\iil' 1. Surat Berharga Negara dalam rangka melaksanakan. bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

dokumen-dokumen yang mirip
2 namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; c. bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR / PMK.08/2008 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG NEGARA SECARA LANGSUNG MENTERI KEUANGAN,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 77 /PMK.08/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERHITUNGAN HARGA SETELMEN SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA

2013, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Lelang Surat Utang Negara Dalam Mata Uang Rupiah Dan Valuta Asing Di Pasar Perdana Domest

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERHITUNGAN HARGA SETELMEN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA. Cara perhitungan Harga Setelmen per unit SBSN adalah sebagai berikut:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.06 / 2005 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI

2015, No b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Menteri Keuang

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/DPM tanggal 16 Februari Lampiran 1 Contoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT

Peserta 5 = (2.000 : ( )) x ( ) = milyar.

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.08/2007 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTEHI I(EUANGAN IEPUULIIC INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 192 /PMK.08/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 108/PMK.08/2007 TENTANG SISTEM DEALER UTAMA MENTERI KEUANGAN,

2 i D = 3,00% (tiga per seratus); = 28 (dua puluh delapan) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal Setelm

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 / PMK.08 / 2007 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran Surat Edaran No. 10/ 22 /DPM Tanggal 7 Juli 2008

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.08/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 110,

MENTERI KEUANGAN REPUBLII< INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128 /PMK.08/2012 TENTANG

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.011/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 101/PMK.07/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

MENTERI KEUANGAN, REPUBLIK INDONESIA (KOP SURAT PERUSAHAAN) Surat Pernyataan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.07/2014 TENTANG

2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan Tahun Anggaran 2013; Mengingat : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2013 tentang Perkiraan Alokas

2014, No Mengingat Nomor 23/PMK.07/2013 tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2013; : Pera

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

2018, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Penjualan Surat Utang Negara Ritel di Pasar Perdana Domestik; Mengingat : Undang-Undang Nomor 24 Ta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 201/PMK.07/2013 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

MENTERI KEUANGAN, REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 42 /PMK.08/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

MENTERIKEUANGAN P1EPUBLlK INDONESIA SALIN AN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 0 8 / PMK.08/ 2009 TENTANG PENJUALAN SLTRAT UTANG NEGARA DENGAN CARA PRIVATE PLACEMENT DI PASAR PERDANA DALAM NEGERI

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2011, No Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambah

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 212 /PMK. 08/2016 TENTANG LAPC)RAN PERTANGGUNGJAWABAN BANK INDONESIA ATAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

1 of 6 21/12/ :39

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA OBLIGASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN TINGKAT BUNGA MENGAMBANG SERI SBR001. Bagian A : Penerbit dan Bentuk Obligasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

MENTERI I(EUANGAIV REPUOLllC INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 43 /PMK.08/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.08/2013 tentang Dealer Utama; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH PERHITUNGAN PEMENANG LELANG PENJUALAN SBSN. NOMINAL DIMENANGKAN (Rp Miliar) (Rp Miliar) NOMINAL KUMULATIF (Rp Miliar) RRT YIELD (%) YIELD (%)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

Transkripsi:

MENTEBI KEUANGAN BEPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR es /PMK.O8l2OL4 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG NEGARA SECARA LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor.d. l7o PMK.O8 2OO8 tentang Transaksi Surat Utang Negara Secara Langsung sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77 lpmk.o8l2ol2, diat.ur bahwa indikator peningkatan gield digunakan sebagai acuan dalam menentukan kondisi pasar Surat Berharga Negara dalam rangka melaksanakan transaksi Surat Utang Negara untuk tujuan stabilisasi pasar Surat Utang Negara; b. C. bahwa dengan ditetapkannya ketentuan mengenai stabilisasi pasar Surat Berharga Negara dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.OB 2O 3 tentang Penetapan Level Kondisi Pasar Surat Berharga Negara Dalam Melaksanakan Protokol Manajemen Krisis Pasar Surat Berharga Negara, maka indikator peningkatan gield tidak lagi digunakan sebagai acuan dalam menentrtkan indikasi awal kondisi pasar Surat Berharga Negara dalam rangka stabilisasi pasar Surat Berharga Negara, namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang Negara secara langsung untuk tujuan stabilisasi pasar Surat Utang Negara yang awalnya menggunakan indikator peningkatan gield menjadi indikator indeks dalam stabilisasi pasar Surat Berharga Negara, perlu kiranya mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.OBl2OO8 tentang Transaksi Surat Utang Negara Secara Langsung sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77 lpmk.os I 2OL2 untuk selanjutnya digantikan dengan Peraturan Menteri Keuangan yang baru yang mengatur mengenai transaksi Surat Utang Negara secara langsung; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Transaksi Surat Utang Negara Secara Langsung; f \iil' 1

Mengingat MENTERI KEUANGAN -2- : 1. Undang-Undang Nomor 24 Ta]rrrutn 2OO2 tentang surat Utang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oo2 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42361; 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.A8/2O1.3 tentang Dealer Utama; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG NEGARA SECARA LANGSUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasa1 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Surat Utang Negara, yang selanjutnya disingkat SUN adalah surat berharga yang merupakan surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai masa berlakunya. 2. Surat Perbendaharaan Negara adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan L2 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. 3. Obligasi :Negara adatah SUN yang berjangka waktu lebih dari t2 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. penjualan SUN untuk 4. Pasar Perdana adalah kegiatan pertama kali. 5. Pasar Sekunder adalah kegiatan telah dijual di Pasar Perdana. 6. SUN Seri Benchmark adalah seri SUN yang menjadi acuan untuk pemenuhan kewajiban dari Dealer Utama. 7. Transaksi SUN Secara Langsung adalah penjualan SUN di Pasar Perdana, penjualan SUN di Pasar Sekunder atau Pembelian SUN di Pasar Sekunder, Yang dilakukan Pemerintah dengan Dealer (Jtama, Bank lndonesia, atant Lembaga Penjamin Simpanan secara langsung melalui fasilitas Dealing Room pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. t ry perdagangan SUN yang

MENTERI KEUANGAN -38. 9. Pembelian SUN di Pasar Sekunder adalah kegiatan pembelian SUN di Pasar Sekunder oleh Pemerintah sebelum jatuh tempo dengan cara tunai. Dealing Room adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk melakukan Transaksi SUN Secara Langsung, YanB dilengkapi dengan alat komunikasi, perekam dan perangkat pendukung lainnya. 10. Dealer Utama adalah bank atau perusahaan efek yang ditunjuk Menteri Keuangan sebagai Dealer Utama sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Dealer Utama. 11. Pihak adalah orang perorangan, atau kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum, Dealer IJtama, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin Simpanan. 12. Harga Setelmen adalah: a. harga yang dibayarkan oleh Dealer Utama, atau. Lembaga Penjamin Simpanan kepada Pemerintah atas b. c. d. 13. Transaksi SUN Secara Langsung yang telah disepakati (clean pricel dengan memperhitungkan bunga berjalan (accrued interestl, dalam hal penjualan SUN dengan kupon; harga yang dibayarkan oleh Dealer ljtama, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin Simpanan kepada Pemerintah atas Transaksi SUN Secara Langsung yang telah disepakati (clean pricel, dalam hal penjualan SUN dengan pembayaran bunga secara diskonto; harga yang dibayarkan oleh Pemerintah kepada Dealer Utama, Bank Indonesia, atam Lembaga Penjamin Simpanan atas Transaksi SUN Secara Langsung yang telah disepakati (clean picel dengan memperhitungkan bunga berjalan (accnted interestl, dalam hal pembelian SUN dengan kupon; atau harga yang dibayarkan oleh Pemerintah kepada Dealer Utama, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin Simpanan atas Transaksi SUN Secara Langsung yang telah disepakati (clean picel, dalam hal pembelian SUN dengan pembayaran bunga secara diskonto. Setelmen adalah penyelesaian Transaksi SUN Secara Langsung yang terdiri dari setelmen dana dan setelmen kepemilikan SUN. 14. Hari Kerja adalah hari dimana operasional pembayaran diselenggarakan oleh Bank Indonesia. sistem

-4-15. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pimpinan unit eselon satu di lingkungan Kementerian Keuangan yang membidangi urusan pengelolaan utang. Pasal 2 Transaksi SUN Secara Langsung diselenggarakan oleh Menteri Keuangan. (21 Penyelenggaraan Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (L), dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang c.q. unit Eselon II yang melaksanakan transaksi SUN. BAB II TUJUAN TRANSAKSI SUN SECARA LANGSUNG Bagian Kesatu Umum Pasal 3 Transaksi SUN Secara Langsung dilakukan dengan tujuan antara lain sebagai berikut: a. b. c. d. melaksanakan upaya stabilisasi pasar SUN; melakukan pengelolaan portotolio SUN ; memenuhi kebutuhan pencapaian jumlah Surat Berharga Negara neto dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan; melaksanakan pengelolaan kelebihan atau kekurangan kas Pemerintah. Pasal 4 (2t (3) Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan huruf b dilaksanakan melalui Pembelian SUN di Pasar Sekunder. Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dilaksanakan melalui penjualan SUN di Pasar Perdana atau Pembelian SUN di Pasar Sekunder. Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, dilaksanakan melalui Pembelian SUN di Pasar Sekunder atau penjualan SUN di Pasar Sekunder. I ltl. I

-5- Bagian Kedua Stabilisasi Pasar SUN Pasal 5 (21 Transaksi SUN Secara Langsung dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 3 huruf dilakukan oleh: a. Direktorat Jbnderal Pengelolaan langsung; atau tujuan a dapat Utang secara b. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang atas permintaan unit yang ditugaskan Menteri Keuangan untuk membeli SUN di Pasar Sekunder dalam rangka stabilisasi pasar SUN. Pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung dengan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat dapat dilakukan untuk SUN Seri Benchmark dan/atau SUN seri non benchmark. Pasal 6 (21 Transaksi SUN Secara Langsung dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasaf g huiuf a dlpat dilakukan dalam hal indikasi awal indeks protokol manajemen krisis pasar Surat Berharga Negara minimal menunjukkan kondisi pasar Surat Berharga Negara pada level waspada. Indikasi awal indeks protokol manajemen krisis pasar Surat Berharga Negara sebagaimana dimaksud pada ayat mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai Penentuan Level Kondisi Pasar Surat Berharga Negara Dalam Melaksanakan Protokol Manajemen Krisis Pasar Surat Berharga Negara beserta peraturan pelaksanaannya. Bagian Ketiga Pengelolaan Portofolio SUN Pasal 7 Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk: a. mengurangi jumlah nominal seri likuid di pasar SUN; dan/atau b. restrukturisasi portofolio SUN. 4. dengan tujuan huruf b dilakukan SUN yang kurang

(21 (s) (41-6- Pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a hanya dilakukan untuk seri-seri SUN yang kurang likuid. Pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b berdasarkan kebijakan yang mengacu pada strategi pengelolaan utang. Seri-seri SUN yang kurang likuid sebagaimana dimaksud pada ayat (21tidak termasuk SUN Seri Benchmark. Pasal 8 Kriteria untuk menentukan seri-seri SUN yang kurang likuid sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. Bagian Keempat Pencapaian Jumlah Surat Berharga Negara Neto Pasal 9 Transaksi SUN Secara Langsung dengan ttuan sebagaimana dimaksud'pada Pasal 3 huruf c aiut<ut<an -dalam nat te4aai kelebihan atau kekurangan pencapaian jumlah Surat Berharga Negara Neto dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan sebesar maksimal Rp5OO.OOO.OOO.OOO,OO (1ima ratus miliar rupiah). Bagian Kelima Pengelolaan Kelebihan atau Kekurangan Kas Pemerintah Pasal 10 Transaksi sun Secara Langsung dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dilakukan dalam hal terdapat permintaan dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan. BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI SUN SECARA LANGSUNG Pasal 1 1 Pemerintah dapat melakukan Transaksi sun Secara Langsung dengan Dealer Utama, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin Simpanan. (2) setiap Pihak, selain Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin simpanan, melakpkan transaksi sun secara langsung melalui Dealer Utama. t ltq. I

Pasal 12 (21 (3) Dealer Utama dapat melakukan Transaksi SUN Secara Langsung baik untuk dan atas nama sendiri maupun untuk dan atas nama Pihak selain Dealer Utama, Bank Indonesia atau Lembaga Penjamin Simpanan. Bank Indonesia atau Lembaga Penjamin Simpanan dapat melaksanakan Transaksi SUN Secara Langsung hanya untrrk. dan atas nama sendiri. Bank Indonesia dapat membeli SUN di Pasar Perdana melalui Transaksi SUN Secara Langsung hanya untuk Surat Perbendaharaan Negara. Pasal 13 Ketentuan operasional untuk pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang c.q unit Eselon II yang melaksanakan transaksi SUN diatur lebih lanjut dalam prosedur operasi standar pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. BAB IV PENGUMUMAN HASIL TRANSAKSI SUN LANGSUNG Pasal 14 Direktur Jenderal untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani:. a. addendum syarat dan ketentuan (terms and condfffons) SUN hasil Transaksi SUN Secara Langsung; dan/atau b. surat kepada Bank Indonesia, sebagai agen penatausahaan dan agen pembayar bunga dan pokok SUN, mengenai hasil Transaksi SUN Secara Langsung. Pasal 15 (21 Hasil Transaksi SUN Secara Langsung merupakan transaksi yang sah dan mengikat antara Pemerintah dan Dealer Utama, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin Simpanan. Hasil Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat diumumkan kepada publik pada hari pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung, paling kurang meliputi: a. Nilai Nominal; d b. Seri-seri SUN. an lt

-8- BAB V SETELMEN Pasal 16 Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung dilakukan pada 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal pelaksanaan transaksi (T+2). Pasal 17 Perhitungan Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung dilakukan berdasarkan formula sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merufakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 18 Teknis pelaksanaan Setelmen Transaksi. SUN Secara Langsung mengikuti ketentuan yang berlaku di Bank Indonesia. Pasal 19 (2t Setelmen untuk Transaksi SUN Secara Langsung yang dilakukan untuk kepentingan Pihak selain Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan dilakukan antara Pemerintah dan Dealer Utama. Dealer Utama bertanggung jawab melaksanakan kewqjiban terkait penyelesaian Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat. Pasal 20 (2) Dalam hal Dealer Utama tidak melaksanakan kewajiban terkait Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung sesuai dengan batas akhir tanggal Setelmen, maka Transaksi SUN Secara Langsung tersebut dinyatakan batal. Dealer Utama yang tidak melaksanakan kewajiban terkait Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung sebagaimana dirhaksud pada ayat dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang kepada otoritas terkait serta diumumkan kepada publik. I,l9l -.r I

-9- (2t (3) Pasal 21 Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, dalam hal: a. Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan melaksanakan upaya stabilisasi pasar SUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf a; b. Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan melakukan pengelolaan portofolio SUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b; atau c. Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan memenuhi kebutuhan pencapaian jumlah Surat Berharga Negara neto dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c. Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung dilaksanakan oleh unit yang ditugaskan Menteri Keuangan, dalam hal transaksi SUN dilakukan dalam rangka stabilisasi pasar SUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf b. Setelmen Transaksi SUN Secara Langsung dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dalam hal transaksi SUN dilaksanakan untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d. Pasal 22 (2) SUN yang dibeli oleh Pemerintah melalui Transaksi SUN Secara Langsung untuk tujuan: a. melaksanakan upaya stabilisasi pasar SUN yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf a; b. melakukan pengelolaan portofolio SUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b; atau c. memenuhi kebutuhan pencapaian jumlah Surat Berharga Negara neto dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, dinyatakan lunas dan tidak berlaku lagi. SUN yang sebagaimana publik. t h r dinyatakan lunas dan tidak berlaku lagi dimaksud pada ayat diumumkan kepada

MENTEHI KEUANGAN -10- BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.O8/ 2OO8 tentang Transaksi Surat Utang Negara Secara Langsung sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77 PMK.O8/2OL2, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 20L4 MENTERI I(EUANGAN, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Juni 2OL4 MENTERI HUI(UM UAN UAT ASASI MANUSIA REPUBLII( INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA TAHUN 2014 NOMOR Salinan ses KEPALA KEPALA reurofig.th$u 698 4,

N**ffi,=l Yffi ' /ffjr\,.1\ LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 95 /PMK.OS 2OL4 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG NEGARA SECARA LANGSUNG MENTERI KEUANGAN PERHITUNGAN HARGA SETELMEN TRANSAISI SURAT LNANG NEC}ARA SECARA LANGSUNG 1. Harga Setelmen per unit dihitung sebagai berikut: psc: (pxn) +AI dimana, Psc = harga setelmen per unit; P = harga bersih (clean price) per unit Obligasi Negara dalam persentase sampai dengan 2 (dua) desimal dan dalam kelipatan O,O5o/o (nol koma nol lima persen); N = nilai nominal Obligasi Negara per unit; AI = bunga berjalan (accrued interest) per unit SUN dengan basis perhitungan actual/ actual (kecuali SUN tanpa kupon tidak memiliki bunga berjalan), yang dihitung sebagai berikut: AI:Nx-xNE dimana, c = tingkat kupon (coupon rate); 11 = frekuensi pembayaran kupon dalam setahun; a : jumlah hari sebenarnya.(actqal dags) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal setelmen; E - jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya, dimana pelaksanaan setelmen terjadi. Harga bersih (clean price)dan bunga berjalan (accruted interest) masing-masing dibulatkan ke dalam rupiah penuh, dengan ketentuan apabila dibawah dan sama dengan 5O (lima puluh) sen dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas 50 (lima puluh) sen dibulatkan menjadi Rpl,OO (satu rupiah). 2. Contoh Pengh_itungan Harga Setelmen Obligasi Negara dengan Kupon Pada tanggal 27 Jan:uau.i 2014, Pemerintah membeli Obligasi Negara dengan nilai nominal per unit RpI.OOO.OO0,OO (satu juta rupiah) dan dengan kupon sebesar lo,ooo/o (sepuluh persen) per tahun. Obligasi Negara ini jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2028 dan kupon dibayarkan di belakang pada tanggal 15 Februari dan 15 Agustus setiap tahunnya. Jika clean pice yang disepakati sebesar lo3,25o/o (seratus tiga koma dua lima persen) dan setelmen dilakukan pada tanggal 29 Januari 2OL4.

FIEPUBLIK INDONESIA -2- Harga setelmen per unit Obligasi Negara dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: P l03,25o/o (seratus tiga koma dua lima persen); N RpI.OOO.OOO,OO (satu juta rupiah); c = LO o/o (sepuluh persen); n = 2 (dua) kali dalam satu tahun (semiannuallyl, yaitu setiap tanggal 15 Februari dan 15 Agustus; a = 167 (seratus enam puluh tujuh) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon (16 Agustus 2013) sampai dengan tanggal setelmen (29 Januari 20l4); E = 184 (seratus delapan puluh empat) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya, dimana pelaksanaan setelmen terjadi (16 Agustus 2OL3 sampai dengan 15 Februari 2Ol4l; Langkah 1: Bunga berjalan (accnted" interest)per unit dihitung sebagai berikut: Ar : Rpl.ooo.ooo,oo *I{g * g '2184 Rp45.38O,43 i Rp45.380,00 Jadi bunga berjalan per unit Obligasi Negara yang dibayar Pemerintah setelah dibulatkan adalah Rp45.380,00 (empat puluh lima ribu tiga ratus delapan puluh rupiah). Langkal: 2: Harga setelmen per unit dihitung sebagai berikut: Psc : (lo3,25o x Rpl.OOO.OO0,OO) + Rp45.3BO,0O : Rp1.032.500,00 + Rp45.380,00 = Rp1.077.880,00 Jadi harga setelmen per unit Obligasi Negara yang dibayar Pemerintah setelah dibulatkan adalah Rp1.O77.88O,OO (satu juta tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus delapan puluh rupiah). MENTERI I(EUANGAN, ttd. Salinan sesu KEPALA aslinya MUHAMAD CHATIB BASRI ENTERIAN