KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

HUTAN TANAMAN INDUSTRI DAN KUALITAS KAYU YANG DIHASILKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES/CONTOH SOAL UJIAN

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU SUKUN ( Artocarpus communis FORST) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA. Oleh: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada INTISARI

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU TREMBESI ( Samanea saman MERR) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA

SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

PEMANFAATAN KAYU KI ACRET (Spatholdea campanulata Beauv) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP KERTAS MELALUI UJI TURUNAN DIMENSI SERAT

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.))

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

POLA PEMBELAHAN JATI RAKYAT DAN SIFAT FISIK SERTA MEKANIK KAYU GERGAJIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA

STRUKTUR ANATOMI KAYU DAUN LEBAR (HARDWOODS) dan KAYU DAUN JARUM (SOFTWOODS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional XVIII MAPEKI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DALAM BATANG

RIAP POHON JENIS DAUN JARUM DAN POHON JENIS DAUN LEBAR MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I.

SIFAT MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS KAYU MERANTI MERAH

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK

RASIO KAYU JUVENIL DAN KAYU DEWASA POHON DOMINAN DAN TERTEKAN PADA MANGIUM (Acacia mangium Willd.) TRISNA MEGAWATY SITORUS

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

Universitas Gadjah Mada 1

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) yang Tumbuh di Kabupaten Sleman

PENGARUH PERBEDAAN UMUR DAN BAGIAN BATANG KAYU AKASIA (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex. Benth) SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN INTISARI

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

KAJIAN DIAMETER - PERSENTASE KAYU TERAS TERHADAP KUALITAS KAYU JATI (Tectona grandis Linn. F) DARI HUTAN RAKYAT GUNUNG KIDUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

REVISI DAN PROPOSISI MIKRO TEKS DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN

Representasi teks makro *teks dasar* Ria mahardika

PENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP

PENGHALUSAN TEKS DASAR

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

REVISI PROPOSISI MIKRO DAN PROPOSISI MAKRO TEKS DASAR

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang. mebel dan lain sebagainya. Tingginya kebutuhan manusia akan kayu tersebut

TINJAUAN SINGKAT KEGIATAN PENELITIAN ANATOMI KAYU DI IPB 1)

REVISI DAN PROPOSISI MIKRO LAMPIRAN

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

TINJAUAN PUSTAKA. : Cinnamomum burmanii. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

Lampiran. Ria mahardika

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

KADAR AIR DAN BERAT JENIS PADA POSISI AKSIAL DAN RADIAL KAYU SUKUN (Arthocarpus communis, J.R dan G.Frest)

Dila Muliasari 1, Nisyawati 2. ABSTRAK ABSTRACT

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): 1-7 (2010)

STRUKTUR ANATOMI KAYU JATI PLUS PERHUTANI KELAS UMUR I ASAL KPH BOJONEGORO REZA NOOR UTOMO

PENGARUH JENIS KAYU DAN BAGIAN BATANG TERHADAP SIFAT PENGERINGAN TIGA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA FANDI SEPPO MITHA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan akan banyak terjadi peristiwa yang bisa dialami oleh pohon yang

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

Kualitas Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budi Daya. (Wood Quality of Cultivated Red Meranti (Shorea leprosula Miq.

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

TINJAUAN SINGKAT PENELITIAN ANATOMI KAYU DI PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Oleh : RUDI HARTONO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

Yusanto Nugroho Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Jakob Kailola, S.Hut Staf Agroforestri Padamara Tobelo

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

STUDY OF ANATOMIC AND MECHANICAL PROPERTIES OF WOOD RELATION WITH ACOUSTICAL PROPERTIES

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla

BAB I PENDAHULUAN. Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &

KAITAN POLA PENYEBARAN SALURAN GETAH

C13 PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN PEG 1000 DAN POSISI RADIAL POHON PADA USAHA PENINGKATAN KUALITAS KAYU JATI UMUR MUDA DARI HUTAN RAKYAT DI GUNUNGKIDUL

PADA DUA POLA PENGGERGAJIAN. Extracted with Two Sawing Patterns)

Transkripsi:

KARYA TULIS KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) Disusun oleh : RUDI HARTONO, S.HUT, MSi NIP 132 303 838 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006

DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Pendahuluan... 1 Pengertian Kayu Juvenil... 2 Pembentukan Kayu Juvenil... 2 Sifat-sifat Kayu Juvenil... 4 Beberapa Penelitian Kayu Juvenil... 7 Daftar Pustaka... 9

DAFTAR TABEL Halaman 1. Beberapa Sifat Kayu Juvenil Dibandingkan dengan Kayu Dewasa... 5 2. Penentuan Batas Kayu Juvenil dan Dewasa pada Berbagai Jenis Kayu. 8

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan Kayu Juvenil yang Membentuk Silinder Pusat... 3 2. Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Banyak Sifat yang Menunjukkan Kenaikan Berangsur-angsur 6 3. Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Sejumlah Sifat Menunjukkan Penurunan.. 6

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) PENDAHULUAN Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat, maka kebutuhan akan kayu sebagai bahan bangunan dan bahan baku industri perkayuan semakin semakin meningkat. Dilain pihak, kemampuan hutan sebagai pensuplai kayu cenderung menurun, sehingga semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan kayu, baik untuk bahan bangunan maupun sebagai bahan baku industri perkayuan. Data dari Forest Watch Indonesia dikemukakan bahwa laju pengurangan hutan di Indonesia sekitar 2 juta ha/tahun. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui tingginya tingkat kerusakan hutan. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut. Beberapa alternatif yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut adalah dari hutan tanaman industri (HTI) dan dari hutan rakyat. Jenis-jenis tanaman di HTI dan hutan rakyat, pada umumnya adalah dari jenis-jenis pohon yang cepat tumbuh (Fast growing species). Namun pada pohonpohon yang cepat tumbuh biasanya memiliki proporsi kayu juvenil yang besar dibandingkan kayu dewasa. Dalam pemanfaatan kayu, keberadaan kayu juvenil kurang disukai karena sifat-sifatnya yang kurang baik. Oleh karena itu, agar pemanfaatan kayu lebih optimal, perlu mengetahui lebih jauh tentang apa itu kayu juvenil, bagaimana sifat-sifat kayu juvenil, dan sampai batas kapan terbentuknya kayu juvenil.

PENGERTIAN KAYU JUVENIL Kayu juvenil adalah massa xylem atau bagian kayu yang dibentuk oleh kambium vascular pada tahun-tahun pertama pertumbuhan, saat kambium vascular masih dipengaruhi oleh kegiatan meristem pucuk (meristem apikal). Kayu juvenil dibentuk oleh kambium sebagai hasil perpanjangan pengaruh meristem apical pada daerah tajuk yang aktif (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Kayu juvenil telah diberi batasan sebagai xilem sekunder yang dihasilkan oleh aktifitas kambium yang dipengaruhi oleh kegiatan dalam meristem apikal. Batasan ini berguna untuk menerangkan mengapa terdapat perubahan yang berangsur-angsur dalam sifat kayu antara kayu juvenil dan kayu dewasa (Haygreen dan Bowyer, 1982). Istilah kayu juvenil kurang tepat disebut sebagai kayu muda atau kayu remaja, karena bagian ini justru dibentuk pada tahun-tahun pertama pertumbuhan pohon. Nama dan istilah lain untuk kayu juvenil mungkin lebih tepat disebut kayu inti atau kayu hati, karena selalu terdapat di bagian tengah di sekitar empulur, sedangkan kayu dewasa terletak dibagian luarnya (Pandit, 2000). PEMBENTUKAN KAYU JUVENIL. Pembentukan kayu juvenil dipengaruh meristim apikal pada daerah tajuk aktif pada musim pertumbuhan. Kayu juvenil meliputi seluruh riap pertumbuhan yang terletak dekat empulur. Kayu juvenil terdapat diseluruh pohon dan

karakteristik kayu tergantung pada kecepatan tumbuh dan berhubungan dengan umur pohon (Pandit, 1996). Kayu juvenil ini dalam prakteknya sama dengan kayu yang dibentuk oleh tajuk, yaitu kayu yang pada waktu pembentukannya ada dalam naungan tajuk. Hal ini berarti pembentukan kayu juvenil dipengaruhi oleh meristim apikal Dalam pohon, kayu juvenil membentuk silinder pusat atau kolom simetris sekeliling hati (Prawirohatmodjo, 1999) Kayu Juvenil Kayu Dewasa Kayu Juvenil Kayu Dewasa Gambar 1. Bagan Kayu Juvenil yang Membentuk Silinder Pusat Pada saat tanaman masih muda atau pada tahun-tahun pertama pertumbuhan, kambium primer membentuk kayu juvenil. Seiring bertambah usia pohon, maka tajuk semakin bergerak ke atas. Pengaruh tajuk pada daerah kambium semakin berkurang dan terbentuklah kayu dewasa. Karena perubahan yang berangsur-angsur dalam sifat kayu, maka tidak jelas dimana kayu juvenil berakhir dan kayu dewasa bermula. Lagi pula, batas lokasi

antara kayu juvenil dan kayu dewasa tergantung dari sifat-sifat yang digunakan untuk membedakannya misalnya panjang sel yang mencapai kedewasaan sebelum sifat yang lain. Namun peneliti-peneliti kayu juvenil mengemukakan bahwa kayu juvenil terbanyak pada 5 20 lingkaran tumbuh pertama, dengan lama pembentukan tergantung dari spesies. Sejumlah peneliti percaya bahwa rangsangan tumbuh (lewat pemupukan, irigasi, atau perlakuan silvikultur) selama periode pembentukan kayu juvenil akan memperpanjang periode juvenil (Haygreen dan Bowyer, 1982). Lamanya periode juvenil bervariasi, tetapi juvenil selalu ada dan meliputi lingkaran tahun pertama. Banyaknya lingkaran tahun tidak dapat ditentukan, tidak hanya karena adanya perbedaan antar spesies dan antar pohon, tetapi juga karena adanya variasi dalam kayu akhir, panjang sel dan lain-lain (Prawirohatmodjo, 1999). SIFAT-SIFAT KAYU JUVENIL Karena sifat-sifat kayu juvenil yang jelek, maka kayu juvenil kurang baik untuk tujuan-tujuan struktural, seperti digunakan sebagai tiang, kuda-kuda langit, dan sebagainya. Demikian juga kayu-kayu muda yang sebagian besar volumenya adalah kayu juvenil.. Banyak hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa mutu kayu juvenil jauh lebih rendah dibandingkan kayu dewasa. Sebagai gambaran, pada kayu daun jarum dan kayu daun lebar, sel-sel kayu juvenil lebih pendek dibandingkan kayu dewasa. Sel-sel dewasa pada kayu daun jarum dapat mencapai 3 4 kali panjang sel-sel kayu juvenil, sedangkan panjang sel-sel dewasa pada kayu

daun lebar dapat mencapai dua kali panjang sel-sel yang terdapat dekat empulur. Demikian juga dengan kerapatan dan berat jenis kayu juvenil yang lebih rendah dibandingkan kayu dewasa, Tebal dinding sel yang lebih tipis dan lain sebagainya. Untuk dapat mengetahui perbedaannya dengan jelas antara kayu juvenile dan kayu dewasa disajikan pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Beberapa Sifat Kayu Juvenil Dibandingkan dengan Kayu Dewasa. Sifat-Sifat Kayu Kayu Juvenil Kayu Dewasa Berat Jenis 0.42 0.48 Kerapatan (kg/cm 3 ) 427.2 489.2 Panjang Serat (mm) 2.98 4.28 1.28 2.68 Tebal Dinding Sel (μm) 3.88 8.04 Diameter Lumen (μm) 42.25 32.78 Diameter Sel (μm) 50.01 48.86 Sudut Mikrofibril Lapisan S2 55 20 28 10 Penyusutan Longitudinal sampai Kadar Air 12 % (% dimensi basah) 0.59 0.1 0.59 0.10 Kekuatan Pecah 100 113 Indeks Kekuatan 100 116 Indeks Kekuatan Sejajar Serat 100 124 Keterangan : Kayu Juvenil diambil dari sampel kayu Pinus umur 11 tahun Kayu Dewasa diambil dari sampel kayu Pinus umur 30 tahun Sumber : Haygreen dan Bowyer, 1982. Pada saat perubahan kayu juvenil menjadi dewasa banyak sifat-sifat yang menunjukkan kenaikan berangsur-angsur seperti berat jenis kayu, kerapatan, panjang sel, kekuatan, tebal dinding sel, penyusutan transversal dan persen kayu akhir

(Bendtsen, 1978 dalam Haygreen dan Bowyer, 1982). Gambaran kenaikan sifat-sifat kayu secara berangsur-angsur disajikan pada Gambar 2. Kayu juvenil Kayu Dewasa Berat Jenis Panjang Sel Kekuatan Tebal Dinding Sel Penyusutan tranversal Persen kayu akhir Empulur 5-20 lingkaran Kulit Gambar 2. Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Banyak Sifat yang Menunjukkan Kenaikan Berangsur-angsur Selain beberapa sifat mengalami kenaikan pada saat perubahan kayu juvenil menjadi kayu dewasa, namun ada juga sifat kayu yang mengalami penurunan yaitu sudut fibril Sebagian-2, penyusutan longitudinal dan kadar air (Bendtsen, 1978 dalam Haygreen dan Bowyer, 1982). Kayu Juvenil Kayu Dewasa Sudut Fibril S-2 Penyusutan Longitudinal Kadar Air Empulur 5-20 lingkaran Kulit Gambar 3. Perubahan Kayu Juvenil ke Kayu Dewasa dalam Konifer, Sejumlah Sifat Menunjukkan Penurunan

BEBERAPA PENELITIAN KAYU JUVENIL Sangatlah sulit untuk menentukan secara makroskopis kapan kayu juvenil berakhir dan kayu dewasa bermula. Beberapa peneliti menduga kayu juvenil berdasarkan perubahan sifat-sifat kayu juvenil menjadi kayu dewasa. Pandit (2000) mengemukakan metoda penentuan kayu juvenil berdasarkan panjang serat dengan melihat perubahan panjang serat dari empulur sampai dekat kulit. Panjang serat bertambah secara prograsif dan cepat merupakan bagian kayu juvenil, dan selanjutnya konstan pada kayu dewasa. Pada jenis-jenis kayu yang terlihat lingkaran tahunnya, seperti kayu jati, suren, johar, ki hiang dan sungkai maka pengukuran panjang serat dilakukan pada setiap riap pertumbuhan (lingkaran tahun), sedangkan untuk jenis kayu yang tidak terlihat lingkaran tahun, seperti sengon, ki acret, jelutung dan sebagainya, maka pengukuran panjang serat dilakukan dengan interval jarak tertentu, misalnya dengan interval 1 cm. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menentukan batas kayu juvenil pada berbagai jenis kayu dilakukan oleh Sugiharti (2001), Hartono, dkk (2003), Widiarty (2003), Darwis, dkk (2005). Hasil Penelitian untuk menentukan batas kayu juvenil dan kayu dewasa dirangkum pada Tabel 2.

Tabel 2. Penentuan Batas Kayu Juvenil dan Dewasa pada Berbagai Jenis Kayu No Jenis Pohon Kayu Juvenil 1 Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) umur 7 dan 10 tahun (Sugiharti, 2001) 2 Kayu Ki Acret (Spatoldea campanulata Beauv) umur 5 tahun (Hartono,dkk, 2003) 3 Kayu Johar (Cassia javanica Lamk) umur 25 tahun dan Ki Hiang (Albizzia procera Benth) umur 25 tahun. (Widiarti, 2003) 4 Kayu Jati (Tectona grandis, L.F), (Darwis, dkk, 2005) Kayu sengon umur 7 dan 10 tahun seluruhnya masih tergolong kayu juvenil. Kayu Ki Acret umur 5 tahun seluruhnya masih tergolong kayu juvenil. Kayu Johar batas akhir kayu juvenil terdapat pada lingkaran tahun ke 8 dan Ki Hiang pada lingkaran tahun ke 10. Hal ini berarti pembentukan kayu dewasa pada Johar dimulai pada lingkaran tahun ke 9 dan Ki Hiang pada lingkaran tahun ke 11. Jati batas akhir kayu juvenil terletak pada lingkaran tahun ke 10 atau 11, dan mulai pembentukan kayu dewasa pada lingkaran tahun ke 11 atau ke 12. Berdasarkan data di atas, ternyata batas kayu juvenil tidak bisa ditentukan, tergantung dari jenis kayu dan juga umur pohon. Pada kayu-kayu cepat tumbuh seperti sengon dan ki acret, ternyata seluruhnya adalah kayu juvenil dan belum terbentuk kayu dewasa. Sedangkan pada kayu yang lambat tumbuh, sangat bervasiasi, seperti kayu jati pembentukan kayu juvenil berakhir pada lingkaran tahun ke 10 atau 11, pada kayu johar dan ki hiang berakhirnya kayu juvenil pada lingkaran tahun ke 8 dan 10. Sebenarnya masih banyak lagi jenis kayu yang belum diketahui batas kayu juvenil dan dewasanya. Walaupun demikian, informasi ini semoga berguna, sehingga kita dapat memanfaatkan kayu secara optimal dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA Darwis, A., R. Hartono, S.S. Hidayat. 2005. Persentase Kayu Teras dan Kayu Gubal serta Penentuan Kayu Juvenil dan Dewasa pada Lima Kelas Umur Jati (Tectona grandis L.f.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Diterbitkan oleh Masyarakat Peneliti Kayu Tropis. Bogor. Hartono, R., V. Fatmawati, S. Rulliati, A. Sarbini. 2003. Anatomi Kayu Ki Acret (Spatoldea campanulata Beauv). Seminar Nasional VI, Masyarakat Peniliti Kayu Indonesi (Mapeki). Bukit Tinggi. Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1982. Forest Product and Wood Science. An Introduction. Iowa State University Press, Ames. USA. Pandit, I.K.N. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Program Pascasarjana IPB. Pandit, I.K.N. 2000. Metoda Identifikasi Kayu Juvenil. Seminar Nasional III, Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. Jatinangor, Sumedang. Panshin, A.J. and De Zeeuw Carl. 1980. Text Book of Wood Technology. Mc Grow-Hill. Book Company, New York. Prawirohatmodjo, S. 1999. Struktur dan Sifat-Sifat Kayu, Jilid I Sifat-Sifat Makroskopis dan Identifikasi Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sugiharti, G. 2001. Pengaruh Polusi Udara terhadap Sifat-sifat Anatomi Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor Sumedang. Tidak Dipublikasikan. Widiarty, R. 2003. Penentuan Kayu Johar (Cassia javanica Lamk) dan Ki Hiang (Albizzia procera Benth) sebagai Bahan Baku Pulp Kertas. Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor Sumedang. Tidak Dipublikasikan.