1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan orang lain (tidak terbatas pada keluarga, sahabat, dan teman). Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukan fakta bahwa semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Bayi yang baru lahir perlu interaksi dengan ibu, begitu juga dalam perkembangannya selalu dibantu oleh anggota yang lain. Seorang mahasiswa perlu berinteraksi dengan dosen, sesama mahasiswa, karyawan di kantor fakultas, pedagang makanan, tukang fotocopy, penjaga warnet, penjual pulsa telepon, dan sebagainya. (Suranto, Komunikasi interpersonal. 2011:1) Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat diterima semua pihak. Komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. (Joseph A. Devito, Komunikasi Antar manusia. 2011:4) Seperti halnya membangun sebuah bangunan, hal pertama yang dilakukan adalah memperkokoh pondasi bangunan tersebut agar tidak mudah goyah. Begitupula pada pendidikan, sedini mungkin perlu diterapkan pendidikan untuk membangun sumber daya manusia yang berkompeten dan siap berjuang di era globalisasi. Sehingga komunikasi interpersonal merupakan salah satu hal vital dalam pendidikan, terutama dalam PAUD. (dikutip dari http://sunariapendidikansangatpenting.blogspot.com/2012/01/perankomunikasidalampeningkatan.html (19 Mei 2014, 17.30). Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. (dikutip dari http://paud.kemendikbud.go.id/static/fungsi-tujuan (20 Mei 2014, 13.00). Pada 1
dasarnya, anak merupakan kalangan yang memiliki berbagai macam potensi, bakat, dan kemampuan yang dapat diasah dan dikembangkan selama keberlangsungan masa pertumbuhan mereka sehingga mereka dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sesuai dengan harapan banyak orang, terutama keluarga mereka. Maka dari itulah, segala hal yang termasuk dalam kebutuhan perkembangan anak untuk menjadi yang lebih baik harus terpenuhi, seperti kasih sayang, pendidikan, kesehatan, perlindungan terhadap segala diskriminasi dan perilaku salah, serta kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dalam berbagai keputusan yang menyangkut dirinya. Mengacu pada pernyataan di atas, bahwa apabila di dalam keberlangsungan pertumbuhannya, anak mendapatkan pemenuhan kebutuhan kasih sayang, pendidikan, kesehatan, serta perlindungan terhadap segala diskriminasi dan perilaku yang salah, maka hal tersebut pada nantinya akan berbuah manis pada pembentukan karakter pada dalam diri anak, dimana mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bernilai positif dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia lima tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal dan informal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas anak didik sejak usia dini. Anak dibiasakan untuk mampu bergaul, bersikap dan berperilaku sesuai yang diajarkan. Anak dibiasakan untuk hidup teratur dan belajar mentaati peraturan yang ada. Dengan cara demikian, anak akan terbiasa hidup teratur sejak dini. Pada masa PAUD inilah anak mulai diajarkan untuk mampu berinteraksi dengan dunia luar. (dikutip dari http://paud.kemendikbud.go.id/static/fungsi-tujuan (20 Mei 2014, 19.00). Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa lingkungan memegang andil yang cukup besar dalam membuat pola sikap anak-anak. Lingkungan disini adalah 2
tempat anak berkegiatan dan berinteraksi dengan orang lain selain keluarga, yaitu di lingkungan sekolahnya (PAUD). Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup yang hidup dalam lingkungan PAUD yang kaya interaksi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca. (dikutip dari http://paud.kemendikbud.go.id/static/fungsi-tujuan (21 Mei 2014, 13.00). Seperti yang dikatakan sebelumnya mengenai kelebihan anak yang mengikuti PAUD, tentunya tidak terlepas dari sosok para pendidik, atau guru, yang memiliki peran penting dalam membentuk dan mengajarkan siswa yang mengikuti PAUD. Definisi Guru menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 - Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan social, dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. (Komara, Endang. Belajar dan pembelajaran interaktif. 2014:42) Mengacu pada penyataan sebelumnya mengenai guru dalam pendidikan terutama guru paud, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu 3
tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Onong, U. Effendy, Ilmu komunikasi teori dan praktek. 2003:301). Sebuah tujuan harus memiliki arah yang jelas, dan untuk membangun arah yang jelas diperlukan sebuah rencana yang juga terarah. Tanpa rencana yang terarah, maka tujuan bisa melenceng dan tidak sesuai harapan. Demikian pula dengan komunikasi. Komunikasi, sebagai sebuah tindakan yang memiliki tujuan harus direncanakan dengan baik. Jika tidak, maka tujuan komunikasi tersebut akan tidak sesuai dengan harapan pelakunya. Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan faktor pendukung serta penghambat pada setiap komponen tersebut (Effendy,2003:35). 1. Mengenali sasaran komunikasi 2. Faktor situasi dan kondisi 3. Pemilihan media komunikasi 4. Pengkajian tujuan pesan komunikasi 5. Peranan komunikator dalam komunikasi 6. Daya tarik sumber 7. Kredibilitas sumber Mengacu pada pernyataan diatas, strategi komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting untuk para pengajar PAUD dalam melakukan komunikasi interpersonal kepada siswanya. Kemampuan berkomunikasi pengajar PAUD tidak terbatas pada pandai tidaknya berbicara dan sebanyak apa yang dia bicarakan, melainkan bagaimana seorang pengajar PAUD mampu menciptakan pembicaraan yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi balita. Hal apa saja yang dilakukan siswa PAUD ketika guru memasuki ruangan dan apa saja yang dikatakan oleh para siswa PAUD, guru haruslah mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Seorang pengajar PAUD haruslah mampu menangkap respon balik dari para siswa, baik respon verbal dan nonverbal. 4
Seorang pengajar PAUD harus mampu merencanakan, mengarahkan dan mendidik siswa dengan cara yang mudah dipahami oleh siswanya. Sehingga nantinya siswa akan mudah memahami apa yang telah disampaikan oleh para pengajar PAUD dan dengan sendirinya terbentuklah pembentukan karakter dari siswa PAUD itu sendiri. Berbagai hambatan dialami oleh PAUD dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran pendidikan di PAUD, seorang guru harus memahami bagaimana peran dan fungsi metode penyampaian pesan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti kemampuan berbahasa secara reseptif (understanding) yang bersifat pengertian, dan kemampuan berbahasa secara ekspresif (producing) yang bersifat pernyataan. Anak usia Taman Kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Metode penyampaian pesan memang sesuatu yang sangat menarik, Karena metode tersebut sangat digemari anak-anak, apalagi jika metode yang digunakan ditunjang dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak, sehingga anak lebih berpotensi dalam mengembangkan bahasa yang sifatnya ekspresif. Kepala sekolah Tunas Bahari, Ir. Widji Astusi mengatakan pada saat peneliti melakukan pra penelitian bahwa PAUD Tunas Bahari memiliki komitmen untuk mencerdaskan dan memajukan sumber daya generasi emas bangsa. Selanjutnya Ir.Widji Astusi menambahkan bahwa Proses pendidikan di PAUD Tunas Bahari tidak hanya kegiatan belajar di kelas saja, melainkan diluar kelas seperti senam bersama di pagi hari. Dengan senam tersebut diharapkan balita dapat memperoleh cara hidup sehat tiap paginya. Dan Alhamdulillah PAUD Tunas Bahari telah kembali memberi bukti sebagai PAUD yang berprestasi dengan menjuarai lomba menggambar antar paud tingkat suku dinas Jakarta Utara. Selain atas dasar pernyataan dari Ir. Widji Astiti tersebut pemilihan PAUD Tunas Bahari Jakarta sebagai lokasi dari penelitian ini juga didasarkan oleh beberapa pertimbangan dari peneliti, bahwa keberhasilan para guru PAUD Tunas 5
Bahari mencetak generasi-generasi baru yang lebih unggul terbukti dengan banyaknya lomba-lomba menggambar, dan kejuaraan tingkat provinsi yang diikuti murid PAUD Tunas Bahari, dimana yang paling terbaru PAUD Tunas Bahari dapat menjadi juara I tingkat suku dinas Jakarta Utara. Prestasi-prestasi yang diraih oleh PAUD Tunas Bahari diatas membuktikan bahwa strategi komunikasi yang digunakan PAUD Tunas Bahari untuk membentuk karakter anak sejak dini dan mengasah kecerdasan anak sangat efektif. Dari pernyataan diatas memberi bukti bahwa keberhasilan PAUD Tunas Bahari untuk melahirkan generasi yang berkarakter, pemberani dan cerdas melalui strategi pembelajaran yang ada di PAUD Tunas Bahari adalah prestasi yang membanggakan khususnya di bidang pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah PAUD Tunas Bahari, bahwa Strategi komunikasi merupakan pondasi yang paling penting untuk membangkitkan rasa percaya diri seseorang. Ini dilakukan para guru lewat pembinaan sedini mungkin, mulai dari cara berinteraksi, seperti menjalin pendekatan dengan siswa dan lain-lain. Dari pernyataan diatas inilah yang kemudian menjadi penggagas bagi peneliti untuk melangsungkan penelitian ini, mengenai bagaimana PAUD Tunas Bahari melakukan pembinaan sedini mungkin melalui strategi komunikasi yang diterapkannya, terkait sejumlah keberhasilan yang mampu diraih oleh PAUD Tunas Bahari. Peneliti melihat bahwa PAUD Tunas Bahari berhasil dalam mencapai prestasi di bidang akademiknya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivisme. Dalam paham konstruktivisme, realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menganalisis makna dari perencanaan komunikasi, isi pesan, metode penyampaian pesan dan hambatan komunikasi para guru atau pengajar PAUD Tunas Bahari dilihat dari dua sudut pandang, yaitu Guru 6
dan Pengajar PAUD Tunas Bahari sebagai penyelenggara Strategi Komunikasi Interpersonal dalam PAUD Tunas Bahari dan anak didik PAUD Tunas Bahari selaku target dari pemakaian strategi Komunikasi Interpersonal yang dilakukan oleh guru atau pengajar PAUD Tunas Bahari. Penelitian Kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Oleh karena itulah, didalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, dimana di dalam penelitian yang berjudul strategi komunikasi interpersonal dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan murid paud, peneliti cenderung bertindak sebagai pengamat pasif, dimana pada saat pengamatan di lapangan, peneliti mengamati keberhasilan strategi komunikasi yang diterapkan oleh para pengajar paud dan proses strategi komunikasi interpersonal dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan murid yang sifatnya cenderung mendeskripsikannya, dan menjelaskan keberlangsungan proses komunikasi yang terjadi. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, peneliti membuat beberapa pertanyaan penelitian terkait strategi komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru atau pengajar PAUD Tunas Bahari, untuk menjawab judul besar dari penelitian yaitu Strategi Komunikasi Intrepersonal antara Guru dan Murid Paud pada proses pembentukan karakter anak, peneliti telah membreakdown fokus penelitian menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh para pengajar Paud? 2. Bagaimana isi pesan dalam kegiatan komunikasi interpersonal antara pengajar dengan murid paud? 3. Bagaimana metode penyampaian pesan yang dilakukan oleh para pengajar paud dalam memberikan materi pendidikan dikelas? 7
4. Bagaimana hamabatan komunikasi yang dihadapi para pengajar paud dalam menjalankan strategi komunikasi interpersonal kepada murid paud? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh para pengajar Paud. 2. Menjelaskan kegiatan komunikasi interpersonal antara pengajar dengan murid paud. 3. Mendeskripsikan metode penyampaian pesan yang dilakukan oleh para pengajar paud dalam memberikan materi pendidikan dikelas 4. Mendeskripsikan hamabatan yang dihadapi para pengajar paud dalam menjalankan strategi komunikasi interpersonal kepada murid paud. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan muncul dari penelitian ini baik secara akademis maupun praktis adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik a. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi khususnya dalam mengetahui strategi komunikasi kelompok dalam proses belajar mengajar dan pola komunikasi antara guru dan murid yang digunakan PAUD Tunas Bahari dalam proses perkembangan dan pembentukan karakter anak. Mengetahui peran PAUD Tunas Bahari untuk mempersiapkan generasi-generasi yang cerdas secara akal dan moral. b. Sebagai bahan literature untuk penelitian-penelitian sejenis, di masa yang akan dating dan penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi instansi pendidikan mengenai bagaimana strategi komunikasi kelompok antara guru dan murid untuk membentuk karakter anak dan meningkatkan fungsi PAUD Tunas Bahari agar optimal dan maksimal dalam merangsang kecerdasan dan mengendalikan perilaku pada anak. 2. Manfaat Praktis 8
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PAUD Tunas Bahari untuk mengetahui strategi pengajaran dan pola komunikasi PAUD Tunas Bahari dapat membantu merangsang kecerdasan anak dan strategi belajar mengajar dalam pembentukan karakter anak. Melalui penelitian ini, PAUD Tunas Bahari diharapkan untuk mengoptimalkan usia emas balita sebagai pondasi untuk masa depan. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Umum Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat menjadi sebuah informasi yang aktual mengenai deskripsi proses strategi komunikasi dalam proses pembentukan karakter anak dan diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihakpihak lain yang memiliki kepentingan. 1.5 Tahapan Penelitian Peneliti melakukan tahapan penelitian yang meliputi: 1. Persiapan dengan melakukan pencarian ide, menentukan topik dan judul penelitian. 2. Perancangan penelitian dan penyusunan proposal penelitian. 3. Kajian penelitian terdahulu. 4. Pengumpulan data sekunder berupa informasi, observasi, dan mencari literatur. 5. Penyusunan dan melengkapi BAB 1-3 proposal penelitian. 6. Mengumpulkan data primer melalui teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dan observasi non partisipan. 7. Melakukan analisis data keabsahan data dari unit analisis yang telah ditentukan. 8. Membuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian berlokasi di PAUD Tunas Bahari, tepatnya di Jalan Angin Gending no.49, Cilincing, Jakarta Utara. 9
1.6.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu pra penelitian dan penelitian. Dimana pra penelitian dilaksanakan selama dua bulan (April dan Mei), sedangkan penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan mulai bulan Agustus hingga November 2014 yang mencakup tahap persiapan, penelitian lapangan, penyusunan, dan tahap penyusunan akhir sampai dengan sidang dilaksanakan. Tabel 1.1 Waktu Penelitian Kegiatan Pencarian Ide Bulan April Mei Juni Juli Agustus September 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Perancangan Penelitian dan penyusunan Proposal Penelitian Kajian terdahulu Penelitian Mengumpulkan data sekunder berupa informasi, observasi dan mencari literatur Penyusunan dan 10
melengkapi BAB 1-3 proposal penelitian Mengumpulkan data primer berupa studi pustaka dan wawancara Melakukan analisis data dan keabsahan data dari unit analisis yang telah ditentukan Hasil penelitian kesimpulan saran akhir berupa dan Sumber : Olahan Peneliti (2014) 11