BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaaan juga harus dimaksimalkan, nilai peusahaan yang telah go public

BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabel terhadap seluruh stakeholder, bukan hanya terhadap salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Fama (1987) menyebutkan bahwa nilai perusahaan

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut harus menerapkan prinsip good corporate. governance. Prabaningrat dan Widanaputra (2015) dalam Luhwulan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB). Setelah Produk Domestik Bruto dapat dipakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era industri yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis saat ini semakin ketat pada perusahaan, agar

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan (Indrayani, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham serta nilai perusahaan (value of the firm) (Brigham dan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan adalah dengan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

BAB I PENDAHULUAN. kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, yaitu perusahaan dapat menyerap lapangan pekerjaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan didirikan memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (2007). Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Begitu pula dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya ketika suatu perusahaan didirikan tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan baik bagi pemilik perusahaan terlebih bagi para pemegang sahamnya. Setelah memperoleh keuntungan maka perusahaan menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Meythi, 2013). Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham, menurut Dewi, Handayani & Nuzula (2014) peningkatan harga saham akan membuat nilai perusahaan tinggi. Dengan demikian, nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran bagi para pemegang saham dan hal tersebut merupakan keinginan pemilik perusahaan. Harga saham dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan, sedangkan nilai perusahaan ditentukan oleh pasar saham (Walsh, 2003). Semakin baik kinerja perusahaan yang diperlihatkan oleh harga sahamnya tentu akan memberikan return yang tinggi bagi para investor (Hermuningsih, 2010). Hal tersebut diatas akan memicu investor untuk mencari perusahaan yang memiliki kinerja baik dan menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. 1

Nilai perusahaan dapat diukur dari berbagai aspek diantaranya adalah melalui nilai buku (book value) dan nilai pasar (market value) ekuitas. Nilai buku ekuitas adalah nilai aktiva atau kelompok aktiva pada saat aktiva tersebut diperoleh, nilai buku ekuitas didasarkan pada pembukuan perusahaan. Sedangkan nilai pasar ekuitas adalah nilai ekuitas yang didasarkan pada harga saham perusahaan di pasar modal. Nilai pasar ekuitas memberikan gambaran kepada manajemen perusahaan apa yang diinginkan oleh para investor pada performa perusahaan saat ini maupun prospek perusahaan tersebut di masa depan (Hariati & Rihatiningtyas, 2015). Subekti, Wijayanti & Akhmad (2010) menyatakan bahwa nilai buku memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu rawan terjadi praktik manipulasi transaksi keuangan dan dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan untuk mengelola labanya dalam rangka mencapai target laba yang telah ditetapkan. Sementara itu, nilai perusahaan berdasarkan nilai pasar (market value) ekuitas dapat dihitung dengan mengalikan jumah saham perusahaan yang beredar dengan harga pasar saham tersebut. Namun perhitungan dengan menggunakan nilai pasar ekuitas juga menghadapi kendala. Menurut Koentin (2002) pengukuran nilai perusahaan yang didasarkan pada harga pasar saham memiliki kelemahan-kelemahan. Pertama, terdapat unsur permainan yang dilakukan oleh spekulator untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat sehingga pasar saham dapat naik maupun merosot tajam. Kedua, harga pasar saham yang cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologis dan tindakan irasional investor dalam berinvestasi. Ketiga, 2

harga saham di bursa lebih sering tidak mencerminkan keadaan fundamental perusahaan. Fenomena diatas terjadi dan bukan tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar di pasar saham Indonesia. Pengukuran dengan nilai buku dan nilai pasar ekuitas dilihat kurang dapat mewakili penilaian atas nilai perusahaan (Subekti, et al., 2010). Tanggung jawab yang berkaitan dengan harga saham ini ialah bahwa pasar perlu setiap saat mengetahui informasi dan data yang diperlukan untuk mendapatkan nilai berapa harga saham wajar menurut perusahaan (Koentin, 2002). Alternatif untuk mengukur nilai perusahaan kemudian dikembangkan oleh seorang penerima Nobel di bidang ekonomi bernama James Tobin dari Universitas Yale dengan menggunakan rasio Tobin s Q. Rasio Tobin s Q merupakan suatu rasio yang dapat memberikan informasi terbaik dalam mencerminkan nilai perusahaan sebab dalam perhitungannya rasio ini melibatkan seluruh unsur dari hutang dan modal saham perusahaan, yang tidak hanya meliputi saham biasa dan ekuitas pemegang saham saja akan tetapi seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan (Dewi, et al., 2014). Rasio Tobin s Q dapat dijadikan suatu perhitungan yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengharapkan investasi yang positif di masa depan (Sudiyatno & Puspitasari, 2010). Pemilik perusahaan tentunya menginginkan adanya peningkatan nilai perusahaan yang dapat terlihat pada harga saham perusahaan di pasar namun 3

terkadang pihak manajemen memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya.pihak manajemen perusahaan dapat melakukan tindakan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri dan mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan. Konflik yang dapat terjadi ini dinamakan konflik keagenan (agency conflict) (Hafiz, Adriani & Chairina, 2015). Manajemen diposisikan sebagai agen dan pemilik perusahaan sebagai prinsipal. Untuk mengakomodir terjadinya konflik keagenan maka munculah teori agensi (agency theory) yang memberikan pandangan bahwa praktik kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak agen hingga berdampak pada penurunan nilai perusahaan dapat diminimalisir dengan adanya suatu mekanisme pengawasan atau monitoring, yaitu melalui implementasi tata kelola perusahaan atau lebih dikenal dengan GCG (Good Corporate Governance) (Sari dan Riduwan, 2013). Implementasi GCG ini diharapkan menjadi penghambat konflik dan kecurangan sehingga laporan kinerja perusahaan dapat menggambarkan nilai fundamental yang sebenarnya (Achmad, 2014). GCG yang merupakan konsep dari teori keagenan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan (Sari & Riduwan, 2013). GCG berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer 4

(Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Beberapa aspek yang menjadi pengukuran dalam GCG antara lain kepemilikan institusional, keberadaan dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit. Perusahaan berlabel GCG diharapkan memiliki nilai perusahaan yang baik di mata publik terutama bagi investor sehingga dapat menarik investor untuk dapat menanamkan modalnya Penerapan GCG erat kaitannya dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility, karena dilaksanakan terintegrasi dengan bisnis perusahaan. Hal tersebut dibuktikan bahwa dalam pelaksanaannya CSR harus dilakukan sesuai dengan ruang lingkup usaha perusahaan sebagaimana ditetapkan dalam visi, misi, strategi, dan pedoman kebijakan perusahaan. Menurut Murwaningsih (2009) CSR mempunyai keterkaitan yang erat dengan GCG, keduanya memiliki kedudukan yang kuat dalam dunia bisnis namun berhubungan satu sama lain. CSR berorientasi kepada para stakeholders, hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip utama GCG yaitu responsibility, sedangkan pengungkapan pelaksanaan CSR sejalan dengan prinsip transparansi. CSR dipandang sebagai tanggung jawab dari perusahaan yang mencangkup tanggung jawab ekonomi, sosial dan lingkungan (Achmad, 2014). Penenerapan CSR merupakan suatu bentuk komunikasi perusahaan terhadap efek sosial dan lingkungan atas tindakan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk kontribusi perusahaan yang dapat diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan (Gregory, Tharyan & Whittaker, 2014). CSR di Indonesia berkembang seiring dengan dikeluarkannya peraturan terhadap praktik dan penerapan CSR melalui Undang-Undang Perseroan Terbatas 5

Nomor 40 tahun 2007, pasal 66 dan 74 serta UU Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 yang mengatur setiap penanam modal untuk ikut serta dalam melaksanakan CSR. Saat ini kepedulian perusahaan melalui CSR dinyatakan dengan keikutsertaan perusahaan untuk menerapkan ISO 14001 mengenai seperangkat standar internasional bidang manajemen lingkungan yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan (Jo & Harjoto, 2011). Dengan adanya sertifikasi ISO 14001 ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tidak hanya dilihat dalam dimensi kinerja sumberdaya manusia dan tanggungjawab sosialnya tetapi juga faktor yang terpenting adalah aspek finansial yang ada di dalam perusahaan. Profitabilitas dapat mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, artinya bahwa profitabilitas akan berpengaruh terhadap nilai karena sumber internal perusahaan yang semakin besar (Ayuningtyas, 2013). Sujoko dan Soebiantoro (2007) menjelaskan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga para investor akan merespon positif sinyal tersebut, sehingga harga saham dan nilai perusahaan meningkat. Karena alasan itulah maka perusahaan berupaya keras dalam memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai profit yang di targetkan oleh perusahaan guna memaksimalkan kemakmuran pemilik dan pemegang saham perusahaan (Cahyanto, Darminto, & Topowijono, 2014). ROE mengukur kinerja profitabilitas dan memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan lebih tinggi sehingga investor 6

akan tertarik untuk membeli saham. Peningkatan ROE perusahaan akan membuat para pemegang saham semakin percaya terhadap kinerja perusahaan dan investor juga akan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan (Putri, 2010). Oleh karena itu, Hemuningsih (2012) melihat bahwa semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan maka akan semakin meningkat pula nilai perusahaan yang diperlihatkan dengan pengembalian terhadap investasi. Rasio Tobin s Q yang digunakan dalam penelitian ini akan mengukur nilai perusahaan sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor ini merupakan sektor penopang dalam pembangunan yang sedang mengalami imbas krisis perekonomian. Kelesuan ekonomi menyebabkan nilai perusahaan tersebut mengalami penurunan. Pada Gambar 1.1 diperlihatkan grafik nilai perusahaan pertanian dan pertambangan di Indonesia periode 2010-2014. Gambar 1.1 Nilai Perusahaan Pertanian dan Pertambangan di Indonesia Nilai Perusahaan Tobin's Q 2.86 2.31 1.53 1.42 1.33 2010 2011 2012 2013 2014 Data diolah berdasarkan laporan keuangan 2010-2014 7

Sepanjang 2010-2014 terjadi penurunan nilai perusahaan yang dihitung dengan rasio Tobin s Q pada perusahaan di sektor primer. Penurunan nilai perusahaan tersebut tentu disebabkan oleh indikator dari luar maupun dari dalam perusahaan. Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam kenyataannya ternyata faktor penentu tersebut tidak selalu konsisten dalam mempengaruhi nilai perusahaan, baik dalam hal arah/tanda maupun ada tidaknya keberadaan pengaruh tersebut. Hasil penelitian yang berkaitan dengan keberadaan pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Puwaningtyas dan Pangestuti (2010), mereka memperlihatkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Sari (2013) mengenai kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun hal yang berbeda disampaikan oleh Mustapa, Ghazali & Mohamad (2015) kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariati & Rihatiningtyas (2015) pada tahun yang sama. Penelitian untuk melihat apakah keberadaaan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Hariati & Rihatiningsih (2015), mereka mengatakan bahwa independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun, Wardoyo & Veronica (2013) dalam penelitiannya mengenai pengaruh independensi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang negatif sehingga dapat 8

dikatakan bahwa besar kecilnya proporsi dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan bukanlah menjadi jaminan peningkatan nilai perusahaan. Penelitian mengenai keberadaan pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan menjadi salah satu variabel yang diteliti oleh Rustiarini (2010), keberadaan komite audit dapat memantau perusahaan dalam GCG untuk peningkatan nilai perusahaan sehingga menunjukkan hasil yang positif. Sedangkan, Sari (2013) menyatakan bahwa komite audit menunjukkan hubungan yang negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan yang diteliti oleh Hariati & Rihatiningsih (2015) memperlihatkan bahwa kinerja lingkungan yang diimplementasikan melalui CSR memiliki hubungan yang positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian lain yang diungkapkan oleh Harjoto & Jo (2011) menyatakan bahwa CSR merupakan indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan sehingga berpengaruh positif dalam penelitian tersebut. Namun, hal tersebut bertentangan dengan Wardoyo & Veronica (2013) yang menguji pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian terhadap CSR memperlihatkan nilai yang negatif. Cecilia, et.al (2015) juga menyatakan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang berhubungan dengan keberadaan pengaruh profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Putri (2010) yang memperlihatkan bahwa ROE berpengaruh negatif. Lain 9

halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermuningsih (2012), profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan inkonsistensi hasil penelitian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian yaitu Pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Primer Periode 2010-2014. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Nilai perusahaan merupakan indikator yang paling penting untuk sebuah perusahaan yang go public. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik saham, sebab dengan nilai yang tinggi akan memberikan kemakmuran bagi mereka. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh kinerja sumber daya manusia, kepeduliannya terhadap sosial serta lingkungan sekitar dan kinerja keuangan. Mekanisme penerapan Good Corporate Governance untuk meningkatkan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menilai beberapa aspek, yaitu: kepemilikan institusional, komposisi komisaris independen, dan ukuran komite audit (Achmad, 2014). Sedangkan kepedulian terhadap lingkungan yang dilakukan agar nilai perusahaan mengalami peningkatan di mata publik dapat dilakukan dengan penerapan ISO 14001. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dengan profitabilitas. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga para investor mendapatkan respon positif dengan adanya peningkatan harga saham dan nilai perusahaan. Profitabilitas dapat diukur 10

dengan Return On Equity (ROE) untuk melihat pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah GCG, CSR dan profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor primer? 2. Apakah GCG, CSR dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor primer? 3. Seberapa besarkah kontribusi GCG, CSR dan profitabilitas dalam menjelaskan nilai perusahaan pada perusahaan sektor primer? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Menguji secara empiris pengaruh GCG, CSR dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor primer. 2. Menguji secara empiris pengaruh GCG, CSR dan profitabilitas secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor primer. 3. Menguji secara empiris seberapa besar kontribusi GCG, CSR dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor primer. 11

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat yaitu teoritis dan praktis: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memberikan konfirmasi atas hasil-hasil penelitian sebelumnya terkait nilai perusahaan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak, antara lain: a. Bagi perusahaan. Mampu memberikan masukan bagi perusahaan untuk mengaplikasikan variabel-variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan nilai perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan pada kinerja di masa yang akan datang. b. Bagi Investor. Mampu memberikan rekomendasi dalam melihat nilai suatu perusahaan sehingga dapat menilai prospek perusahaan di masa kini dan masa depan. 1.5 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 12

Bab I Pendahuluan Bab ini berisi uraian fenomena yang menjadi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka, Rerangka Pemikiran, Model dan Hipotesis Penelitian Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, rerangka pemikiran, model penelitian dan hipotesis penelitian. Bab III Objek dan Metode Penelitian Bab ini berisi objek penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, operasionalisasi variabel, dan metode penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjabarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan implikasi yang sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menjelaskan simpulan penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah dan saran bagi peneliti selanjutnya. 13