Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

dokumen-dokumen yang mirip
bahwa semakin besar jarak ukur maka dosis serap yang diterima semakin kecil. Kata kunci :Kalibrasi, survei meter, dosis serap, faktor kalibrasi

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Penulis koresponden. Alamat

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

PERSENTASE DOSIS KEDALAMAN (PDD) PADA PESAWAT TELETERAPI CO-60. Fisikawan medik Habib Syeh Az /

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PREDIKSI DOSIS PAPARAN RADIASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASTERING PADA DOSIMETER FILM

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

Alat Proteksi Radiasi

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

TEORI DASAR RADIOTERAPI

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN PROTEKSI RADIASI PENGENALAN ALAT UKUR RADIASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DOSIS PERORANGAN MENGGUNAKAN THERMOLUMINISENCE DOSIMETER (TLD)

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

TANGGAPAN THERMOLUMINESCENT DOSIMETER CaSO 4 :Dy TERHADAP MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA, GAMMA DAN MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA GAMMA

FISIKA ATOM & RADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENGUKURAN DOSIMETER PERORANGAN PEKERJA RADIASI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA TAHUN Yanni Andriani, Elfida Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

EFEK VARIASI WAKTU DAN ANGULAR SENSITIVITY DETEKTOR KAMAR IONISASI TERHADAP DOSIS RADIASI SKRIPSI

pelaksanaan program proteksi dan keselamatan sumber radioaktif yang berada di Batakan base PT. Halliburton Indonesia Balikpapan-Kalimantan Timur dapat

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

BAB IV Alat Ukur Radiasi

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

KALIBRASI MONITOR AREA DI REAKTOR KARTINI YOGY A KART A Agung Nugroho PTKMR - BATAN

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

INTERKOMPARASI PENGUKURAN OUTPUT IRADIATOR 137 Cs DAN PERSONAL DOSE EQUIVALENT, Hp(10) MENGGUNAKAN TLD DAN FILM

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

ABSTRAK. PENDAHULUAN hasil produksi, teknologi nuklir dapat ABSTRACT

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

Transkripsi:

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul Samad Jurusan Fisiska Fakultas Matematika Dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Analisis of The Ouput Radiation Dose to The source CS 137 in The Calibration Process Pendosimeter Muhijrah 1, Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul Samad Fisiska Department of the Faculty of Mathematics and Natural Science Hasanuddin University INTISARI Telah dilakukan penelitian mengenai analisis dosis keluaran radiasi dengan sumber Cs-137 pada proses kalibrasi pendosimeter dengan menggunakan skala 50 µsv, 100 µsv, 500 µsv, 1000 µsv pada jarak 200 cm. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan variasi dosis dengan mengubah lamanya radiasi, semakin lama radiasi sumber Cs 137 ditembakkan maka semakin besar dosis radiasi yang diterima. Faktor kalibrasi pendosimeter diperoleh dari dosis standar dibagi dengan dosis yang terukur, secara umum berada dalam batas yang diizinkan yaitu antara 0,8 FK 1,20. Kata kunci : pendosimeter, Cs-137, kalibrasi ABSTRACT The research has been the dose of radiation output by 137 Cs source in the calibration process pendosimeter use at a distance 200cm. Metode 50 µsv, 100 µsv, 500 µsv, 1000 µsv scale used in this study is to provide a dose variation by changing the length of the radiation, the longer the radiation source 137 Cs fired the greater in accepted. The factor radiation dose calibration pendosimeter obtained from standard dose divided doses measured, generally staying within the permitted between 0,8 FK 1,20. Keyword : pendosimeter, Cs-137, cali bration 1

Pendahuluan Sepanjang kehidupan manusia mendapatkan penyinaran atau radiasi yang berasal dari bumi dan radiasi akibat aktivitas tubuhnya.sedangkan radiasi buatan manusia antara lain sinar X dan berbagai penggunaan isotop.radiasi alam dan radiasi buatan manusia menimbulkan beberapa resiko pada tubuh dan jaringan-jaringan tubuh.pemamfaatan zat radioaktif atau radiasi pengion memberikan mamfaat positif pada kesejahteraan manusia, akan tetapi pemamfaatan ini juga mengandung risiko. Oleh karena itu untuk mengurangi efek negatif perlu diterapkan ketentuan keselamatan radiasi dan keamanan sumber radioaktif yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, yang bertujuan untuk melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. [1] Salah satu alat yang banyak digunakan adalah pendosimeter sebagai alat ukur radiasi yang menggunakan ionisasi gas dan juga menggunakan prinsip elektroskop.alat yang dipergunakan berupa dosimeter saku detektor semikonduktor yang diujikan terhadap variasi dosis radiasi, laju dosis radiasi serta variasi suhu. Prinsip kerja dari alat ini terdiri dari detektor semikonduktor bahan silikon, power suplay,peralatan penunjang seperti : penguat, counter, memory. Metode yang dilakukan untuk memberikan variasi dosis yaitu dengan mengubah lamanya radiasi. Semakin lama radiasi yang ditembakkan maka semakin besar dosis radiasi. Oleh sebab itu pendosimeter harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan skala yang akurat. Sumber kalibrasi yang biasa digunakan untuk pendosimeter adalah Cs- 137. Kalibrasi ini dilakukan secara rutin pada selang waktu tertentu atau dilakukan secara berkala. Sehingga pada kesempatan kali ini penulis tertarik untukmengangkat judul analisis dosis keluaran radiasi dengan sumber Cs -137 pada proses kalibrasi pendosimeter. Dosimeter merupakan kegiatan pengukuran dosis radiasi dengan teknik pengukurannya didasarkan pada pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi dalam gas terutama udara. Radiasi mempunyai ukuran atau satuan yang menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau yang diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Radiasi mempunyai satuan karena radiasi membawa atau mentransfer energi dari sumber radiasi 2

yang diteruskan pada medium yang menerima radiasi. Karakteristik satu sumber yang akan digunakan untuk kalibrasi sangat tergantung pada faktor internal dan eksternal. Yang termasuk kategori faktor internal adalah disain sumber radiasi, keseragaman berkas radiasi, dan system kolimator. Sedangkan yang termasuk kategori faktor internal antara lain : kondisi pengukuran (posisi,tekanan dan temperature udara), alat ukur radiasi yang digunakan serta disain ruang kalibrasi yang memenuhi persyaratan Karakterisasi dari dosimeter saku digital detektor semikonduktor terhadap pengaruh dosis radiasi, laju radiasi dan perubahan suhu dapat diketahui melalui tingkat kepekaan dosimeter. Dengan mengetahui karakterisasi alat ini keselamatan bagi pekerja dan lingkungan lebih terjamin. Mengingat bahaya radiasi yang ditimbulkan terhadap efek biologi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip proteksi radiasi. Alat yang dipergunakan berupa dosimeter saku detektor semikonduktor yang diujikan terhadap variasi dosis radiasi, laju dosis radiasi serta variasi suhu. Prinsip kerja dari alat ini terdiri dari detektor semikonduktor bahan silikon, power suplay, peralatan penunjang seperti : penguat, counter, memory. Metode yang dilakukan untuk memberikan variasi dosis yaitu dengan mengubah lamanya radiasi. Semakin lama radiasi yang ditembakkan maka semakin besar dosis radiasi. Metode untuk memberikan pengaruh variasi laju dosis radiasi yaitu dengan merubah jarak dosimeter saku digital dengan sumber radiasi (Cs-137). Semakin dekat jarak sumber radiasi dengan dosimeter maka semakin besar laju dosis yang diberikan. [7] Kalibrasi alat ukur radiasi adalah penentuan respon alat ukur radiasi terhadap suatu paparan atau dosis radiasi yang telah diketahui.sudah merupakan ketentuan bahwa setiap alat ukur proteksi radiasi harus dikalibrasi secara periodik. Hal ini dilakukan untuk menguji ketepatan nilai yang ditampilkan alat terhadap nilai sebenarnya. Perbedaan nilai antara yang ditampilkan dan yang sebenarnya harus dikoreksi dengan satu parameter yang disebut faktor kalibras (FK). Dalam melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan alat harus dikalikan dengan faktor kalibrasinya. Suatu alat ukur radiasi yang dikalibrasi dengan cara membandingkan hasil bacaan alat ukur dengan alat ukur standar. Kedua alat ukur disinari pada satu titik dengan laju dosis yang sama. Alat ukur standarmemberikan bacaan laju dosis sedangkan alat ukur yang 3

dikalibrasi menunjukkan skala bacaan. Faktor kalibrasi dari alat ukur yang dikalibrasi adalah [8] : FK = (2.5) Keterangan : FK = Faktor kalibrasi Ds = Bacaan alat ukur standar Du = Bacaan alat ukur yang dikalibrasi Kalibrasi dapat juga dimamfaatkan untuk menentukan layak tidaknya suatu alat ukur radiasi yang dipakai untuk pemantauan radiasi. Suatu alat ukur dinyataan sangat baik apabila nilai FK-nya sama dengan satu.sedang simpangan nilai FK yang masih diizinkan adalah berkisar antara ± 20% dari 1. Jadi alat ukur radiasi dikatakan layak apabila nilai FK-nya berkisar antara0,80 sampai dengan 1,20. Jika nilai FK alat berada diluar nilai tersebut, maka alat ukur radiasi dikatakan sudah tidak layak pakai. Jika kalibrasi pada suatu skala dilakukan berulang-ulang, maka data rata-rata dan simpangan nilai FK alat tersebut dapat dipakai untuk menentukan kestabilan tanggapan alat ukur terhadap radiasi. Tanggapan alat itu dikatakan stabil apabila simpangan dari FK rata-ratanya tidak lebih dari 20%. Metode kalibrasi yang lain yaitu menyinari alat ukur radiasi yang akandikalibrasi dalam medan radiasi yang diketahui laju dosisnya. Ketepatan pengukuran laju dosis harus dipertanggung jawabkan. Teknik dikenal sebagai kalibrasi menggunakan laju dosis standar. FK = (2.6) Keterangan : Ds = Laju dosis sebenarnya (dari sumber) Da = Laju dosis terukur (oleh alat) Metode Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2016, diruang Irradiator Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Makassar, Jl.Perintis Kemerdekaan KM 11, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan. III.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi : 1. Pesawat Irradiator dengan sumber Cs- 137 Gambar III.1 Pesawat Irradiator 2. Pendosimeter sebagai alat ukur radiasi. 4

3. Farmer dosimeter berfungsi untuk mengukur keluaran sumber Cs-137. 4. Kamera dan CCTV berfungsi untuk memantau ruangan. 5. Laser infra merah berfungsi untuk menentukan titik fokus penyinaran. 6. Phantom sebagai pengganti tubuh manusia. 7. Meteran digunakan untuk mengukur jarak antara sumber radiasi Cs-137 dengan pendosimeter. III.3 Prosedur /Metodologi Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain : 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Melakukan cek stabilitas, sebelum menggunakan alat ukur, maka harus diyakinkan bahwa alat ukur yang dipakai akan memberikan bacaan yang bisa dipercaya dan akurat. Untuk itu sebelum Irradiator Cs-137 digunakan perlu dilakukan tes kestabilan alat itu sendiri.stabilitas alat ini dilakukan dengan menggunakan farmer dosimeter yang dihubungkan dengan refence Source dengan sumber radiasi acuan yaitu stronsium (Sr -90) denagn waktu paruh 28,5 tahun. Pemeriksaan stabilitas alat dilakukan untuk setiap kali pengambilan data. 3. Setelah alat ukur dinyatakan stabil, maka alat ukur bisa digunakan untuk membaca dosis keluaran (output) dari pesawat Irradiator Cs-137 hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa dosis keluaran pada saat pengukuran. Kemudian menentukan laju kerma udara dengan sumber Cs-137. 4. Menhitung waktu penyinaran berdasarkan dosis ekivalen yang telah ditetapkan dengan menggunakan persamaan (2.9) 5. Laser, CCTV dan monitor Tv dinyalakan. Pendosimeter diletakkandiphantom pada jarak 200 cm dari sumber radiasi Cs-137 dengan menggunakan laser dan meteran. Menempatkan pendosimeter pada jarak 200 cm yang akan disinari dengan sumber Cs-137. Kemudian menutup ruang kalibrasi dan lama waktu penyinaran diatur dengan menekan tombol waktu penyinaran pada kontrol unit Irradiator Cs-137. 6. Melakukan penyinaran pendosimeter dengan radiasi sumber Cs-137 dengan berbagi skala. IV.1 Hasil Penelitian ini dilaksanakan dibalai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Makassar,menggunakan pesawat Irradiator Cs-137, model / type IBT-103, buatan 5

Indonesia/ Batan, dengan jenis detektor bilik pengion, volume 600 cc dengan No seri detector 2575C/565. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 4 (empat) kali dan penyinaran sebanyak 12(dua belas ) kali pada pendosimeterdengan merek Aloka buatan Jepang model PDM-112 no seri 90675. Dalam penelitian ini diperoleh hasil pengukuran pendosimeter dengan sumber Cs-137 dari berbagai macam skala 50 µsv, 100µSv, 500 µsv,1000 µsv pada 200 cm yang dilakukan pada tanggal 10 Februari 2016. Penyinaran pendosimeter dengan menggunakan skala 50 µsv, 100µSv, 500 µsv, 1000 µsv pada 200 cm tanpa absorber. Hasil pengukuran 50µSv menunjukkan hasil pengukuran 53,333 µsv dengan dosis standar 49,898 µsv, skala 100 µsv menunjukkan hasil pengukuran 103,666µSv dengan dosis standar 99,988, skala500µsv menunjukkan hasil pengukuran 551µSv dengan dosis standar 499,80 µsv, skala 1000µSv menunjukkan hasil pengukuran 1024µSvdengan dosis standar 999,88 µsv.seperti pada tabel 4.1.1 di bawah ini : Tabel IV.1.1 Hasil Pengukuran Pendosimeter dengan sumber Cs-137 No Skala Dosis standar Hasil pengukuran 1. 50 49,898 53,333 2. 100 99,988 103,666 3. 500 499,80 551 4. 1000 999,88 1024 IV.2. Pembahasan Dosis standar diperoleh dari hasil pengukuran laju kerma udara yang telah dibuat oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Makassar. Kemudian nilai standar tersebut dijadikan dosis acuan atau laju dosis standar. Setelah dilakukan pengukuran dengan berbagai skala 50 µsv, 100µSv, 500µSv, 1000µSv diperoleh hasil pengukuran yang statis bahwa skala berbanding lurus dengan hasil pengukuran. Ini menyatakan bahwa semakin besar dosis yang diberikan semakin besar nilai pengukuran.setelah mendapatkan nilai pengukuran untuk setiap dosis. Ini menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara dosis dengan hasil pengukuran sangat berpengaruh.seperti pada gambar IV.2.1 di bawah ini : 6

Gambar IV.2.1 Grafik hubungan antara Skala dengan hasil pengukuran Dari setiap dosis yang diberikan pada penyinaran mengalami peningkatan disebabkan oleh waktu penyinaran.waktu penyinaran didapatkan dari laju kerma udara yang telah ditentukan sebelumnya, dan diperoleh dosis ekivalen Hp (10). Setelah didapatkan dosis ekivalen Hp (10) maka dapat dihitung waktu penyinaran dari berbagai dosis yang diinginkan untuk penyinaran suatu pendosimeter. Apabila waktu penyinaran (t) yang telah didapatkan, dihubungkan dengan dosis yang telah ditetapkan, berdasarkan persamaan (2.9)maka akan diperoleh hubungan bahwa semakin kecil dosis yang diberikan pada saat penyinaran pendosimeter maka semakin kecil waktu penyinaran yang dibutuhkan. Begitu pula sebaliknya semakin besar dosis yang diberikan pada saat penyinaran pendosimeter maka semakin besar pula waktu penyinaran yang dibutuhkan. Seperti pada Tabel IV.2.2 di bawah ini : Dari Tabel IV.2.2 Hubungan waktu penyinaran dengan dosis No Skala Dosis Standar Waktu (detik) t 0 t 1 t total 1. 50 49,898 25 4 29 2. 100 99,988 44 4 48 3. 500 499,80 250 4 254 4. 1000 999,88 453 4 457 Keterangan : t 0 = waktu mula-mula yang di peroleh dari persamaan (2.9) t 1 = waktu jeda untuk membuka semua absorber t total = waktu keseluruhan Dari Tabel IV.2.2. Menunjukan hubungan skala dengan waktu penyinaran menunjukkan pada skala 50 µsv waktu yan dibutuhkan untuk menyinari pendosimeter sebesar 29 detik, pada skala 100 µsv waktu yang dibutuhkan untuk menyinari pendosimeter sebesar 48 detik, untuk skala 500 µsv waktu yang dibutuhkan untuk menyinari pendosimeter sebesar 254 detik, untuk skala 1000 µsvdibutuhkan waktu sebesar 457 detik. Disetiap waktu penyinaran ditambah dengan 4 (empat) detik disebabkan oleh untuk membuka semua absorber, dari absober 1, absorber 2, absorber 3, absorber 4, absober 5 membutuhkan waktu selama 4 (empat) detik. Berdasarkan hasil pengukuran dari skala yang berbeda-beda itulah didapatkan hasil grafik yang linear,hal ini mengindikasikan bahwa dosis ekivalen 7

Hp(10) merupakan akumulasi dosis dari waktu penyinaran yang ada, dengan kata lain dosis yang diterima berbanding lurus dengan lamanya penyinaran. Seperti pada gambar IV.2.3 di bawah ini : Gambar IV.2.3 Grafik hubungan skala dengan waktu penyinaran. Apabila dosis standar telah didapatkan, kemudian dibagi dengan hasil bacaan pendosimeteryang disinari dengan sumber radiasi CS- 137 dirata-ratakan maka diperoleh faktor kalibrasi berdasarkan persamaan (2.6), seperti pada Tabel IV.2.4 di bawah ini : Tabel IV.2.4. Hubungan dosis standardengan faktor kalibrasi pada kalibrasipendosimeter. No Dosis Standar Dosis terukur Faktor Kalibrasi 1. 49,898 53,333 0,9355 2. 99,988 103,666 0,96 3. 499,80 551 0,907 4. 999,88 1024 0,976 Dari tabel IV.2.4 Diperoleh hasil hubungan dosis standar dengan faktor kalibrasi menunjukkan untuk dosis 49,898 µsv dengan dengan faktor kalibrasi 0,9355 untuk dosis 99,988 µsv dengan faktor kalibrasi 0,96 untuk dosis 499,80 µsv dengan faktor kalibrasi 0,907 untuk dosis 999,88 µsv dengan faktor kalibrasi 0,976. Besar tanggapan yang dihasilkan pendosimeter sebanding dengan dosis radiasi yang diterima sebelumnya. Suatu alat ukur dinyatakan sangat baik apabila FKnyas ama dengan satu. Sedangkan nilai FK yang masih diizinkan adalah berkisar antara ± 20% dari 1. Jadi alat ukur radiasi dikatakan layak pakai apabila nilai FKnya berkisar antara 0,80 sampai dengan 1,20. Jika nilai FK alat berada diluar nilai tersebut, maka alat ukur tersebut dikatakan sudah tidak layak pakai ( BATAN, 2005) Kesimpulan 1. Hasil pengukuran dengan menggunakan skala 50µSv,100µSv,500 µsv,1000 µsv pada 200 cm pada kalibrasipendosimeter menunjukkan nilai faktor kalibrasi antara 0,9355 sampai dengan 0,976 dengan nilai penyimpangan yang masih berada didalam batas yang telah ditentukan yaitu berkisar 0,80 sampai dengan 1,20. (BATAN 2005). 8

2. Hasil pengukuran dosis keluaran radiasi dengan sumber Cs-137 pada proses kalibrasipendosimeter menunjukkan bahwa semakin besar dosis yang diberikan pada saat penyinaran maka makin besar pula waktu penyinaran yang dibutuhkan. Hasil pengukuran radiasi keluaran sumber Cs-137 tanpa absorber sangat tinggi sehingga waktu penyinaran relatif singkat.hal ini dikarenakan radiasi yang dipancarkan oleh sumber Cs-137 langsung terserap oleh pendosimeter pada saat disinari. V.2. Saran 1. Sebaiknya dilakukan penyinaran untuk semua absorber maupun tanpa absorber pada dosis yang sama untuk mengetahui tanggapan pendosimeter 2. Sebaiknya dilakukan juga kalibrasi dengan menggunakan dua alat pendosimeter sebagai pembanding. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim Instruktur Pusdiklat BATAN, Dasar dasar Proteksi Radiasi Medik,BATAN,Jakarta.2013 2. AnonimBAPETEN.1999a. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01/Ka-BAPETEN/V-99 Tentang Ketentuan Keselamatan Kerja TerhadapRadiasi,Jakarta;BAPETEN 3. Sunaryati,S.Interkomprasi Pengukuran Dosis Untuk Sumber Radiasi Terapi Co- 60 dan Cs-137.Pusat Standarisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional. Buletin ALARA I.1998 4. Cember H, Pengantar Fisika Kesehatan, Terjemahan Ahmad Toekiman, IKIP Semarang Press, Semarang.1993 5. Wiryosimin,S. Mengenal Azas Proteksi Radiasi.Bandung : ITB.1995 6. Mulyadin,Analisis Pengukuran Laju Kerma Dengan Sumber Cs-137,Skripsi sarjana fisika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.2008 7. http:///www.repository.ipb.ac.id/ Karakterisasi Dosimeter Saku DigitalMerekAloka PDM- 112,Yuniarti.DKK,2003 8. Mukhlis A, Dasar- Dasar Proteksi Radiasi, Jakarta.1997 Trijoko,S. Paparan dan Kerma Udara, P3KRBiN, Jakarta 9