benda berputar pada porosnya dengan jari jari sebesar h, dengan data tersebut torsinya adalah (Sarjono dan Debi : 2, 2012) T= P. 60 2.. /10 Keterangan : P = Daya mesin (Hp) n = Putaran mesin (rpm) 1 60 = Konversi dari waktu dari menit ke deti METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Yang Digunakan 1. Spesifikasi Motor : 2. Jenis : Honda Supra X 125 cc 3. Kapasitas Tangki : 3,7 Liter 4. Tipe Mesin : 4 Langkah, SOHC, berpendingin udara 5. Diameter Langkah : 52, 4 x 57,9 mm 6. Volume Langkah : 124,8 cc 7. Kompresi : 9,0 : 1 8. Daya Maksimum : 9,3 PS / 7.500 rpm 9. Torsi Maksimum : 1,03 kgf.m / 4000 rpm 10. Etanol 96% 11. Buret 12. Tachometer : Digunakan untuk mengukur putaran mesin 13. CDI Programmable 14. Dynotest HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji Torsi Nilai rata rata timing pengapian 20 Tabel 1. Hasil pengamatan 1,65) 1,45) 1,40) 2000 9.55 8.65 8.50 2500 10.21 9.73 9.57 3000 9.58 9.19 9.19 Volume 11 No. 2 Oktober 2015 71

3500 9.69 9.27 9.24 4000 9.86 9.33 9.13 4500 9.82 9.20 9.11 5000 10.06 9.21 9.24 5500 10.16 8.98 9.15 6000 10.00 8.87 8.90 6500 9.49 8.65 8.63 7000 8.96 8.24 8.12 7500 8.19 7.51 7.63 8000 7.41 7.09 7.03 8500 6.81 6.63 6.59 9000 6.29 6.13 6.10 9500 5.57 5.57 5.47 10000 4.52 4.69 4.57 Dari data rata rata nilai torsi saat menggunakan timing pengapian (20 0 ) dan setiap variasi skep dapat di ini adalah hasil grafik torsi setiap Torsi (N.m) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 1,65) 1,45) 1,40) Gambar 6. Grafik Variasi Jarum Skep Terhadap Torsi timing pengapian (20 0 ) Dari gambar 6. dapat disimpulkan pengapian modifikasi 1 (20 0 ) untuk nilai torsi tertinggi terjadi pada putaran 2500 rpm dan nilai torsi tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi saat menggunkan 1,65) yaitu sebesar 10.21 N.m. A. Nilai rata rata timing pengapian 15 Tabel 2. Hasil pengamatan 1,65) 1,45) Torsi (N.m) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 1,65) 1,45) 1,40) 2000 9.99 10.26 9.49 2500 10.68 11.21 11.00 3000 10.18 10.90 10.65 3500 9.17 10.35 10.10 4000 9.62 10.24 9.95 4500 9.76 10.31 9.93 5000 10.04 10.59 10.49 5500 9.97 10.63 10.64 6000 9.76 10.27 10.28 6500 9.29 9.74 9.71 7000 8.86 9.14 9.21 7500 8.26 8.46 8.49 8000 7.52 7.71 7.67 8500 6.90 7.04 7.03 9000 6.23 6.32 6.32 9500 5.59 5.61 5.57 10000 4.40 4.49 4.39 Dari data rata rata nilai torsi saat menggunakan timing pengapian (15 0 ) dan setiap variasi skep dapat di ini adalah hasil grafik torsi setiap Gambar 7. Grafik Variasi Jarum Skep Terhadap Torsi timing pengapian (15 0 ) Dari gambar 7. dapat disimpulkan pengapian (15 0 ) untuk nilai torsi tertinggi terjadi pada putaran 2500 rpm, dan nilai torsi tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi saat menggunkan skep (Ø 1,45) yaitu sebesar 11.21 N.m. B. Nilai rata rata timing pengapian 7,5 72 Volume 11 No. 2 Oktober 2015

Tabel 3. Hasil Pengamatan 1,65) Torsi (N.m) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 1,45) 1,40) 2000 10.31 10.01 10.01 2500 11.32 11.13 11.54 3000 10.93 7.8 11.53 3500 10.1 10.29 10.73 4000 9.99 10.26 10.54 4500 9.39 9.94 10.5 5000 9.26 10.03 10.37 5500 9.43 10.16 10.28 6000 9.3 9.85 9.99 6500 8.85 9.43 9.52 7000 8.55 9.13 8.94 7500 7.96 8.14 8.34 8000 7.28 7.47 7.59 8500 6.72 6.82 6.93 9000 6.16 6.33 6.32 9500 5.48 5.6 5.69 10000 4.52 4.67 4.73 Dari data rata rata nilai torsi saat menggunakan timing pengapian (7,5 0 ) dan setiap variasi skep dapat di ini adalah hasil grafik torsi setiap a. Nilai rata rata timing pengapian 20 Tabel 4. Hasil pengamatan skep (Ø 1,65) 1,40) 1,45) 2000 2.67 2.4 2.43 2500 3.6 3.37 3.4 3000 4.03 3.87 3.87 3500 4.77 4.53 4.6 4000 5.57 5.17 5.27 4500 6.2 5.8 5.87 5000 7.1 6.53 6.5 5500 7.83 7.1 6.97 6000 8.47 7.53 7.57 6500 8.73 7.9 7.93 7000 8.83 8.07 8.17 7500 8.67 8.1 8 8000 8.37 7.97 8.03 8500 8.23 7.93 8 9000 8.03 7.77 7.8 9500 7.5 7.37 7.53 10000 6.4 6.47 7 Dari data rata rata nilai daya saat menggunakan timing pengapian (20 0 ) dan setiap variasi skep dapat di ini adalah hasil grafik torsi setiap 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 1,65) 1,45) 1,40) Gambar 8. Grafik Variasi Jarum Skep Terhadap Torsi timing pengapian (7,5 0 ) Dari gambar 8. dapat disimpulkan pengapian (7,5 0 ) untuk nilai torsi tertinggi terjadi pada putaran 2500 rpm dan nilai torsi tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi saat menggunkan skep (Ø 1,40) sebesar 11.54 N.m. o Uji Daya Volume 11 No. 2 Oktober 2015 73

Daya (Hp) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 12 1,65) 1,45) 1,40) Gambar 9. Grafik Variasi Jarum Skep Terhadap daya timing pengapian (20 0 ) Dari gambar 9. dapat disimpulkan pengapian modifikasi 1 (20 0 ) untuk nilai daya tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi pada putaran 7000 rpm sampai dengan 7500 rpm dan nilai daya tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi saat menggunkan 1,65) sebesar 8.83 Hp. b. Nilai rata rata timing pengapian 15 Tabel 5. Hasil pengamatan skep (Ø 1,65) skep (Ø 1,45) skep (Ø 1,40) 2000 2.8 2.87 2.67 2500 3.73 3.93 3.87 3000 4.3 4.57 4.5 3500 4.77 5.1 5 4000 5.43 5.77 5.6 4500 6.2 6.53 6.3 5000 7.13 7.47 7.43 5500 7.7 8.23 8.27 6000 8.27 8.7 8.7 6500 8.5 8.93 9 7000 8.73 9.03 9.13 7500 8.77 9 9 8000 8.53 8.73 8.67 8500 8.3 8.47 8.47 9000 7.97 8.07 8.1 9500 7.53 7.53 7.5 10000 6.27 6.37 6.23 Dari data rata rata nilai daya saat menggunakan timing pengapian (15 0 ) dan setiap variasi skep dapat di ini adalah hasil grafik torsi setiap Daya (Hp) 10 9 8 7 6 5 4 3 1,65) 1,45) 1,40) Gambar 10. Grafik Variasi Jarum Skep Terhadap daya timing pengapian (15 0 ) Dari gambar 10. dapat disimpulkan pengapian (15 0 ) untuk nilai daya tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi pada putaran 7000 rpm sampai 7500 rpm dan nilai daya tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi saat menggunkan 1,40) sebesar 9.13 Hp. c. Nilai rata rata timing pengapian 7,5 Tabel 6. Hasil pengamatan skep skep (Ø 1,65) (Ø 1,45) 1,40) 2000 2.9 2.8 2.8 2500 3.93 3.9 4.03 3000 4.63 4.7 4.8 3500 5 5.03 5.27 4000 5.63 5.8 5.97 4500 5.93 6.3 6.67 5000 6.57 7.07 7.3 5500 7.3 7.9 8 6000 7.9 8.37 8.47 6500 8.13 8.67 8.73 7000 8.47 8.7 8.87 7500 8.43 8.6 8.87 8000 8.27 8.47 8.6 8500 8.07 8.23 8.33 9000 7.83 8.07 8.07 9500 7.37 7.53 7.67 10000 6.4 6.63 6.7 74 Volume 11 No. 2 Oktober 2015

Dari data rata rata nilai daya saat menggunakan timing pengapian (7,5 0 ) dan setiap variasi skep dapat di ini adalah hasil grafik torsi setiap Daya (Hp) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1,65) 1,45) 1,40) Gambar 11. Grafik Variasi Jarum Skep Terhadap daya timing pengapian (7,5 0 ) Dari gambar 4.19 dapat disimpulkan pengapian (7,5 0 ) untuk nilai daya tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi pada putaran 7000 rpm dan nilai daya tertinggi dari berbagai variasi skep terjadi saat menggunkan 1,40) sebesar 8.87 Hp. Berdasarkan hasil uji torsi dan daya setiap variasi skep dan setiap timing pengapian maka dapat diketahui maksimum nilai torsi dan daya ada pada rpm yang tidak teratur (diluar kelipatan 500 rpm). Nilai maksimum torsi disetiap variasi skep dan tiap timing pengapian adalah pada saat menggunakan timing pengapian (7,5 0 ), 1,40 mm) sebesar 12.51 N.m di putaran 2904 rpm. Nilai maksimum Daya disetiap variasi skep dan tiap timing pengapian adalah pada saat menggunakan timing pengapian (15 0 ), 1,65 mm) sebesar 9.8 Hp di putaran 6665 rpm. o Konsumsi Bahan Bakar Sfc diukur bersamaan dengan pada saat pengujian torsi dan daya. Dengan menahan putaran mesin pada 4000 rpm, kemudian dilakukan pencatatan waktu yang dibutuhkan (t f ) untuk menghabiskan bahan bakar E 100 sebanyak 25 ml atau 0,025 liter (v f ). Sfc dihitung dengan rumus : Sfc =. dimana: = Daya Keluaran (kilo Watt) Sfc = Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (gr/kw.h). = Laju Aliran Massa Bahan Bakar (kg/jam) Sfc (gr/kw.h 600 500 400 300 200 100 0 Jarum 0 1 2 3 skep Ø 1,40 Ø 1,45 Ø 1,65 Timing pengapian (20 ) Timing pengapian (15 ) Timing pengapian (7,5 ) Dari grafik diatas menunjukan bahwa pada timing pengapian (20 ) skep (Ø 1.40 mm) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 449.3 gr/kw.h, skep (Ø 1.45) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 503.2 gr/kw.h, dan 1.65) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 270.1 gr/kw.h. pada timing pengapian (15 ) 1.40 mm) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 444.5 gr/kw.h, 1.45) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 427.7 gr/kw.h, dan 1.65) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 290.1 gr/kw.h. pada timing pengapian Volume 11 No. 2 Oktober 2015 75

(7,5 ) 1.40 mm) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 438.9 gr/kw.h, 1.45) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 464.1 gr/kw.h, dan 1.65) mampu menghabiskan bahan bakar sebesar 279.6 gr/kw.h. Dari grafik 4.22 dapat disimpulkan bahwa yang paling sedikit menghabiskan bahan bakar adalah saat menggunakan 1.65) yaitu sebesar 270.1 gr/kw.h. pada timing pengapian (20 ). o Emisi Gas buang Dari hasil pengujian Emission Analyzer maka dapat diperoleh hasil data sebagai berikut : Tabel 7. Hasil pengujian dengan menggunakan premium Emission Analyzer Putaran Mesin (rpm) CO (% HC CO2 (% O2 (% 1500 0.53% 1175 1.30% 17.55% Tabel 8. Hasil pengujian dengan menggunakan etanol Emission Analyzer Putaran Mesin (rpm) CO (% HC CO2 (% O2 (% 1500 1.81% 873 1.50% 20.71% Dari tabel 7dan 8 hasil pengujian emission Analyzer di dapat kadar emisi saat menggunakan bahan bakar premium dan bahan bakar etanol, untuk bahan bakar premium mempunyai nilai kadar CO sebesar 0.53%, HC sebesar 1175 ppm, CO2 sebesar 1.30 %, O2 sebesar 17.55 % dan untuk bahan bakar etanol mempunyai kadar CO sebesar 1.18 %, HC sebesar 873 ppm, CO2 sebesar 1.50 %, O2 sebesar 71 %. KESIMPULAN Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa : Semua posisi Ignition Timing dapat memberikan daya yang maksimum tetapi dari perngujian yang telah dilakukan posisi Ignition Timing yang memberikan daya tertinggi ketika motor 4 tak 125 cc menggunakan bahan bakar E 100 adalah posisi Ignition Timing (7,5 ). Jarum skep yang memberikan torsi dan daya maksimum ketika motor 4 tak 125 cc menggunakan bahan bakar E 100 adalah 1,40) torsi yaitu sebesar 12.51 N.m di putaran 2904 rpm dan daya sebesar 9.8 Hp di putaran 6665 rpm saat menggunakan 1,65). Sedangakan yang paling sedikit menghabiskan bahan bakar adalah 1,65). Nilai HC saat bahan bakar premium sebesar 1175 ppm dan saat menggunakan bahan bakar etanol sebesar 873 ppm. Maka dari itu bahan bakar etanol mampu mengurangi kadar emisi gas buang pada kendaraan karena nilai HC yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar premium. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2013. Prinsip Dasar Mesin Otomotif. Bandung. Daryanto. Ismanto Setyabudi. Teknik Motor Diesel. Dhysa Gitta Prasetya. 2013. Perbandingan Unjuk Kerja Dan Konsumsi Bahan Bakar Antara Motor Yang Menggunakan CDI Limiter Dengan Motor Yang Mempergunakan CDI Unlimiter. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Fintas Afan Agrariska. Bambang Susilo. Dan Wahyunanto Agung Nugroho. 2013. Hotlan M. Nababan, Himsar Ambarita, Tulus B. Sitorus, 2013. Studi Kinerja Mesin Otto 76 Volume 11 No. 2 Oktober 2015

Menggunakan Bahan Bakar Bensin Dan Etanol 96%. Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatra Utara Medan. Hendri Yoshua Nanlohy. 2012. Perbandingan Variasi Derajat Pengapian Terhadap Efisiensi Termal Dan Konsumsi Bahan Bakar Otto Engine BE50. I Gede Wiratmaja, 2010. Analisa Unjuk Kerja Motor Bensin Akibat Pemakaian Biogasoline. S2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana, Kampus Buku Jimbaran Bali Loekman Satibi. Irfan Pernawan. Lisa Nafizah. 2013. Mesin Penggerak Utama. Robertus Simanungkalit. Tulus B. Sitorus, 2013. Performansi Mesin Sepeda Motor Satu Silinder Berbahan Bakar Premium Dan Pertamax Plus Dengan Modifikasi Rasio Kompresi. Sarjono Debi Febriyanto. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Biopremium E10 Dan Premium Terhadap Performance Mesin Pada Motor Yamaha Jupiter Z 2004. Spesifikasi Honda Supra X 125 R dari : http ://www.astramotor.co.id/motorhonda/supra-x-125, 28 Agustus 2015, pukul 14.00. Volume 11 No. 2 Oktober 2015 77