ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Citra Satelit IKONOS

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh ( Citra ASTER dan Ikonos ) Oleh : Bhian Rangga JR Prodi Geografi FKIP UNS

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EKSTRAKSI OTOMATIS INFORMASI DEM DARI CITRA STEREO PRISM-ALOS

Isfandiar M. Baihaqi

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

SATELIT ASTER. Oleh : Like Indrawati

PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

DAFTAR ISI. . iii PRAKATA DAFTAR ISI. . vii DAFTAR TABEL. xii DAFTAR GAMBAR. xvii DAFTAR LAMPIRAN. xxii DAFTAR SINGKATAN.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI PERUNTUKAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ASTER (Landuse Identification and Classification Using ASTER Multispectral Data)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN CITRA ASTER DALAM IDENTIFIKASI PERUNTUKAN LAHAN PADA SUB DAS LESTI (KABUPATEN MALANG)

BAB I PENDAHULUAN Perumusan Masalah

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

ANALISIS KOREKSI GEOMETRIK MENGGUNAKAN METODE DIRECT GEOREFERENCING PADA CITRA SATELIT ALOS DAN FORMOSAT-2

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

PEMANFAATAN CITRA ASTER DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Penginderaan Jauh

III. BAHAN DAN METODE

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dalam ilmu Geographic Information (Geomatics) menjadi dua teknologi yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

TUTORIAL TEKNIK PENENTUAN SUDUT MATAHARI PADA CITRA SATELIT MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI

BAB III METODE PENELITIAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM ( Digital Elevation Model

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Integrating the Generation FIG Working Week 2008, Stockholm, Sweden June 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

M. Natsir, Kustiyo Peneliti Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lapan ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

PENAJAMAN DAN SEGMENTASI CITRA PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. Moehammad Awaluddin, Bambang Darmo Y *)

PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM MEMPERCEPAT PEROLEHAN DATA GEOGRAFIS UNTUK KEPERLUAN PEMBANGUNAN NASIONAL ABSTRAK

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN SPEKTRAL PADA CITRA SATELIT LANDSAT, SPOT DAN IKONOS

STANDARISASI KOREKSI DATA SATELIT MULTI TEMPORAL DAN MULTI SENSOR (LANDSAT TM/ETM+ DAN SPOT-4)

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

DETEKSI AWAN DALAM CITRA SPOT-5 (CLOUD DETECTION IN SPOT-5 IMAGES)

ANALISIS PENENTUAN EKOSISTEM LAUT PULAU- PULAU KECIL DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT RESOLUSI TINGGI STUDY KASUS : PULAU BOKOR

PENGARUH JUMLAH SALURAN SPEKTRAL, KORELASI ANTAR SALURAN SPEKTRAL DAN JUMLAH KELAS OBJEK TERHADAP AKURASI KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Standarisasi Koreksi Data Satelit Multi... (Bambang Trisakti et al.)

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

III. BAHAN DAN METODE

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

PENELITIAN FISIKA DALAM TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR PERAIRAN KABUPATEN KENDAL)

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

BAB I PENDAHULUAN I.1

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

TUGAS AKHIR RG141536

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

LAND COVER BY USING SPOT-4 IMAGERIES)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH

Transkripsi:

ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM Bambang Trisakti Researcher of National Institute of Aeronautic and Space of Indonesia, Indonesia email: btris01@yahoo.com Abstract Sensor ASTER (Advance Space borne Thermal Emission and Reflection Radiometer) provides stereo data (Nadir and backward looking) which can be processed to produce DEM with 15 m spatial resolution. This research conducts orthorectification for high spatial resolution satellite data (ASTER and SPOT) using 14 GCPs extracted from IKONOS imagery and ASTER DEM. Accuracy of generated orthoimages is evaluated by 2 methods, those are: visual comparison and pixel displacement of orthorektified images in different elevation area. To know clearly the benefit of orthorectification, the comparison between orthorectified SPOT and only rectified SPOT is also conducted. The result shows that orthorectification using ASTER DEM is very usefull to reduce/remove the distortion of object position due to different elevation area in high resolution satellite data (ASTER and SPOT). Keyword: ASTER stereo data, SPOT, DEM, orthorectification 1. PENDAHULUAN ASTER (Advance Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) merupakan sensor optik multi spektral dengan resolusi spasial tinggi yang dimuat pada satelit Terra yang diluncurkan pada bulan Desember 1999. ASTER mempunyai 14 band spektral dari mulai band visible (Spektrum tampak) sampai band thermal (Spektrum panas), yang terbagi menjadi 3 radiometer, yaitu: VNIR (Visible Near Infrared Radiometer), SWIR (Short Wave Infrared Radiometer) dan TIR (Thermal Infrared Radiometer) (Ersdac, 2003). VNIR merupakan instrumen yang mampu mendeteksi pantulan dari permukaan bumi pada gelombang visibel sampai infra merah dekat (0.52 0.86 µm). Satu kelebihan sensor ASTER adalah memiliki 2 band inframerah dekat dengan panjang gelombang yang sama, yaitu band 3N (nadir: arah tegak lurus) dan 3B (backward: arah belakang), dimana band 3B dipergunakan untuk memperoleh pandangan ke arah belakang dengan sudut dari titik nadir sejauh 27,60 (Ersdac, 2002). Penambahan band 3B TIS - 35

bertujuan untuk memperoleh kemampuan stereoskopik yang dapat diproses lebih jauh untuk menghasilkan informasi ketinggian dari obyek di permukaan bumi atau DEM (Digital Elevation Model). Data DEM dari permukaan bumi merupakan informasi yang sangat penting dalam membantu proses koreksi dan analisis citra, seperti, koreksi citra karena pengaruh ketinggian (orthorektifikasi), pembuatan kontur, tampilan citra 3D, analisis manajemen bencana (penentuan daerah rawan bencana banjir, longsor dan tsunami), penyusunan tata ruang, penurunan level tanah (land subsidence) dan banyak yang lainnya. Oleh karena itu kemampuan data stereo ASTER untuk menghasilkan DEM dengan resolusi spasial tinggi (15 m) merupakan teknologi yang sangat penting bagi pengguna remote sensing dan SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk mempertinggi tingkat akurasi dari informasi yang ingin dihasilkan. Metoda penurunan DEM dari data stereo satelit (ASTER, SPOT) dan uji keakurasian dari DEM yang dihasilkan telah dilaporkan dalam beberapa kegiatan penelitian, sebagai contoh: Trisakti dan Carolita (2005), Goncalves and Oliveira (2004), Tsakiri-Strati et al (2004) Pantelis et al (2004) dan Ulrich et al (2003). Beberapa hasil kajian memperlihatkan bahwa ketelitian vertical dari data DEM ASTER mendekati 25-27 meter untuk daerah pegunungan dengan tutupan lahan yang rapat (Trisakti dan Carolita (2005), Selby (PCI Geo)), tetapi untuk daerah dengan sedikit tutupan vegetasi dapat mencapai 9 11 meter (Goncalves and Oliveira (2004), Selby (PCI Geo)). Selain itu DEM ASTER ini sangat berguna untuk pemetaan pada skala medium (1:100.000 dan 1:50.000) (Ulrich et al, 2003). Penggunaan informasi DEM untuk membantu proses orthorektifikasi telah dilakukan terhadap beberapa jenis data citra resolusi tinggi, seperti orthorektifikasi data IKONOS, SPOT Quickbird, Landsat menggunakan DEM yang diturunkan dari map, SRTM dan data stereo (seperti: ASTER dan SPOT) (Cheng et al (1994), Cheng et al (2000), Cheng et al (2003)). Paper ini menjelaskan mengenai proses orthorektifikasi data ASTER dan SPOT menggunakan data DEM yang diturunkan dari data stereo ASTER dengan resolusi spasial 15 m, kemudian dilakukan pengujian terhadap tingkat akurasi orthoimage yang dihasilkan. 2. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan adalah data ASTER level 1b (diperoleh dari RS-GIS Forum), DEM yang diturunkan dari data stereo ASTER (Trisakti dan Carolita, 2005), data SPOT level 1b dan citra IKONOS. Study area dilakukan di Lhok Nga (Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia) yang baru terkena bencana Tsunami. Skema alur kerja diperlihatkan pada gambar 1, dimana sebagian besar proses dikerjakan dengan menggunakan software Erdas Imagine (Orthobase pro). Preprosesing meliputi croping study area dan rotasi citra (hanya untuk data ASTER), selanjutnya pembuatan pyramid layer dan pemilihan model sensor dan orientation parameter (seperti: side incidence, focal lens, colom number and so on) yang dapat diperoleh dari ancillary data dan referensi sensor. Pengumpulan titik GCP (Ground Control Point) berupa titik koordinat (XY) dan titik ketinggian (Z) dilakukan dengan TIS - 36

menggunakan data IKONOS dan DEM ASTER (resolusi spasial 90 m). Pada penelitian ini digunakan total 14 GCP yang tersebar di seluruh study area, dimana GCP tersebut akan digunakan sebagai patokan dalam pembuatan tie point. Selanjutnya dilakukan proses triangulasi yang bertujuan untuk menghubungkan antara titik XY citra, titik GCP dan informasi spesifikasi sensor sehingga diperoleh suatu persamaan yang menghubungkan ketiga parameter tersebut. Proses selanjutnya adalah melakukan proses orthorektifikasi pada band 3N, band 3B dan komposite RGB ASTER. Setelah proses orthorektifikasi untuk data ASTER selesai, kemudian dilakukan proses orthorektifikasi untuk data SPOT dengan menggunakan referensi GCP (XYZ) dari orthoimage ASTER dan DEM ASTER. Sebagai pembanding dan untuk pengujian tingkat akurasi orthoimage yang diperoleh, maka dilakukan juga koreksi geometrik biasa untuk citra SPOT (bukan orthorekstifikasi) dengan menggunakan jumlah dan letak titik GCP yang sama dengan yang digunakan pada proses orthorektifikasi. Tingkat akurasi/ketelitian dari orthoimage dievaluasi dengan 2 cara, yaitu: perbandingan secara visual bentuk obyek dan pengamatan perbedaan letak piksel (pixel displacement) dari citra-citra ter-orthorektifikasi. 3. HASIL DAN DISKUSI ketinggian rendah, gradasi warna biru menjadi warna merah memperlihatkan perubahan ketinggian yang semakin bertambah. Ketinggian relatif dari DEM ASTER pada study area mencapai 752 meter. Tampilan 3D memperlihatkan bahwa sebagian besar study area merupakan daerah pegunungan dengan tutupan vegetasi yang rapat, sedangkan daerah dengan ketingian rendah terdapat di wilayah pesisir pantai. Kondisi study area yang bergunung dengan perbedaan elevasi yang besar dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan posisi obyek pada citra 2 dimensi. Untuk menghilangkan pengaruh perbedaan elevasi, maka perlu dilakukan proses orthorektifikasi. Gambar 3 memperlihatkan orthoimage ASTER, orthoimage SPOT dan citra SPOT yang hanya terkoreksi geometrik. Tingkat akurasi/ketelitian dari orthoimage dievaluasi dengan 2 cara, yaitu: perbandingan secara visual Perbandingan secara visual dilakukan dengan tahap sebagai berikut: - Melakukan croping pada citra terkoreksi dan mozaik (pengabungan) pada citra ASTER dan SPOT, - Mengambil sampel area pada daerah yang mempunyai elevasi sangat berbeda, - Membandingkan kesesuaian bentuk obyek pada batas pengabungan citra ASTER dan SPOT. Gambar 2 memperlihatkan tampilan DEM ASTER (spasial 15 m) yang diperoleh dari data stereo dan tampilan citra 3D dengan komposit RGB ASTER. Warna biru memperlihatkan area dengan Gambar 4 memperlihatkan perbandingan secara visual citra-citra terkoreksi pada area sampel yang berbeda ketinggian. Beberapa istilah baru adalah SPOT (O): Orthoimage SPOT, ASTER (O): TIS - 37

Orthoimage ASTER, SPOT (G): SPOT terkoreksi geometrik saja. Citra paling kiri pada area sampel (tanpa istilah) adalah citra yang digunakan sebagai referensi bentuk sebenarnya dari obyek di area tersebut. Secara visual terlihat bahwa hasil mozaik antara orthoimage SPOT dan orthoimage ASTER memperlihatkan bentuk obyek yang sama (tidak berubah) dengan obyek pada citra referensi, baik pada area dengan elevasi rendah (10-20 m) ataupun di area dengan elevasi tinggi (600-650 m). Sedangkan hasil mozaik antara SPOT terkoreksi geometrik dan orthoimage ASTER memperlihatkan bentuk obyek yang tidak berubah pada area dengan elevasi rendah tapi terjadi perubahan (pergeseran posisi) obyek pada area dengan elevasi tinggi. ASTER and SPOT data Pre-processing data (cropping, rotation) GCP (XYZ) Collecting (14 GCP) 1. IKONOS data 2. ASTER DEM Tie Point making And checking Triangulation process Satellite characteristic: Side incidence, focal lens etc. Ortho rectification Ortho image Gambar 1. Skema alur kerja pada proses orthorektifikasi (a) DEM ASTER (b) Tampilan 3D dengan citra komposit RGB ASTER Gambar 2. DEM ASTER dan tampilan 3D komposit RGB ASTER TIS - 38

Gambar 3. DEM ASTER dan tampilan 3D komposit RGB ASTER Gambar 4. Perbandingan visual citra-citra terkoreksi pada area sampel yang berbeda elevasi TIS - 39

Metoda yang kedua yaitu pengamatan perbedaan letak piksel (pixel displacement) dari citra-citra terkoreksi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : - Mencari piksel dari obyek yang teridentifikasi dengan jelas, - Mengestrak nilai elevasi/ketinggian di daerah tersebut - Mengukur perbedaan letak piksel (perpindahan piksel: pixel displacement) Pengujian akurasi dari orthoimage ASTER dilakukan dengan membandingkan orthoimage band 3N dan orthoimage band 3B. Pada citra 3N dan 3B yang belum terkoreksi, obyek yang sama akan mempunyai letak yang berbeda akibat perbedaan cara pandang dan ketinggian permukaan bumi (jarak paralax). Tingginya tingkat akurasi orthoimage dapat dinilai dari semakin kecilnya jarak paralax atau semakin kecilnya perbedaan letak piksel yang sama. Sementara itu pengujian akurasi orthoimage SPOT dilakukan dengan membandingkan orthoimage SPOT dengan orthoimage ASTER. Pengujian dilakukan di 13 lokasi training sampel yang mempunyai elevasi berbeda dari 10 m sampai 710 meter. Hasil yang diperoleh untuk orthoimage ASTER menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan letak piksel (0 pixel displacement) pada hampir semua lokasi training sampel, kecuali terjadi perbedaan letak 1-2 piksel pada satu lokasi yang mempunyai elevasi tertinggi. Sementara hasil yang diperoleh untuk orthoimage SPOT menunjukan bahwa letak piksel pada orthoimage SPOT bergeser 1-2 piksel terhadap orthoimage ASTER. Hasil ini memperlihatkan tingkat akurasi yang cukup baik untuk orthoimage yang dihasilkan. 4. KESIMPULAN Proses orthorektifikasi dilakukan terhadap data ASTER dan SPOT menggunakan data DEM yang diturunkan dari data stereo ASTER dengan resolusi spasial 15 m, kemudian dilakukan pengujian tingkat akurasi dari orthoimage yang dihasilkan, beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut: DEM ASTER sangat bermanfaat untuk mengurangi/menghilangkan kesalahan posisi obyek akibat pengaruh perbedaan topografi (orthorektifikasi) pada citra resolusi tinggi seperti: SPOT dan ASTER. Analisa tingkat akurasi secara visual menunjukan bahwa tidak ada perbedaan bentuk obyek pada citra mozaik (gabungan) orthoimage ASTER dan orthoimage SPOT, baik untuk daerah elevasi rendah atau daerah elevasi tinggi. Dari analisa perbedaan letak piksel (pixel displacement) diperoleh bahwa hanya terjadi pergeseran sebanyak 1-2 piksel pada kedua orthoimage, yang menunjukan cukup tinginya akurasi dari orthoimage yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA A, Goncalves J, and M, Oliveira A, 2004. Accuracy Analysis of DEMS Derived from ASTER Imagery. ISPRS XX. Istambul,Turkey B, Trisakti and I, Carolita, 2005. Comparison Result of DEM Generated from ASTER Stereo Data and SRTM. MAP ASIA 2005, Jakarta-Indonesia ERSDAC, 2003. ASTER Reference Guide Version 1.0. Japan: Earth Remote Sensing Data Analysis Center TIS - 40

ERSDAC, 2002. ASTER User s Guide Part-III (Ver. 1.0). Japan: Earth Remote Sensing Data Analysis Center Orthorectified Satelite Images and Airphotos Using Stereoscopic Image. Canada: Canadian Conference on GIS K, Ulrich, B, Tobias and O, Jeffrey, 2003. DEM Generation from ASTER Satellite Data for Geomorphometric Analysis of Cerro Sillajhuay Chile/Bolivia, ASPRS 2003 annual conference proceeding, Anchorage, Alaska M, Pantelis and D, Ian, 2004. A Rigorous Model and DEM Generation for SPOT 5-HRS. ISPRS XX, Istambul,Turkey M, Tsakiri-Strati, O, Georgoula and P, Patias, 2004. DEM Evaluation Generated from HRS SPOT 5 Data. ISPRS XX, Istambul,Turkey P, Cheng and Th, Toutin, 1994. Generation of P, Cheng, Th, Toutin, and V, Tom, 2003. Orthorectification and Data Fusion of Landsat 7 Data. South Korea: ACRS 2003 P, Cheng, Th, Toutin, and Y, Zhang, 2000. QuickBird-Geometric Correction, Data Fusion and Automatic DEM Extraction. ASPRS 2000 Richard, PCI Geo, Creating Digital Elevation Models and Orthoimages from ASTER Imagery, PCI Geomatics, United Kingdom TIS - 41