BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Sifat Material

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

Kategori Sifat Material

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Compressive Strength Benda Padat

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

SIFAT MATERIAL. Dipl. Ing. Soedihono, ST, MT

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Disusun Oleh : WIDI SURYANA

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

KEKUATAN BAHAN DITINJAU DARI STRUKTUR MOLEKUL

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

III. KEGIATAN BELAJAR 3. Sifat-sifat fisis dan mekanis bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Uji impak. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material, yaitu. Deformasi plastis Efek Hysteresis Efek Inersia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

FISIKA LABORATORIUM - HEAT TREATMENT

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.

BAB I PENDAHULUAN. karbon, dimana suhu cairnya yang rendah (1200 ). Besi cor. biasanya mengandung silicon sekitar 1% - 3%. Hal ini disebabkan

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

BAB III LANDASAN TEORI

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

Antiremed Kelas 10 Fisika

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Dalam penggunaannya, logam yang digunakan akan mengalami gaya luar atau

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi yang sama dengan gelas. Namun demikian sifat dan karakteristik kedua jenis material ini sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan berjangka pendek (Short Range Order). Sedangkan struktur padatan yang kristal biasa disebut juga keteraturan berjangka panjang (Long Range Order). Secara skematik dapat diilustrasikan pada material silikat (SiO 2 atau SiO 4 ) dengan struktur kristalin amorf seperti pada gambar 2.1 (a) dan bentukan kristalin padatan dengan struktur kristalnya seperti gambar 2.1 (b). (Setiawan dan Heru, 2003). (a) struktur kristalin amorf silika (SiO 4 ) silika (b) bentukan kristalin padatan Gambar 2.1. Struktur Silika

6 Keteraturan berjangka pendek dengan struktur amorf merupakan sifat mikroskopik dari gelas atau kaca. Dimana karakteristiknya berada diantara wujud padat dan cair, dengan kata lain gelas adalah kristalin padatan yang terbentuk dari proses pendinginan cepat wujud cairnya. (Abbas askamal, 1985). Kaca terdiri dari oksidasi in organik, yang didominasi oleh silika (SiO 2 ) dengan beberapa komposisi lain seperti alumina (Al 2 O 3 ) dan cullet. Sebagai contoh pada sintesis kaca laminated atau kaca film. Dimana komposisi penyusunya terdiri dari Silika (Si 2 O 3 ) (70,395%), Alumina (Al 2 O 3 ) (12,842%), Cullet (16,76%). Pada proses pembuatan kaca ataupun gelas diperlukan perlakuan khusus. Seperti perlakuan suhu yang sangat tinggi dalam proses peleburan dan pendinginan yang sangat cepat agar diperoleh struktur kristalin amorf yang mendekati wujud padatan kristalin. Hal ini diharapkan akan menghasilkan kualitas produk kaca yang lebih baik. 2.1.1. Kaca Film Ada dua jenis kaca film yang sudah dikenal secara umum yaitu jenis laminating dan temperate. Perbedaan diantara keduanya terletak pada bahan dan penggunaanya. Sebagai contoh yaitu kaca laminating, terbuat dari komposisi tersusun dari bahan kaca yang didalamnya terdapat lapisan plastik yang sangat kuat dan Silika (Si 2 O 3 ), Alumina (Al 2 O 3 ), dan Cullet. Lapisan plastik ini terletak diantara dua lapisan kaca digunakan untuk kaca depan kendaraan. Apabila kaca depan terkena benturan benda lain atau terjadi tabrakan sehingga menyebabkan pecah, maka lapisan plastik diantara

7 kaca tersebut akan mempertahankan kaca tidak berhamburan kemana-mana. Sedangkan kaca tempered kaca yang diperkeras, terbuat dari komposisi Silika (Si 2 O 3 ), Limestone adalah bahan baku yang mempunyai komposisi Cao, dan Cullet. Seandainya pecah menjadi pecahan-pecahan kecil tidak akan berakibat fatal terhadap penumpang. Proses untuk menghasilkan kaca tempered adalah dengan memanaskan kaca hingga suhu (± 650ºC - 750ºC) dan kemudian didinginkan secara tibatiba dengan semprotan udara. Kaca tempered memiliki beberapa sifat yaitu kuat terhadap benturan, karena telah melalui proses tempering maka kaca lebih kuat dari pada kaca biasa, mampu menahan benturan kira-kira 1.500 kg dan tahan terhadap perubahan suhu udara, perubahan suhu sampai 200º C serta kaca tempered tidak bisa dipotong. (Astuti, Budi, 2005). Kaca Laminating Kaca Tempered Gambar 2.2. Kaca film

8 2.2. Sifat Fisis Gelas Gelas memiliki bentukan atau wujud transparan terhadap pencahayaan. Transparasi pada gelas disebabkan oleh pendinginan yang sangat cepat. Adapun sifat kelistrikan gelas merupakan insulator yaitu material yang berada pada ragam isolator dan semi konduktor. Contohnya yang bersifat isolator seperti paduan gelas keramik, sedangkan yang bersifat semikonduktor adalah paduan gelas dengan logam (metalgelas). Selanjutnya sifat thermal dari gelas memiliki konduktivitas termal yang sangat kecil, jika di bandingkan dengan materialin in organik lainya seperti keramik. Hal ini dikarenakan hambatan yang besar terjadi pada vibrasitermal atom-atomnya oleh karena ketidak beraturan struktur atomnya. (Barsounan, Michael. 1997) 2.2.2. Uji ketebalan, Uji kuat tarik, Uji elongasi, Uji kekerasan. Padatan amorf (short range order), Berwujud padat tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair, Berwujud padat tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair. Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu). Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 10 12 Pa.s). Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida. Karena itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium. Efektif sebagai isolator. Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan. Serangan, sangat lambat pada awalnya, terus dengan percepatan yang kuat sampai pecah akhir. Karena kaca adalah konduktor panas yang buruk, kejutan panas penyebabnya, permukaan dan interior. Rusak jika mereka melebihi kekuatan

9 mekanik, terutama tarik, kaca. Perlawanan kimia (daya tahan) dari kaca terhadap cuaca umumnya sangat baik. Reagen-satunya yang menyerang kaca adalah asam fluorida yang menyerang jaringan silika. Properti yang paling penting dari kaca, yang menentukan sebagian besar aplikasi, adalah transparansi terhadap cahaya, yaitu kemampuan untuk mengirimkan cahaya tampak. Sifat penting lainnya dari kaca adalah mereka refraksi cahaya, yang masuk dari udara Indeks bias n didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam vakum (atau, kurang ketat namun dengan kesalahan sangat kecil di udara) dan kecepatan cahaya di bahan yang bersangkutan. Untuk n kaca normal = 1,51. Indeks bias tidak sama untuk semua radiasi dari spektrum cahaya, tetapi meningkat dengan frekuensi, ini menimbulkan hamburan dari seberkas cahaya melalui prisma menjadi warna utama. Sebelum dilakukan pengujian sifat fisik pada sampel uji yang telah diperoleh, ketebalan sampel uji terlebih dahulu harus diketahui. Uji ketebalan pada sampel uji dilakukan dengan menggunakan mikrometer thickness (gambar 2.4) dengan satuan ketebalan mikrometer. Mikrometer thickness adalah alat untuk mengetahui ketebalan dari suatu material yang berukuran mikro. Cara kerja mikrometer thicknes yaitu dengan menaruh sampel kaca di atas coating kemudian menempelkan sensor mikrometer thickness ke sampel sehingga diperoleh data. Hasil pengujiannya dianaliasis untuk ketebalan sampel uji yang dihasilkan

10 Gambar 2.4 Mikrometer Tickness Kebanyakan material mengalami tegangan beserta deformasinya selama pemrosesan dan penggunaan. Suatu uji mekanis penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketangguhan bahan material yang dibuat dapat diaplikasikan. Kuat tarik (tensile strength) dan kemuluran (elongation) merupakan parameter sifat-sifat mekanis suatu material. Merujuk pada SNI 06-0939-2006 yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (2006), prinsip kuat tarik (tensile strength) dan kemuluran (elongation) adalah menghitung besarnya beban tarik maksimum per satuan luas serta besarnya pertambahan panjang yang diakibatkan oleh beban tarikan pada saat putus. Kekuatan tarik merupakan kekuatan tegangan maksimum bahan untuk menahan tegangan yang diberikan, yaitu : F TS (2.1) A TS adalah kuat tarik (tensile strength), F adalah beban (Nm -2 ), dan A adalah luas penampang (m 2 ). Kecepatan penarikan yang digunakan pada semua sampel adalah sama, sehingga tidak mempengaruhi nilai kuat tarik yang dihasilkan. Sedangkan elongasi adalah regangan plastis linear yang menyertai perpatahan, yaitu:

11 L1 L0 E 100% (2.2) L 0 Dengan E adalah kemuluran (%), L 0 adalah panjang awal (cm) dan L 1 adalah panjang akhir (cm). Besarnya elongasi menentukan keelastisan atau keuletan (ductility) suatu material. Bila nilainya mendekati nol maka material tersebut merupakan material yang rapuh (Van Vlack, 2004). Secara fisis, kondisi eksternal yang sesunguhnya pada kemuluran (elongasi) bergantung pada perubahan suhu. Jika diketahui L = L 0 (1+α t), maka persamaan 2.2 akan menjadi: E = α t (2.3) Dengan α adalah koefisein muai panjang dan t adalah perubahan suhu. Nilai kemuluran berbanding lurus dengan koefisien muai panjang dan kenaikan suhunya. Pengujian tarik adalah pengujian untuk menentukan sifat bahan. Pengujian tarik biasanya dilakukan pada spesimen atau batang uji standart. Bahan yang akan diuji tarik mula-mula dibuat menjadi batang uji dengan bentuk sesuai dengan standart. Pengujian tarik bersifat merusak. Hal ini terjadi karena setelah bahan dibentuk menjadi bahan uji kemudian pengujian tarik dilakukan akan menimbulkan kerusakan atau patah dalam proses. Bila batang uji telah dipilih dan disiapkan maka hasil pengujian mewakili sifat keseluruhan bahan. Kegagalan mekanis yang paling penting pada suatu material adalah perpatahan. Biasanya uji tarik dilakukan hingga bahan uji mengalami perpatahan. Dengan demikian dapat diketahui besarnya energi maksimum yang dapat ditahan oleh bahan

12 uji untuk disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pembuatan bahan tersebut. Secara umum perpatahan digolongkan menjadi dua macam yaitu perpatahan rapuh dan perpatahan ulet. Menurut Van Vlack (2004), perpatahan rapuh melibatkan sedikit atau tanpa deformasi plastis sehingga memerlukan sedikit energi untuk mematahkan material tersebut misalnya gelas, polistirena, dan beberapa besi tuang. Besarnya energi yang dibutuhkan sama dengan luasan di bawah kurva s e (gambar 2.5). Sebaliknya, material yang tangguh seperti karet atau baja memerlukan energi yang besar dalam proses perpatahan karena membutuhkan banyak energi tambahan untuk mendeformasi material secara plastis di sekitar garis patahan. Gambar 2.5: Perpatahan (a) rapuh; (b) ulet (Van Vlack, 2004). Kekerasan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi sebelum rusak atau pecah atau bisa juga didefinisikan suatu ukuran tahanan material terhadap deformasi plastis pada permukaan material. Kekerasan merupakan ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi tekan atau penetrasi yang bersifat tetap (permanen). Pengukuran kekerasan indentasi merupakan cara pengukuran kekerasan yang paling

13 banyak digunakan. Dalam penelitian ini metode standart yang dipilih adalah Vickers Hardness Test, karena dapat dilakukan untuk material yang keras sampai lunak dengan menggunakan skala pembebanan yang sama. Prinsip pengukuran Vickers Hardness adalah aplikasi dari pembebanan dengan penekanan pada permukaan sampel menggunakan intan berbentuk piramid dengan sudut kemiringan. Kita bisa lihat Gambar (2.6 dan 2.7) di bawah ini. Gambar 2.6 Alat uji kekerasan Vickers / Mikro Vickers

14 Gambar 2.7 Identor dan cara uji kekerasan Vickers Nilai kekerasan berkaitan dengan kekuatan luluh atau ketahanan suatu bahan terhadap deformasi plastik. Nilai kekerasan Vickers dinyatakan sebagai perbandingan antara berat beban penekan dengan luas lekukan yang ditimbulkan oleh penekan piramida. Harga kekerasan Vickers Hardness Test (VHN) yaitu : (2.4) dengan VHN, P, D berturut-turut adalah bilangan kekerasan Vickers (kg/mm²), beban atau gaya (N) dan panjang diagonal(mm).