Overlay. Scoring. Classification

dokumen-dokumen yang mirip
Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Disampaikan Pada Acara :

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Konservasi Biodiversitas Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak Penting

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

West Kalimantan Community Carbon Pools

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KORIDOR EKOSISTEM PENTING DI SUMATERA. Herwasono Soedjito Pusat Penelitian Biologi - LIPI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

Profil Wilayah Heart Of Borneo

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Skoring Wilayah Rawan Bencana dan Daerah Perlindungan Bencana. Adipandang Y 11

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

Penyelamatan Ekosistem Kalimantan Dalam Penerapan MP3EI

Pengenalan High Conservation Value (HCV)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

IV APLIKASI PERMASALAHAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT

Pertanyaan Terkait Dengan NKT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENATAAN KORIDOR RIMBA

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013

Transkripsi:

Contributor : Doni Prihatna Tanggal : Oktober 2009 Posting : Title : Kajian Ekosistem Pulau Kalimantan Peta-peta thematic pembentuk ekosistem Pulau Kalimantan : 1. Peta Ekosistem Region (Ecoregion) 2. Peta tipe vegetasi (Ekosistem unit berbasis tipe vegetasi) 3. HCVF (High Conservation Value Forest) atau kawasan bernilai konservasi tinggi 4. Important Bird Area (IBA) 5. Sebaran Flagship Spesies (Kalimantan Big Mammals, Orangutan, Elephant) 6. Peatland Map Ecoregion Map HCVF map Data Source Process Result IBA Map Flaghship Species Vegetation type map Peatland Map Overlay Scoring Classification Ecosystem Biodiversity Map Gambar. Diagram alir Penelitian 1. Peta Ekosistem Region Kalimantan Borneo, pulau terbesar ketiga di dunia, dulunya dipenuhi oleh hutan hujan yang lebat. Dengan daerah pesisir rawa-rawa yang dibatasi oleh hutan bakau dan daerah bergununggunung, kebanyakan dari wilayah tersebut tampak tak mungkin dilewati dan dieksplorasi. Ini bisa dilihat pada peta ekoregion pulau kalimantan berikut :

Peta tersebut dihasilkan dari proses overlay antara jenis tanah, lereng dan iklim sehingga menghasilkan suatu tipe ekoregion Pulau (ada 8 klasifikasi region pulau)

2. Peta Tipe vegetasi Dari tipe peta ekoregion diatas (ada 8 tipe) kemudian di overlay dengan peta tipe hutan sehingga menghasilkan peta klasifikasi tipe hutan kalimantan (ada 10 klas tipe hutan). Berikut adalah tipe peta hutan (historic) yang ada di Kalimantan.

Dari peta tipe vegetasi hutan diatas kemudian di overlay dengan tutupan hutan terakhir (hasil klasifikasi citra landsat antara tahun 2006 2007) yang menghasilkan peta tipe hutan sisa (forest remaining Type) yang ada di Pulau Kalimantan. Peta ini yang akan menjadi salah satu parameter dalam kajian ekosistem pulau Kalimantan.

3. Peta HCVF (High Conservation Value Forest) HCVF (High Conservation Value Forest) yaitu kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi. Konsep HCVF yang didisain dengan tujuan untuk membantu para pengelola hutan dalam usaha-usaha peningkatan keberlanjutan sosial dan lingkungan hidup dalam kegiatan produksi kayu dengan menggunakan pendekatan dua tahap, yaitu: 1) mengidentifikasikan areal-areal di dalam atau di dekat suatu Unit Pengelolaan (UP) kayu yang mengandung nilai-nilai sosial, budaya dan/atau ekologis yang luar biasa penting, dan 2) menjalankan suatu sistem pengelolaan dan pemantauan untuk menjamin pemeliharaan dan/atau peningkatan nilai-nilai tersebut. Salah satu prinsip dasar dari konsep HCV adalah bahwa wilayahwilayah dimana dijumpai atribut yang mempunyai nilai konservasi tinggi tidak selalu harus menjadi daerah di mana pembangunan tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, konsep HCV mensyaratkan agar pembangunan dilaksanakan dengan cara yang menjamin pemeliharaan dan/atau peningkatan HCV tersebut. Dalam hal ini, pendekatan HCV berupaya membantu masyarakat mencapai keseimbangan rasional antara keberlanjutan lingkungan hidup dengan pembangunan ekonomi jangka panjang. Daerah yang dianggap mempunyai nilai konservasi tinggi adalah daerah yang memiliki satu atau lebih keterwakilan nilai NKT. Untuk NKT 1,2,3 adalah untuk daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, NKT 4 adalah daerah yang berpotensi memiliki jasa lingkungan dan NKT 5,6 adalah daerah yang memiliki Sosial budaya yang khas. Berikut adalah Peta HCVF yang mencakup wilayah Kalbar, Kalteng dan Kaltim.

4. Peta Important Bird Area (IBA) Peta Important Bird Area (Daerah Penting bagi burung) merupakan peta sebaran ekosistem yang merupakan habitat dari burung endemic khas Pulau Kalimantan. Peta sebaran tersebut di buat diatas peta HCVF yang bermaksud untukmenunjukan bahwa daerah penting bagi burung tersebut masuk juga kedalam kawasan hutan yang bernilai konservasi tinggi. Peta Ini bersumber dari Bird Life.

5. Peta Sebaran Spesies (Gajah dan Orangutan)

6. Peatland Map Peta gambut yang bersumber dari Wetland Intenasional yang menggambarkan kedalaman gambut yang tersebar di kalimantan dan wilyah gambut terbanyak terdapat di kalimantan tengah.

Peta selanjutnya yang merupakan turunan dari peta tipe vegetasi adalah peta analisis jaringan/koridor ekosistem, yang merupakan peta analisis jaringan ekosistem penting Pulau Kalimantan yang menggambarkan keterkaitan antara ekosistem satu dengan ekosistem lainya.

Peta-peta tersebut diatas merupakan parameter2 ekosistem pulau kalimantan yang apabila kita overlay dari ke enam peta tersebut (peta ekoregion, peta HCVF, peta flaghship spesies, peta tipe vegetasi, Peta IBA, dan peta sebaran gambut /peat) akan menghasilkan peta ekoregion biodiversitas Pulau kalimantan yang selanjutnya kita sebut dengan peta Visi pulau kalimantan. Penetapan kriteria kawasan-kawasan tersebut diatas diperoleh dari hasil overlay parameter-parameter ekosistem yang dilakukan skoring dan pembobotan.

Peta visi Pulau Kalimantan memiliki 3 legenda yang berwarna hijau, kuning dan abu2. berikut penjelasanya : 1. Kawasan Ekosistem Penting ; merupakan kawasan yang harus di konservasi, seandainya ada pengelolaan terhadap kawasan tersebut, harus memperhatikan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan, khusus pada area taman nasional, cagar alam. Untuk status kawasan paling tidak cuma sampai Hutan Produksi terbatas. Kawasan ekosistem penting (kalimantan) diperoleh dari overlay peta HCVF, koridor ekosistem, remaining forest, dan flaghship spesies Khas Pulau Kalimantan (dilakukan skoring dan pembobotan). 2. Kawasan Jaringan Ekosistem ; Merupakan kawasan koridor yang menghubungkan antara ekosistem yang satu dengan ekosistem yang lain, kawasan ini merupakan juga kawasan yang bernilai ekosistem tinggi. Pembangunan pada kawasan ini juga di lakukan dengan memperhatikan prinsip2 pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). 3. Kawasan Pembangunan ; merupakan kawasan yang diperuntukan untuk pengembangan kota atau lainya yang tetap di dalam rencana detil nya (tataruang provinsi) harus memiliki minimal 30% tutupan hutan (Ruang terbuka Hijau), ini sesuai dengan PP No. 26 tahun 2008. Analisis Visi Pulau Kalimantan dengan RTRWN Dari hasil anslisis kajian ekosistem pulau Kalimantan kemudian dilakukan analisis kajian terhadap pola RTRWN. Dari analisis ini akan di ketahui wilayah-wilayah ekosistem penting Pulau Kalimantan yang kondisinya sudah aman (tidak perlu restorasi) dan Kawasan ekosistem penting yang tidak aman (perlu restorasi) Prosesnya adalah sebagai berikut : 1. Peta Pola Ruang Kalimantan Peta ini merupakan peta pola ruang tataruang dari Departen Pekerjaan Umum. Didalam legendanya terbagi menjadi 3 kawasan yaitu : Kawasan Konservasi, Kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan konservasi merupakan kawasan yang sudah ditetapkan oleh departemen kehutanan sebagai kawasan yang harus di lindungi dengan pemanfaatan terbatas, yang terbagi dalam zona-zona pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan Lindung RTRWN merupakan kawasan hutan yang juga harus dilindungi. Sedangkan kawasan budidaya adalah zona kawasan pemanfaatan artinya segala pembangunan diarahkan kepada kawasan ini.

Hasil Analisis Overlay antara Peta Pola Ruang Dengan Peta Visi Kalimantan

Tabel... Overlay Visi Pulau Kalimantan dan pola ruang PU Pola ruang Kawasan PU Visi Pulau Kalimantan Luas (Ha) Kawasan Budidaya Jaringan Ekosistem 9,976,465.43 Kawasan ekosistem penting 10,863,696.78 Kawasan Pembangunan 12,385,817.58 Kawasan Budidaya Total 33,225,979.80 Kawasan Konservasi Jaringan Ekosistem 1,098,415.30 Kawasan ekosistem penting 3,736,130.67 Kawasan Pembangunan 329,016.49 Kawasan Konservasi Total 5,163,562.46 Kawasan Lindung Jaringan Ekosistem 5,604,801.48 Kawasan ekosistem penting 8,018,785.87 Kawasan Pembangunan 1,850,799.58 Kawasan Lindung Total 15,474,386.93 Wilayah Perairan Jaringan Ekosistem 43,143.45 Kawasan ekosistem penting 127,923.14 Kawasan Pembangunan 102,092.85 Total Wilayah Perairan 273,159.44 Total 54,137,088.63

2. Peta TGHK dan Penunjukan Kawasan

Tabel Penunjukan Kawasan Hutan Departemen Kehutanan No Kawasan Luas (Ha) 1 Areal Penggunaan Lain 12,863,598.73 2 Cagar Alam Darat 391,174.09 3 Cagar Alam Laut 190,867.43 4 Hutan Lindung 6,433,634.01 5 Hutan Produksi 13,778,577.40 6 Hutan Produksi Konversi 5,036,566.95 7 Hutan Produksi Terbatas 11,149,183.52 8 Hutan Suaka Alam dan Margasatw 635,591.61 9 Suaka Margasatwa Darat 148,936.15 10 Taman Hutan Raya 39,457.30 11 Taman Nasional Darat 2,662,855.42 12 Taman Wisata Alam 104,051.37 13 (blank) 48,083.17 Total 53,482,577.14 Peta TGHK (Tata Guna Kesepakatan Hutan) merupakan peta kawasan yang bersumber dari departemen kehutanan yang di sah kan dengan Keputusan Menhut No. 759/kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 (Khusus Untuk wilayah Kalimantan Tengah) dengan total luas kawasan 729.419 Ha. Sedangkan untuk wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur menggunakan peta penunjukan kawasan hutan Dephut tahun 1999 2001. Berikut adalah hasil overlay dan analisis antara peta Visi Pulau Kalimantan dengan peta TGHK dan Penunjukan Kawasan Hutan Pulau Kalimantan.

Tabel... Overlay Visi denganpenunjukan Kawasan Visi Pulau Kalimantan Penunjukan Kawasan Luas (Ha) Jaringan Ekosistem Areal Penggunaan Lain 2,210,166.68 Cagar Alam Darat 107,290.74 Cagar Alam Laut 807.55 Hutan Lindung 2,111,159.71 Hutan Produksi 5,094,524.44 Hutan Produksi Konversi 2,282,051.40 Hutan Produksi Terbatas 4,063,262.12 Hutan Suaka Alam dan Margasatw 213,100.02 Suaka Margasatwa Darat 130,144.24 Taman Hutan Raya 21,849.64 Taman Nasional Darat 303,895.33 Taman Wisata Alam 11,692.61 (blank) 173,310.99 Jaringan Ekosistem Total 16,723,255.46 Kawasan ekosistem penting Areal Penggunaan Lain 3,379,132.23 Cagar Alam Darat 265,151.91 Cagar Alam Laut 32.12 Hutan Lindung 4,051,522.75 Hutan Produksi 4,587,137.97 Hutan Produksi Konversi 1,534,289.46 Hutan Produksi Terbatas 5,754,978.15 Hutan Suaka Alam dan Margasatw 429,769.06 Suaka Margasatwa Darat 18,653.63 Taman Hutan Raya 17,607.66 Taman Nasional Darat 2,352,958.71 Taman Wisata Alam 90,241.30 (blank) 266,418.28 Kawasan ekosistem penting Total 22,747,893.24 Kawasan Pembangunan Areal Penggunaan Lain 7,259,032.78 Cagar Alam Darat 13,322.94 Hutan Lindung 357,955.28 Hutan Produksi 4,252,474.23 Hutan Produksi Konversi 1,250,409.30 Hutan Produksi Terbatas 1,368,631.54 Hutan Suaka Alam dan Margasatw 1.32 Suaka Margasatwa Darat 20.76 Taman Nasional Darat 915.72 Taman Wisata Alam 1,059.26 (blank) 164,109.87 Kawasan Pembangunan Total 14,667,932.99 Total 54,139,081.68

3. Analisis overlay Peta Konsesi dengan Peta Visi Pulau Kalimantan Peta Visi Pulau Kalimantan dan kawasan HPH (tahun 2003)

Peta Visi Pulau Kalimantan dan kawasan HTI

Peta Visi Pulau Kalimantan dan Perkebunan Kelapa Sawit

Kontrak Karya Pertambangan adalah kawasan pertambangan yang levelnya besar, izin dari pusat dan modalnya dari asing. Sedangkan Kuasa pertambangan adalah kawasan pertambangan yang levelnya kecil, perizinan dari pemerintah kabupaten dan mnodalnya lokal.