06 : TRANFORMASI FASA

dokumen-dokumen yang mirip
pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

IV. KEGIATAN BELAJAR 4 DIAGRAM PHASA A. Sub Kompetensi Diagram phasa untuk bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

LOGAM DAN PADUAN LOGAM

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya

Material Teknik BAB III: Gerakan Atom pada Benda Padat

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

Pertemuan ke 4. Keseimbangan Diagram Phase. Pada paduan dalam keadaan padat ada tiga kemungkinan macam fasanya, yaitu:

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I


HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2. Logam Cair & Saluran dalam Pengecoran

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

85%Cu-15%Zn % Cu - 30% Zn % Cu - 40% Zn

Recovery logam dengan elektrolisis

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

H = H hasil reaksi H pereaksi. Larutan HCl

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

Materi #7 TIN107 Material Teknik 2013 FASA TRANSFORMASI

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU UNSUR MINOR DALAM PELEBURAN TEMBAGA Unsur-unsur minor dalam fasa leburan tembaga

Oksidasi dan Reduksi

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Sistem Multifasa. Sudaryatno Sudirham

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

MATERIAL TEKNIK LOGAM

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

4. Sebanyak 3 gram glukosa dimasukkan ke dalam 36 gram air akan diperoleh fraksi mol urea sebesar.

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 1. MATERI Latihan Soal Tokoh yang menemukan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama adalah...

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN LATIHAN SOAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

PERLAKUAN PANAS A. PENGETAHUAN UMUM

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor: 0-100(PAN)

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

Kekuatan tarik komposisi paduan Fe-C eutectoid dapat bervariasi antara MPa tergantung pada proses perlakuan panas yang diterapkan.

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

KESETIMBANGAN. titik setimbang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

Bab IV Hasil dan Pembahasan

ELEKTROLISIS AIR (ELS)

4 Hasil dan Pembahasan

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

Transkripsi:

06 : TRANFORMASI FASA 6.1. Kurva Pendinginan Logam Murni Logam murni dalam keadaan cair, atom-atomnya memiliki gaya tarik menarik yang lemah dan tersusun secara random. Jika logam cair tersebut dibiarkan mendingin maka pada temperatur tertentu logam tersebut akan membeku. Perubahan keadaan dari cair ke padat berlangsung pada temperatur pembekuan, dan proses pembekuan ini disebut solidification. Panas yang dilepaskan selama pembekuan ini disebut panas laten. Logam dalam keadaan padat memiliki tingkat energi yang lebih rendah dari pada dalam keadaan cair, sehingga atom-atom logam tersebut memiliki energi yang kurang untuk dapat bergerak/mengalir. Selama pembekuan atom-atom menyusun dirinya secara teratur dan berulang ulang dengan gaya ikatan yang kuat membentuk logam padat. Dibawah ini ditunjukkan contoh curva pendinginan dari logam murni. Kurva pendinginan tidaklah selalu sederhana seperti yang terlihat pada gambar 6.1. Misalnya untuk pendinginan besi murni ternyata lebih rumit (Gambar 6.2). Untuk besi murni (Fe) pada temperatur 1535 0 C sudah terjadi pembekuan tetapi pada temperatur yang lebih rendah lagi masih terdapat titik hentian yang lain, yakni pada temperatur 1390 0 C, 910 0 C dan 768 0 C. Hal ini adalah disebabkan masih terdapatnya perubahan struktur dari besi yang sudah membeku tersebut, dan dengan adanya perubahan struktur ini di kenal 3 jenis besi yakni besi α / β ; besi γ dan besi δ. Sebenarnya besi α dan besi β mempunyai struktur yang sama, hanya terdapat sedikit perbedaan sifat magnetisnya. 1

Gambar 6.1: Kurva pendingin logam murni. gambar 6.2: Kurva pendingin besi murni 2

6.2. Diagram Paduan Pada pembahasan yang berikut ini paduan yanq dibicarakan hanya terbatas pada. paduan dua jenis logam saja atau sering disebut paduan biner. 6.2.1. Diagram paduan yang larut sempurna Pada kurva pendingin logam murni seperti dijelaskan diatas memperlihatkan terdapat hanya satu titik hentian (solidification). Sedangkan pada logam paduan terdapat dua titik hentian, yaitu titik mulainya pembekuan (liquidus dan solidus). Antara liquidus dan solidus terdapat larutan logam padat. Paduan logam yang mempunyai diagram semacam ini ialah : Ni-Cu, Au-Ag, Au-Pt, Cr-Mo, W-Mo. gambar 6.3: Diagram zat larut sempurna Sebagai contoh pembacaan diagram diatas : suatu paduan dengan komposisi x %, pada temperatur T 2. Paduan terdiri dari bagian cair dan bagian padat. Untuk mendapatkan perbandingan bagian padat dan bagian cair pada temperatur T2 ini ditarik garis mendatar yaitu garis isotermal (tei line) dan dengan menggunakan azas (lever: rule) diperoleh : Berat bagian padat CE, --------------------------= ------ Berat bagian cair ED 3

Proses pembekuan paduan dengan komposisi x ini berlangsung sebagai berikut : pembekuan dimulai pada suhu T1 dan pada penurunan temperatur selanjutnya bagian yang padat semakin meningkat dan bagian yang cair semakin berkurang, akhirnya pada temperatur T3 paduan sudah membeku seluruhnya. Paduan padat yang diperoleh, seluruhnya mempunyai komposisi x %. 6.2.2. Diagram paduan yang tak dapat larut dalam keadaan padat Sebagaimana halnya pada jenis paduan yang terdahulu, pada jenis paduan ini juga ditemui garis liquidus. Tetapi pada keadaan tertentu untuk jenis paduan semacam ini ditemukan suatu titik eutectic yaitu suatu keadaan (pada komposisi tertentu) paduan dari keadaan cair langsung berubah menjadi padat. Logam-logam yang mempunyai paduan semacam ini adalah: Pb - Sb; Al - Si ; Au Si, dan Sn - Zn. Dibawah ini diberikan bentuk diagram phasa untuk jenis paduan ini. ( lihat gambar 1.30). Untuk menjelaskan proses berlangsungnya pembekuan kita ambil contoh dibawah ini. Untuk paduan logam A & B pada gambar 6.4 dengan komposisi 80% logam A dan 20% logam B. 4

Gambar 6.4 : Diagram paduan yang tidak dapat larut dalam keadaan padat. 6.2.3. Diagram paduan yang tak dapat larut dalam keadaan padat dan membentuk senyawa Untuk jenis paduan yang melarut sempurna dalam keadaan cair dan tidak melarut dalam keadaan padat, selain seperti sudah dijelaskan diatas, dalam beberapa jenis paduan bisa membentuk senyawa. Logam-logam yang mempunyai paduan semacam ini adalah : Mg - Si, Au - Bi, Mg - Sn, Mg - Pb, dan Co - Sb. Untuk menjelaskan diagram paduan ini, kita lihat untuk paduan A dan B yang mana akan membentuk senyawa AmBn. 5

Gambar 6.5 : Diagram paduan yang tak dapat larut dalam keadaan padat dan membentuk senyawa. Senyawa AmBn merupakan suatu komponen yang berdiri sendiri pada diagram dan mempunyai suatu titik cair yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari titik cair logam murni asalnya (logam murni A dan B), diagram paduan jenis ini meliputi dua sistim yaitu : (1) A AmBn dan (2) AmBn - B. Masing-masing sistem ini adalah merupakan tipe dari diagram pembekuan yang sudah dijelaskan pada halaman terdahulu. Pada sistim A AmBn permulaan pembekuan ditunjukkan oleh garis A1 E1 C1. Pemisahan logam murni A memadat, dari cairan berlangsung sepanjang garis A1E1 dan sepanjang garis E1C1. Akhir pembekuan paduan terjadi pada sepanjang garis suhu eutectic D1 E1 F1. Kristal A dan AmBn terpisah secara serentak dari cairan pada titik E1, Campuran ini mempunyai komposisi eutectic. Pada paduan sistim AmBn - B, pembekuan mulai sepanjang garis C1 E2 B1. Senyawa Am Bn terpisah 6

sepanjang garis C1 E2 dan logam murni B padat terpisah sepanjang garis E2 B1. Paduan akan membeku secara keseluruhan pada suhu eutectic (garis KE2 L1 ). Paduan eutectic ditunjukkan oleh titik E2 yang terdiri dari Am Bn + B. 6.2.4. Diagram paduan yang larut terbatas dalam keadaan padat Dalam paduan ada juga ditemukan komponen yang larut sempurna dalam keadaan cair tetapi hanya dapat larut sebagian dalam keadaan padat. Logam-logam yang mempunyai paduan seperti ini ialah Cu - Sn, Cu - Zn, Cu - Be, Cu - Al, Cu - Ag, Al Mg, dan Pb - Sn. Pada paduan semacam ini dihasilkan dua tipe diagram fasa yaitu tipe eutectic dan tipe peritectic. Gambar 6.6 : Diagram paduan yang larut terbatas Tipe Eutectic. Jika diperhatikan diagram paduan Pb - Sn dibawah titik eutectic berada αp = βp pada temperatur 180 0 C. Temperatur pada bagian garis solidus yang 7

mendatar disebut temperatur eutectic. Komposisi pada perpotongan antara garis solidus dan liquidus adalah komposisi eutectic (Ce). Gambar 6.7 : Diagram paduan yang larut terbatas dalam keadaan padat Tipe eutectic Bila kita perhatikan paduan dengan 90% Pb dan 10%Sn, disini paduan mengandung lebih sedikit Sn bila dibanding Pb. Proses pembekuan pada konsentrasi ini mempunyai kesamaan dengan paduan yang larut sempurna dalam keadaan padat. Pembekuan dimulai pada temperatur T1 dan berakhir pada T2, sehingga didapatkan larutan padat. Batas kelarutan Sn dalam Pb ini dicapai pada temperatur T3, tetapi setelah temperatur T3 turun mulai terbentuk larutan padat β, dan sehingga pada temperatur T4 terjadi larutan padat α + β. Perbandingan α dan β ini dapat dihitung dengan rumus lever rule : Berat α AB ----------- = ------ Berat β AE jika kita menghitung jumlah β, adalah : 8

Tipe Peritectic. AE Berat β = -------------- AE + AB Secara garis besar diagram ini ditunjukkan pada gambar 1.34, pada paduan Co Cu, sama halnya dengan diagram tipe eutectic, diagram ini mempunyai garis solidus pada temperatur peritectic Tp. Proses pembekuan paduan.pada konsentrasi paduan 100% Co sampai αp mempunyai kesamaan dengan diagram paduan tipe eutectic pada konsentrasi 100% Pb sampai αe. Proses pembekuan paduan pada konsentrasi Lp sampai 100% Cu mempunyai kesamaan dengan diagram larut semua dalam keadaan padat. Hal yang baru disini adalah pada komposisi βp dan Lp. Bila kita tinjau pada suatu paduan dengan komposisi peritektic Cp, pembekuan terjadi pada T1 dan dihasilkan pase α dengan komposisi α1, setelah temperatur pembekuan mencapai Tp, maka dicapai komposisi αp dan tertinggal cairan dengan komposisi Lp. Pada temperatur peritektic ini seluruh cairan bereaksi dengan αp untuk membentuk β dengan komposisi Cp. Lp + αp = βp (reaksi peritektik) Pembekuan paduan pada komposisi antara αp dan βp adalah sama dengan pada konsentrasi peritektik. Pada temperatur peritektik Tp didapatkan Lp dan αp tetapi mempunyai perbandingan yang lain, dan kemudian pada temperatur peritektik ini seluruh cairan bereaksi dengan sebahagian αp dan membentuk βp. Lp + αp = αp + βp Setelah reaksi terjadi didapat L + β dan akhirnya terbentuk fase β setelah melampaui garis solidus. 9

Gambar 6.8 : Diagram paduan yang larut terbatas dalam keadaan padat tipe peritectic 10