BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama guru adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. penelitian ini diperoleh simpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMP NEGERI 5 SUBANG. Drs. Us Us Ridwan Kusmayadi SMP Negeri 5 Subang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya,

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama ini akan efektif jika guru

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi faktor. penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penelitian terpaku pada model yang digunakan guru pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pendidik bagi siswa yang akan membawa perubahan terhadap pola pikir, sikap dan perilaku siswa menuju keadaan yang lebih baik dan mandiri. Sebagai pengajar dan pendidik bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 40 dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjalankan kewajibannya maka seorang guru harus terus menerus mengembangkan potensipotensinya sehingga mampu melaksanakan tugasnya. Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang harus terus diperbaharui sesuai perkembangan zaman. Guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang menantang, menyenangkan, mendorong siswa untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses dan dapat mengembangkan kecakapan berpikir. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya menekankan pada kemampuan mengingat dan memahami saja, lebih dari itu, guru harus dapat mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri pemahamannya melalui pengalaman belajarnya. 1

2 Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuannya menciptakan kegiatan pembelajaran yang memberi makna dan perubahan bagi sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa serta kemampuan dalam menciptakan suasana yang dapat menimbulkan gairah belajar, efektivitas pembelajaran serta bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik perlu adanya pemahaman mengenai kondisi siswa belajar agar kegiatan pembelajaran yang direncanakan tepat sasaran, menarik perhatian dan dapat dicapai oleh siswa. Memahami siswa memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Siswa adalah manusia yang kepribadiannya sulit untuk dimengerti. Mereka adalah mahluk yang dinamis, berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan fisiknya yang sedang tumbuh. Hal penting yang harus dipahami kaitannya dengan siswa sebagai individu yaitu bahwa mereka adalah manusia yang memiliki kepribadian, karakter masing-masing, emosi dan perasaan. Selain itu mereka juga selalu membutuhkan sosialisasi diantara mereka, memiliki keinginan untuk melakukan hubungan dengan sesamanya, berinteraksi dengan alam sekitar dan dengan kebebasannya dalam berpikir dan bertindak. Pemahaman akan siswa sebagai manusia inilah yang harus dijadikan pijakan dalam mengembangkan kemampuan guru dalam mendidik siswa. Tim dosen (2015:13) menyatakan bahwa seorang

3 pendidik yang memiliki keahlian mendidik akan mampu membuat orang belajar. Pendidik ahli ini tampil sebagai guru yang berpengalaman, efektif dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dalam kelas. Pada setiap guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Jika diamati, dapat dilihat bahwa selama ini tampaknya pendidikan berjalan serius dan penuh perhatian. Setiap hari anak-anak memenuhi jalanan untuk berangkat ke sekolah. Di sekolah kelas-kelas penuh dengan anak-anak yang sedang belajar. Guru sibuk mengajar, menjelaskan pelajaran, dan anak-anak mendengarkan serta mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru. Namun sebenarnya tidak hanya sampai disitu, dalam kegiatannya banyak hal yang perlu mendapat perhatian, misalnya berkaitan dengan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran, seberapa banyak pengetahuan yang mereka peroleh selama berjam-jam di sekolah setiap hari, keterampilan apa yang mampu mereka miliki setelah berbulan-bulan belajar di sekolah, serta bagaimana pengaruhnya terhadap perubahan perilaku dan karakter mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi tanggung jawab guru sebagai aktor utama yang memiliki peranan penting untuk mengatasi permasalahan tersebut terutama dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki kesadaran dan keterampilan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang merunut pada upaya pendidikan. Hal ini sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Mulyasa (2009:161) bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus profesional, kreatif,

4 menyenangkan, dan memiliki banyak konsep atau cara untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di lingkungan sekolah menengah, interaksi tersebut terjalin antara siswa dengan guru. Interaksi yang berpusat pada siswa (student centered learning) diharapkan dapat terjadi proses perubahan yang dialami oleh siswa dalam empat ranah. Ranah yang menjadi sasaran dalam proses interaksi ini adalah ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik dan ranah kooperatif. Ranah kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran; ranah afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda berdasarkan penalaran misalnya penerimaan, partisipasi dan penentuan sikap; ranah psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani misalnya persepsi dan kreativitas; ranah kooperatif yaitu kemampuan untuk bekerjasama. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi, keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

5 Guru adalah pendidik profesional. Mendidik adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan adalah pendidik yang profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan pedagogik mengelola proses belajar mengajar yang meliputi kemampuan mempersiapkan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan pedagogik diperoleh melalui upaya belajar terus menerus sepanjang hayat. Berdasarkan buku Pedoman Pelaksaan Penilaian Kinerja Guru, tujuh aspek kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh guru adalah mengenal karakteristik peserta didik, menguasai teoriteori pembelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran, mampu mengembangkan kurikulum, menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik, mengembangkan potensi peserta didik, melakukan komunikasi dengan peserta didik, serta menilai dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang mendidik merupakan kompetensi pedagogik keempat dari tujuh aspek kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru yang menjadi unsur penilaian kinerja guru (lihat format PKG, Permendiknas RI No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Kemendiknas, 2011:123). Dalam kompetensi ini guru dituntut mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap, melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan

6 sumber belajar sesuai dengan karakter siswa, serta memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. Mulyasa (2009:75) menjabarkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang mendidik guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang mendidik harus menunjukkan adanya aktivitas belajar mengajar secara terpogram dan sistematis yang menunjukkan interaksi edukatif yang aktif dan efektif sebagai upaya membimbing sikap, keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Artinya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus sesuai dengan prosedur pembelajaran dan aktivitas guru bukan hanya menyampaikan ilmu saja namun juga menunjukkan adanya upaya mendidik siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Mendidik disini diartikan sebagai aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan prinsip kegiatan pembelajaran yang menunjukkan upaya pencapaian tujuan pendidikan. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan masih banyak pembelajaran yang hanya berupa transfer ilmu, yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara maksimal. Kegiatan belajar cenderung berlangsung satu arah, sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam mempelajari

7 materi yang diberikan guru. Penelitian yang dilakukan Garret (dalam Oktaria, 2014:1) mengungkapkan pembelajaran dikelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pembelajaran, siswa hanya mencatat dan menghapal materi yang disampaikan guru tanpa dapat memahami isinya. SMK Negeri 4 Tebing Tinggi merupakan tempat dimana peneliti bertugas. Berdasarkan pengamatan, peneliti menganggap bahwa kegiatan pembelajaran yang mendidik di sekolah tersebut masih perlu mendapat perhatian. Untuk memperkuat dugaan, peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap guruguru di sekolah tersebut. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan mengenai peran guru sebagai seorang pendidik. Berdasarkan wawancara langsung yang dilakukan terhadap 40 guru-guru di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi pada tanggal 22 Februari 2016 diperoleh keterangan bahwasanya 25 orang menyatakan kurang memahami makna guru sebagai pendidik. Hal ini terlihat dari jawaban guru mengenai penjelasannya tentang guru sebagai pendidik. Mereka menyatakan bahwa seorang pendidik itu hanya terkait dengan pembinaan terhadap sikap dan tingkah laku siswa. Padahal seharusnya guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan berdampak pada perubahan sikap, keterampilan dan juga pengetahuan siswa. Pertanyaan selanjutnya 20 orang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan tidak berdampak bagi perubahan tingkah laku siswa, 40 orang menyatakan sudah menyusun rencana pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar siswa, 26 orang menyatakan tidak selalu menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran, 10 orang menyatakan dalam penyampaian materi

8 guru tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, 30 orang menyatakan sudah mengenal karakter siswanya masing-masing, hanya 10 orang yang menyatakan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dikelasnya, 25 orang menyatakan aktivitas dikelasnya menyenangkan dan 40 orang menyatakan selalu menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam kegiatan pembelajarannya. Berdasarkan data ini dapat dinyatakan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar masih perlu ditingkatkan. Pada point akhir, terdapat pertanyaan mengenai kesediaan guru untuk memperbaiki tugasnya terutama dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Berdasarkan wawancara tersebut diperoleh 20 orang guru yang bersedia untuk dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajarannya di kelas. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dilakukan observasi awal pada saat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi ini dilakukan terhadap guru yang bersedia melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajarannya. Hasil observasi awal peneliti tentang kegiatan pembelajaran yang mendidik dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini : Tabel. 1.1. Hasil Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Belajar yang Mendidik pada Penelitian Awal Responden Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3 Jumlah Nilai Kategori 1 15 15 15 45 75,00 Cukup 2 11 11 12 34 56,67 Kurang 3 14 14 14 42 70,00 Cukup 4 13 13 12 38 63,33 Kurang 5 15 15 15 45 75,00 Cukup 6 13 13 12 38 63,33 Kurang 7 11 11 11 33 55,00 Kurang 8 13 13 13 39 65,00 Cukup

9 Responden Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3 Jumlah Nilai Kategori 9 13 12 13 38 63,33 Kurang 10 12 12 12 36 60,00 Kurang 11 11 11 11 33 55,00 Kurang 12 12 12 12 36 60,00 Kurang 13 13 13 12 38 63,33 Kurang 14 14 14 14 42 70,00 Cukup 15 13 13 13 39 65,00 Cukup 16 12 12 12 36 60,00 Kurang 17 15 15 15 45 75,00 Cukup 18 11 11 11 33 55,00 Kurang 19 13 11 13 37 61,67 Kurang 20 12 12 12 36 60,00 Kurang Total 763 Rata-rata 63,58 Cukup Penentuan kategori penilaian berdasarkan kategori pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2. Tabel Kriteria Penilaian Angka Huruf Kategori 90-100 A Sangat Baik 80-89 B Baik 65-79 C Cukup 55-64 D Kurang < 55 E Sangat Kurang (sumber : Endrayanto & Harumurti, 2014 : 292) Dari tabel diatas ditemukan 7 orang guru termasuk dalam kategori cukup dan 13 orang guru termasuk dalam kategori kurang dengan rincian 35% guru dengan kategori cukup dan 65% guru dengan kategori kurang. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa jumlah nilai rata-rata yang diperoleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendidik pada penelitian awal adalah 63,58 maka dapat dinyatakan bahwa hasil penilaian awal pelaksanaan pembelajaran yang mendidik oleh guru masih dalam kategori kurang.

10 Secara terperinci hasil deskriptif dari aspek-aspek penilaian pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendidik dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 1.3 Ketercapaian Aspek dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik Indikator Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3 Jumlah Nilai Kategori 1 51 50 52 153 63,75 Kurang 2 51 51 51 153 63,75 Kurang 3 50 50 50 150 62,50 Kurang 4 52 50 51 153 63,75 Kurang 5 52 52 50 154 64,17 Kurang Total 763 Rata-rata 63,58 Kurang Keterangan : Indikator 1 : Interaksi edukatif yang aktif Indikator 2 : Interaksi edukatif yang efektif Indikator 3 : Membimbing sikap Indikator 4 : Membimbing ilmu pengetahuan Indikator 5 : Membimbing keterampilan Adapun rincian data yang diperoleh pada penelitian awal ini, perolehan nilai indikator 1 yaitu interaksi edukatif yang aktif sebesar 63,75, indikator 2 yaitu interaksi edukatif yang efektif sebesar 63,75, indikator 3 yaitu membimbing sikap sebesar 62,50, indikator 4 yaitu membimbing ilmu pengetahuan sebesar 63,75, dan indikator 5 yaitu membimbing keterampilan sebesar 64,17. Pada penelitian awal ini semua indikator menunjukkan nilai rata-rata yang masih kurang dan indikator 3 merupakan nilai terendah. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, dalam hal kegiatan membimbing sikap ditemukan fakta bahwasanya guru masih kurang dalam memberi batasan terhadap pengumpulan tugas siswa. Guru hanya memberi siswa tugas, namun banyak siswa yang tidak menyelesaikan pada saat pembelajaran berakhir. Selain itu guru juga masih kurang dalam memberi sanksi yang tepat

11 terhadap keterlambatan siswa dalam tugas, siswa kurang diarahkan dalam menemukan kesimpulan materi, guru kurang dalam memberi motivasi bagi siswa terhadap kegiatan belajar serta guru kurang dalam memfasilitasi siswa belajar. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran guru, kegiatan pembelajaran yang mendidik yang dilakukan oleh guru tersebut rata-rata masih berada pada kategori kurang. Maka ketika hal ini terjadi, sangatlah perlu adanya perbaikan dan peningkatan dalam kegiatan pembelajaran yang mendidik yang dilakukan oleh guru. Setelah observasi kelas, wawancara kembali dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut guru menyatakan bahwa mereka belum maksimal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Guru menyatakan perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran adalah melalui supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Glickman dalam Sudjana, 2012:54). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya dalam membimbing guru untuk memilih dan menggunakan strategi, metode dan teknik pembelajaran untuk setiap mata pelajaran. Supervisi akademik merupakan salah satu tugas pengawas. Seorang pengawas memiliki peran penting dalam kegiatan pengawasan dan pembimbingan

12 bagi guru. Sebagaimana dinyatakan Sudjana, dkk (dalam Barnawi, 2014:12) bahwasanya pengawas merupakan guru yang berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan/sekolah. Seorang pengawas memiliki seperangkat peran dan tugas yang tidak hanya bertujuan untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara baik dan terarah, tetapi juga memberi masukan, bimbingan, dan bantuan kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas sekolahnya. Berdasarkan kebutuhan guru dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya, bersama dengan pengawas dan guru, peneliti merencanakan adanya kegiatan workshop yang bertemakan tentang kegiatan pembelajaran yang mendidik. Peneliti, pengawas dan guru menyusun rancangan pelaksanaan kegiatan workshop tersebut. Hal ini didukung dengan berhasilnya penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2016) yang menyimpulkan bahwa supervisi akademik teknik workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Workshop digunakan untuk membina guru menemukan solusi terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi guru. Khomsatun (2013) juga menggunakan teknik workshop untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada guru kelompok MGMP. Teknik supervisi akademik yang dipilih dalam penelitian ini bersifat kelompok yaitu melalui teknik workshop. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sagala (2012:181) bahwa workshop dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat

13 diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru atau pendidik yang mempunyai masalah yang relatif sama ingin dipecahkan bersama melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Sehingga diharapkan dengan adanya teknik workshop yang dilakukan dalam rangka melaksanakan supervisi yang dilakukan oleh pengawas dapat memberikan peningkatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diadakan supervisi akademik teknik workshop untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran yang mendidik di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi. B. Identifikasi Masalah Identifikasi beberapa masalah-masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas antara lain: (1) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat transfer pengetahuan, (2) Guru kurang memahami perannya sebagai pendidik, (3) Guru belum memahami makna kegiatan pembelajaran yang mendidik, (4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik masih rendah, (5) Bagaimana cara guru meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendidik?, (6) Apakah pengawas sekolah sering melaksanakan kegiatan supervisi akademik?, (7) Bagaimana pengawas sekolah melaksanakan kegiatan supervisi akademik dengan teknik workshop?, (8) Apakah kegiatan pembelajaran yang mendidik dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik teknik workshop?

14 C. Batasan Masalah Terdapat beberapa masalah yang teridentifikasi pada latar belakang masalah dalam penelitian ini, namun penelitian ini dibatasi pada peningkatan kegiatan pembelajaran yang mendidik melalui supervisi akademik teknik workshop. Supervisi akademik teknik workshop akan dilaksanakan terhadap guruguru di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi khususnya pada guru yang bersedia mengikuti workshop. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah supervisi akademik teknik workshop dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran yang mendidik di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran yang mendidik melalui supervisi akademik teknik workshop di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan tentang teknik pembinaan guru dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendidik.

15 2. Secara Praktis a. Membantu guru untuk mengidentifikasi masalah dan pemecahan masalahnya terkait dalam proses pelaksanaan pembelajaran khususnya kegiatan pembelajaran yang mendidik. b. Menjadi referensi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan bekal prinsip pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mendidik. c. Menjadi referensi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pelaksanaan kegiatan supervisi akademik untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. d. Masukan bagi Dinas Pendidikan terkait dalam hal meningkatkan profesionalisme, kinerja dan kualitas Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah untuk masa yang akan datang. e. Sebagai bahan pertimbangan dan motivasi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.