BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pekerjaan yang bersifat profesional. Guru yang profesional dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan evaluasi, guru akan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

KONSEP DASAR PROFESIONALISME PENDIDIKAN BAGIAN 1. Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB IV PENUTUP. jumlah skor rata-rata berada pada klasifikasi sedang, yakni antara

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Wacana yang berkembang dimasyarakat, khususnya di kecamatan Lawang

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan

KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dapat diartikan usaha sadar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

BAB I PENDAHULUAN. utama dan sempurna. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang belajar dan bahan ajar yang di berikan oleh pengajar. Peran pengajar sangat penting karena ia berfungsi sebagai komunikator, begitu pula siswa berperan sebagai komunikan. 1 Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utamanya. Guru sebagai pengajar atau pendidik, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Peran guru di sekolah memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu pendidikan. guru juga seorang manajerial yang akan mengelola proses pembelajaran, merencana pembelajaran, mendesain pembelajaran, melaksanakan 1 Suekartawi, Meningkatkan Efektifitas Mengajar, (Jakarta, PT. Pustaka Jaya, 1995), h.7 1

2 aktifitas pembelajaran bersama siswa dan melakukan pengontrolan atau kacakapan prestasi siswa-siswa. 2 Di lembaga pendidikan tentunya membutuhkan guru yang profesional dalam proses belajar mengajar, karena guru adalah seorang yang bertanggung jawab dalam mengantarkan anak didiknya memiliki kualitas keilmuan yang tinggi. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Sudirman, bahwa kemampuan guru sebagai pendidik baik secara personal, sosial maupun profesional, benar-benar dipikirkan, karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. Dalam UU No 14 tahun 2005 profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 3 a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang sesuai dengan bidang tugas d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 2 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),h. 55 3 Himpunan Peraturan Perudang-Undangan, Undang-Undang Guru Dan Dosen, (Bandung: Fokusmedia, 2009), h.6

3 e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Demikian pula halnya dengan guru profesional, dia memiliki keahlian, ketrampilan dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara tut wuri handayani, ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. 4 Guru yang ideal adalah guru yang memiliki kemampuan personal, sosial, profesional, karena kemampuan profesional guru secara personal ditandai dengan kepribadian yang jujur dan bertanggung jawab dan bertindak sesuai dengan nilai dan moral, guru yang sosial ditandai dengan mampu bekerja sama dan ikut kegiatan sosial guru yang profesional ditandai dengan menguasai bahan pelajaran. 4 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 71

4 Sebagai guru yang profesional ia harus mampu menumbuhkan mental siswa dalam belajar. Menurut ahli psikologi bahwa kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar disebut sebagai motivasi belajar, sehingga seorang guru harus mampu menunjukkan kebutuhan dasar (tujuan) dari belajar yang pada akhirnya dapat menumbuhkan atau mendorong siswa dalam mencapai keinginan atau tujuan dan cita-cita tersebut, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan yang diselenggarakan. Menurut Journal Education Leadership, ada lima ukuran seorang guru itu dinyatakan profesional: memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya; secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkannya; bertanggung jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi; seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. 5 Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan, peneliti berasumsi bahwa ada kaitannya antara profesionalisme guru dengan keberhasilan penyelenggaraan program pendidikan yang bermutu, yaitu dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dari fenomena di atas mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh tentang sejauh mana dampak profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa. h. 2 5 Zainal Aqib, Menjadi Guru Nasional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama Widya, 2009),

5 Dengan ini penulis mengangkat judul Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana profesionalisme Guru mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik? 3. Adakah pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana profesionalisme guru mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik. 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik.

6 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik. D. Kegunaan Penelitian Seorang peneliti ketika melakukan penelitian, baik berupa penelitian besar atau kecil pasti mempunyai harapan agar penelitian yang dilakukannya bermanfaat. 1. Secara Teori Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sebelum menentukan kebijakan, khususnya kebijakan yang berkenaan dengan perekrutan guru. 2. Secara Praktis 1). Untuk memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang pendidikan, khususnya dalam masalah peningkatan hasil belajar siswa. 2). Bagi para siswa sebagai bahan masukan bahwa hasil belajar ditentukan bagaimana siswa belajar dan kompetensi guru dalam mengajar. 3). Bagi para guru di lembaga pendidikan sebagai bahan masukan dalam cara mengevaluasi proses belajar dan menjadi bahan dalam mengatasi masalah penentuan guru mata pelajaran berdasarkan kompetensi yang dimiliki dengan materi yang disampaikan.

7 4). Sebagai bahan masukan bagi para orang tua agar lebih memperhatikan dan mampu memotivasi anaknya dalam belajar. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis yaitu jawaban terhadap persoalan-persoalan penelitian yang belum benar secara penuh dan kebenaran itu harus dibuktikan dengan penelitian. 6 Ada dua jenis hipotesis yaitu: 1. Hipotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. 2. Hipotesis Kerja (Ha) yang menyatakan adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Nol (Ho): Tidak ada pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik. 2. Hipotesis kerja (Ha): ada pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),h. 67.

8 F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. maka penulis tegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut 1. Pengaruh Dalam penelitian ini pengaruh yang dimaksud oleh peneliti adalah hubungan sebab akibat yang ditimbulkan oleh dua variabel (Variabel bebas dan variabel terikat). 2. Profesionalisme Profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tanggung jawab, sebagainya Dalam UU RI No 14 Tahun 2005 pada Bab IV tentang Guru bahwa: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 7 3. Guru Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat 7 Himpunan Peraturan Perudang-Undangan, Undang-Undang Guru Dan Dosen, (Bandung: Fokusmedia, 2009), h. 7

9 adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal. Menurut W.J.S. Poerwadarminta, guru adalah orang yang kerjanya mengajar. 8 Dilengkapi oleh Ahmad Tafsir, guru adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik. 9 Secara ringkas, Muhaimin dan Abdul Majid berpendapat bahwa guru adalah yang memberikan pelajaran anak didik, yang memegang suatu mata pelajaran tertentu. 10 4. Hasil Belajar Yang dimaksud dengan hasil belajar yaitu hasil usaha yang dicapai dari usaha yang maksimal yang dikerjakan seseorang setelah mengalami proses belajar mengajar tau setelah mengalami proses interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan meninmbulkan perubahan tingkah laku yang bersifat relatif menetap dan tahan lama. Dan dalam skripsi ini yang di maksud hasil belajar adalah prestasi belajar. 5. Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Siswa adalah subjek yang terkait dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif Siswa 8 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 335. 9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 74. 10 Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 167.

10 adalah siapa saja yang terdaftar sebagai peserta didik disuatu lembaga pendidikan. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di kabupaten Gresik kecamatan Dukun lebih tepatnya di desa Dukun.. Jadi siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum adalah siapa saja yang terdaftar sebagai peserta didik di lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun- Gresik. 6. Fiqih Fiqih yaitu suatu ilmu yang mengkaji hukum syara, yaitu titah Allah yang berkaitan dengan aktifitas mu allaf berupa tuntunan, seperti, wajib, haram, sunat dan makruh atau pilihan, yaitu mubah atau ketetapan, seperti sebab, syarat dan mani. Yang kesemuanya itu digali dari dalil-dalilnya yaitu Alquran dan dan As-Sunnah melalui dalil-dalil yang terinci, seperti, Ijma, Qiyas dan lain-lain sebagainya. Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah didefinisikan sebagai salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. 11 11 http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/fiqih-sebagai-mata-pelajaran-di-mts.html unduh pada tanggal 20 Juni 2011 / 20.00 di

11 G. Sistematika Pembahasan Setelah mengetahui metode penelitian dari suatu masalah, selanjutnya adalah mengetahui sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan adalah pengurutan pembahasan dalam penyusunan karya ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pada pembaca dalam memahami dan menelaah isi yang terdapat dalam tulisan ini. Adapun secara global karya tulis ini terbagi menjadi empat bab yang terbagi dalam teoritis dan empiris, yaitu: Bab I : Bab pendahuluan yang pembahasannya meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II : Bab landasan teori yang terbagi dalam empat sub pokok pembahasan. Pertama ; tinjauan tentang profesionalisme guru yang membahas di antaranya adalah : 1) Pengertian profesionalisme guru, 2) Syarat-syarat menjadi guru profesional, 3) pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan. Kedua, tinjauan tentang hasil belajar yang meliputi; 1) pengertian hasil belajar, 2) tipe hasil belajar, 3) indikator hasil belajar, 4) tingkat keberhasilan belajar, 5) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Ketiga, tinjauan tentang mata pelajaran fiqih yang meliputi, 1) pengertian mata pelajaran fiqih, 2) tujuan mata pelajaran fiqih, 3) ruang lingkup mata pelajaran fiqih dan 4) standart kompetensi mata pelajaran fiqih.

12 Bab III : Bab metode penelitian yang terdiri atas ; jenis penelitian, rancangan penelitian, identifikasi variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Bab IV : Bab laporan hasil penelitian merupakan studi yang menyajikan tentang paparan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ihyaul Ulum Dukun Gresik, kondisi gedung, guru dan jumlah siswanya. Selanjutnya penyajian data mengenai pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran fiqih di MTs Ihyaul Ulum Dukun Gresik. Bab IV : Bab kesimpulan merupakan bagian akhir dari pembahasan skripsi ini yang berisikan kesimpulan, saran-saran dan penutup.