Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

MONITORING DAN EVALUASI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KAWATUNA DI SULAWESI TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB I. PENDAHULUAN. hutan harus dilakukan dengan tetap memelihara kelestarian, keharmonisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

KAJIAN DAYA DUKUNG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MAPILI PROVINSI SULAWESI BARAT

19 Oktober Ema Umilia

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB III ISU STRATEGIS

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

Disampaikan Pada Acara :

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN DAS TERPADU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

Transkripsi:

Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411) 554049, fax. (0411) 554058, e-mail: wirforest@yahoo.com dan nurhaedah_muin@yahoo.com RINGKASAN Pertambahan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat terutama yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia membawa konsekuensi makin bertambahnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan (kayu) serta keanekaragaman fungsi hutan terus meningkat. Penelitian mengenai opini masyarakat tentang fungsi hutan dilaksanakan di hulu DAS Kelara Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Paladingan, hulu DAS Kelara menunjukkan bahwa opini masyarakat terhadap harapan fungsi utama dari hutan adalah 40% responden menyatakan hutan diharapkan dapat berfungsi untuk pelindung tata air, sebanyak 32,5% responden menyatakan hutan diharapkan dapat berfungsi untuk mencegah bencana alam, 22,5% responden menyatakan hutan diharapkan berfungsi untuk produksi dan peningkatan kesejahteraan dan sebanyak 5,0% responden menyatakan hutan diharapkan memiliki fungsi lainnya seperti sumber kayu bakar. Opini masyarakat yang ada di hulu DAS tentang harapan fungsi hutan kemungkinan berbeda dengan masyarakat yang ada di bagian tengah dan hilir DAS. Namun demikian harapan terhadap fungsi hutan bagi masyarakat di hulu DAS dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam merumuskan suatu kebijakan pengelolaan hutan secara tepat di dalam suatu DAS. Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara 27

Info Teknis EBONI Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 27-36 I. PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat terutama yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia membawa konsekuensi makin bertambahnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan (kayu) serta keanekaragaman fungsi hutan terus meningkat. Akibat desakan kebutuhan dasar yang meningkat tersebut menimbulkan efek merugikan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan terutama hutan. Bahkan sumberdaya alam saat ini terkesan terancam keberadaan maupun fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan. Jika pada waktu dulu alam dan lingkungan masih mampu menampung dan menyediakan berapapun besarnya intervensi manusia terhadap alam, maka yang terjadi saat ini sebaliknya yakni intervensi manusia sudah jauh melebihi kapasitas dan kemampuan alam dan lingkungan dalam menyediakan apa yang dibutuhkan manusia. Ilustrasi tentang bagaimana perubahan intervensi manusia terhadap alam dan lingkungan dulu dan kini disajikan pada Gambar 1. Intervensi Manusia Alam dan Lingkungan (Hutan) Alam dan Lingkungan (Hutan) Intervensi Manusia Gambar 1. Ilustrasi intervensi manusia terhadap sumberdaya alam dan lingkungan (hutan), dulu dan kini. 28

Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara II. DAERAH ALIRAN SUNGAI Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air). Pengelolaan DAS adalah upaya mengelola hubungan timbal balik antar sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumberdaya manusia di DAS dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS. Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci (ultimate indicator) kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran (outlet) DAS. Tingkat kekritisan suatu DAS ditunjukkan oleh menurunnya penutupan vegetasi permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan 29

Info Teknis EBONI Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 27-36 penyebaran tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Tingkat kekritisan DAS sangat berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat petani di daerah tengah hingga hulu DAS. Tingkat kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat petani yang rendah cenderung lebih mendahulukan kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan) dan sekunder bukan kepedulian terhadap lingkungan sehingga sering terjadi perambahan hutan di daerah hulu DAS, penebangan liar, dan praktik-praktik pertanian lahan kering di perbukitan yang akan meningkatkan kekritisan DAS. III. DAS KELARA DAS Kelara secara geografi terletak antara 05 32'71"- 05 70 06" Lintang Selatan dan 119 72'96"-119 89'07" Bujur Timur. DAS Kelara memiliki luas sekitar 39.112 ha mencakup dua kabupaten yakni Kabupaten Gowa (Kecamatan Bontolempangan, Bongaya, Tompobulu, dan Biringbulu) dan Kabupaten Jeneponto (Kecamatan Rumbia, Kelara, Turatea, dan Binamu). Hulu DAS Kelara terletak di Kabupaten Gowa sedangkan hilir DAS Kelara terletak di Kabupaten Jeneponto. Variasi keragaman suhu dan besarnya curah hujan di DAS Kelara termasuk tipe iklim C pada bagian hulu dan tengah DAS, sedangkan pada bagian hilir termasuk tipe iklim E (Schmidt dan Ferguson, 1951). Suhu rata-rata adalah 26,50 o C dengan suhu maksimum rata-rata adalah 27,47 o C dan suhu minimum rata-rata 30

Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara adalah 25,59 o C. Curah hujan yang tinggi umumnya terjadi pada Bulan Desember sampai Maret. Pada daerah hilir curah hujan tahunan rata-rata 1.056 mm/tahun, pada daerah tengah curah hujan rata-rata 1.822 mm/tahun sedangkan pada daerah hulu curah hujan rata-rata 2.952 mm/tahun. Tata guna lahan yang didasarkan pada citra landsat tahun 2009 menunjukkan penggunaan lahan pada DAS Kelara, meliputi Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto. Pertanian lahan kering campuran mendominasi penggunaan lahan dengan luas 69% dari luas DAS kelara. Penggunaan lahan berupa persawahan adalah 13,80% dari luas DAS. Sedangkan penggunaan lahan berupa hutan (hutan alam dan hutan tanaman) menduduki peringkat ketiga dengan luas 11,86% dari luas total DAS. IV. PENGERTIAN HUTAN Hutan secara konsepsional dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi hutan tersebut terdapat unsur-unsur meliputi; a) suatu kesatuan ekosistem, b) berupa hamparan lahan, c) berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan, d) mampu 31

Info Teknis EBONI Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 27-36 memberi manfaat secara lestari. Keempat unsur ini yang dinamakan hutan merupakan rangkaian kesatuan komponen yang utuh dan saling ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi (Zain, 1996). Pengertian kawasan hutan yang dijabarkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan, adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Dari pengertian dan penjelasan tentang kawasan hutan terdapat unsur-unsur pokok meliputi; a) suatu wilayah tertentu, b) terdapat hutan atau tidak terdapat hutan, c) ditetapkan pemerintah sebagai kawasan hutan dan, d) didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat. Dari unsur pokok yang terkandung di dalam pengertian kawasan hutan tersebut dijadikan dasar pertimbangan ditetapkannya wilayah-wilayah tertentu sebagai kawasan hutan. Selanjutnya, untuk menjamin manfaat yang sebesar-besarnya dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta berbagai faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30 % dari luas daratan. Berdasarkan kriteria pertimbangan pentingnya suatu kawasan hutan, maka sesuai dengan peruntukannya menteri menetapkan kawasan hutan menjadi: a) wilayah berhutan yang perlu 32

Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara dipertahankan sebagai hutan tetap dan, b) wilayah tidak berhutan yang perlu dihutankan kembali dan dipertahankan sebagai hutan tetap. Selanjutnya, pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsifungsinya, dengan kriteria dan pertimbangan tertentu, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 5 ayat (2), sebagai berikut: a) kawasan hutan konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa), kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam), dan taman buru, b) hutan lindung dan, c) hutan produksi. V. OPINI MASYARAKAT DI HULU DAS TERHADAP FUNGSI HUTAN Penelitian mengenai opini masyarakat tentang fungsi hutan dilaksanakan pada tahun 2011 di hulu DAS Kelara Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan tentang opini masyarakat tentang fungsi hutan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Paladingan sebagai hulu DAS Kelara menunjukkan bahwa opini masyarakat terhadap harapan fungsi utama dari hutan adalah 40% responden menyatakan hutan diharapkan dapat berfungsi untuk pelindung tata air, 32,5% responden menyatakan hutan diharapkan dapat berfungsi untuk mencegah bencana alam, 22,5% responden menyatakan hutan diharapkan berfungsi untuk produksi dan peningkatan kesejahteraan dan 5,0% responden 33

Opini (%) Info Teknis EBONI Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 27-36 menyatakan hutan diharapkan memiliki funsi lainnya seperti sumber kayu bakar. Opini masyarakat yang ada di hulu DAS tentang harapan fungsi hutan mungkin berbeda dengan masyarakat yang ada di bagain tengah dan hilir DAS. Opini masyarakat hulu DAS di Desa Paladingan Kabupaten Gowa dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 40.0 32.5 22.5 5.0 Pelindung tata air Pencegah bencana alam Produksi dan peningkatan kesejahteraan Fungsi lainnya seperti sumber kayu bakar Fungsi Hutan Gambar 2. Opini masyarakat terhadap harapan fungsi hutan di hulu DAS Kelara Penelitian mengenai harapan masyarakat terhadap fungsi hutan di negara maju seperti di Jepang pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 54,2% responden mengharapkan hutan berfungsi sebagai penanggulangan perubahan iklim, disusul oleh pencegah tanah longsor dan bencana alam (48,5%), perlindungan tata air (43,8%), dan menciptakan udara bersih (37,8%). Fungsi lain yang diharapkan masyarakat adalah sebagai sarana relaksasi, habitat satwa liar, wahana pendidikan. Fungsi sebagai penghasil 34

Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara kayu dan jamur serta hasil hutan lainnya menempati urutan terakhir (Kedutaan Indonesia di Jepang, 2009). VI. PENUTUP Berbagai permasalahan akibat penggunaan sumberdaya hutan termasuk hutan yang berada di hulu DAS, memerlukan suatu perencanaan pengelolaan hutan yang tepat dan bijaksana. Opini masyarakat di hulu DAS tentang harapan fungsi hutan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam merumuskan suatu kebijakan pengelolaan hutan secara tepat di dalam suatu DAS. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan No.70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan. Kedutaan Indonesia di Jepang, 2009. Gambaran Umum Kehutanan Jepang. Nurhaedah, Hasnawir, Rizal A dan T. Widianto, 2011. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Makassar. (Tidak dipublikasi) Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Jakarta 35

Info Teknis EBONI Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 27-36 Schmidt, F. H. and Ferguson,J. H. A. 1951. Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia with western New Guinea. Verhandelingen Djawatan Meteorologi dan Geofisik Djakarta 42 Departemen Kehutanan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta Departemen Kehutanan. 2004. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Jakarta Zain, AS. 1996. Hukum lingkungan konservasi hutan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 36