olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat


BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

I. PENDAHULUAN. merupakan penyebab peningkatan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

I. PENDAHULUAN. fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat dalam detik

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan darah diastolik (TDD) 90 mmhg (Joint National Committee VII, 2004). Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi dapat menyebabkan kematian. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena adanya komplikasi dengan beberapa penyakit seperti stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata (Lili & Tantan, 2007). Pada tahun 2010, hasil survei World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa persentase penderita hipertensi paling banyak terjadi di negara berkembang. Penderita hipertensi tertinggi terdapat di Afrika dengan persentase sebesar 46%. Selanjutnya diikuti dengan Asia Tenggara sebesar 36% dan Amerika sebesar 35% juga mengalami hipertensi. Prevalensi hipertensi di kawasan Asia telah membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Persentase untuk pria meningkat dari 18% menjadi 31%, sedangkan untuk wanita terjadi peningkatan dari 16% menjadi 29%. Tingkat prevalensi hipertensi juga terjadi di Indonesia, yakni pada pria sebesar 29,1% dan pada wanita sebesar 26,6%. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia ditentukan berdasarkan pengukuran tekanan darah pada penduduk dengan umur 18 tahun. Hasil pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%. Penanganan untuk pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi dilakukan dengan cara menjaga pola hidup sehat seperti 1

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). Pentingnya menjaga pola hidup sehat mungkin tidak banyak mempengaruhi penurunan tekanan darah, tetapi dapat membantu mengurangi faktor risiko terjadinya penyakit jantung atau komplikasi lainnya (Hedberg and Jacob, 2008). Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan memberikan antihipertensi yang sesuai kondisi pasien. Terapi dengan menggunakan antihipertensi merupakan terapi jangka panjang karena terapi dilakukan seumur hidup. Hal ini bertujuan agar tekanan darah pasien dapat diturunkan dan selalu terkontrol dalam batas normal (Tedjasukmana, 2012). Pada pasien hipertensi, diuretik merupakan golongan antihipertensi yang digunakan sebagai terapi lini pertama. Apabila golongan ini sudah tidak dapat menurunkan tekanan darah, maka golongan yang digunakan sebagai terapi lini kedua adalah Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) (Consumer Report Health, 2011). Selain dapat menurunkan tekanan darah golongan ACEI juga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi kardiovaskular (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Lisinopril dan captopril merupakan antihipertensi golongan ACEI. Lisinopril mempunyai waktu kerja yang lebih lama yaitu 24 jam dibandingkan waktu kerja captopril 2-6 jam dalam sehari. Adanya waktu kerja lisinopril yang cukup lama mengakibatkan pemakaian lisinopril hanya 1 kali dalam sehari, sedangkan pemakaian captopril 2-3 kali dalam sehari. Keadaan ini dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat (Consumer Report Health, 2011). Penelitian terdahulu mengenai efektivitas lisinopril pada pasien hipertensi dengan masa terapi 8 minggu pada 43 pasien, menunjukkan hasil bahwa adanya penurunan tekanan darah sistolik rata-rata 9,6 mmhg dan 2

tekanan darah diastolik rata-rata sebesar 6,6 mmhg (Viigima et al., 2005). Penelitian lain menunjukkan bahwa captopril mempunyai efektivitas yang secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan plasebo dalam hal menurunkan tekanan darah. Secara kualitatif ada 27 pasien (19,4%) dari kelompok plasebo yang tidak dapat menurunkan tekanan darah diastolik sampai atau dibawah 95 mmhg, sedangkan pada kelompok captopril hanya terdapat 12 pasien yang mempunyai kondisi tersebut (Yu and Junren, 1999). Adanya penyakit dan terapi farmakologis yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang secara tidak langsung akan menyebabkan dampak pada kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang dimaksud merupakan evaluasi dari semua aspek kehidupan, dimana Health Related Quality Of Life (HRQOL) adalah aspek yang terkait dengan kesehatan. Peristiwa dalam kehidupan pribadi seseorang yang berbeda-beda akan mempengaruhi keadaan sehat seperti stres, ansietas, serta emosi. Menyikapi adanya hal tersebut maka sebagian besar praktisi dan peneliti khususnya dibidang kesehatan mempelajari lebih lanjut tentang kualitas hidup pasien. Studi yang mempelajari hal ini tercakup dalam bidang HRQOL (Andayani, 2013). Masalah pembiayaan terapi pengobatan yang semakin mahal belum sepenuhnya teratasi, khususnya pada pasien hipertensi. Adanya terapi pengobatan yang dilakukan dalam jangka waktu panjang mengakibatkan tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Besar kemungkinan biaya tersebut akan bertambah ketika pasien hipertensi sudah mengalami komplikasi yang serius. Selain itu, tingkat produktifitas pasien akan semakin menurun dan menyebabkan penghasilan juga semakin berkurang. Keadaan ini membuat pasien mengalami kesulitan untuk membiayai terapi pengobatannya. Adanya permasalahan tersebut telah menarik perhatian pemerintah untuk membantu masyarakat dengan membuat suatu program 3

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dimana JKN ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013) BPJS kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. JKN merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Hal ini bertujuan untuk membantu program pemerintah dalam penyediaan obat oleh BPJS. Penggunaan obat sebaiknya tidak hanya dilihat dari efektifitasnya saja, namun perlu dipertimbangkan besar biaya terapinya. Penyediaan obat hipertensi di tingkat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, klinik dokter dan rumah sakit yang bersangkutan disesuaikan dengan Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN). Adapun antihipertensi yang dimaksud di dalam DOEN (2013) adalah amlodipin, atenolol, diltiazem, clonidin, lisinopril, captopril, metildopa, nifedipin dan valsartan, nicardipin, hidroklorotiazid. Berdasarkan perbedaan efektivitas antara lisinopril dan captopril serta permasalahan dalam pembiayaan terapi pengobatan, perlu dilakukan suatu penelitian dalam hal penyediaan obat yang cost-effective. Hal ini diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan atau pemerintah dalam menyediakan data dan membantu pasien dalam memilih suatu terapi pengobatan yang cost-effective terhadap penyakit hipertensi. Penelitian dilakukan di Puskesmas Jagir Surabaya, dengan menganalisis biaya dan efektivitas obat lisinopril dibandingkan captopril pada pasien hipertensi menggunakan studi farmakoekonomi. 4

Farmakoekonomi didefenisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan membandingkan biaya, risiko, keuntungan dari suatu program, pelayanan, atau terapi serta menentukan alternatif yang dapat memberikan hasil kesehatan terbaik (Andayani, 2013). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cost-Effectiveness Analysis (CEA). Metode ini didesain untuk membandingkan antara outcome dengan biaya yang digunakan dalam program terapi pengobatan atau programprogram terapi pengobatan lainnya yang memiliki outcome yang sama (Vogenberg, 2001). CEA mempunyai hasil yang dapat digambarkan dalam bentuk rasio antara total biaya program terapi pengobatan dibagi dengan outcome klinik (Andayani, 2013). 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran efektifitas penggunaan lisinopril dibandingkan captopril pada pasien hipertensi yang sedang dalam proses pengobatan rawat jalan? 2. Bagaimana gambaran biaya penggunaan lisinopril dibandingkan captopril pada pasien hipertensi yang sedang dalam proses pengobatan rawat jalan? 3. Manakah yang lebih cost-effectiveness antara lisinopril dan captopril? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran efektifitas penggunaan lisinopril dibandingkan captopril pada pasien hipertensi yang sedang dalam proses pengobatan rawat jalan 5

2. Mengetahui gambaran biaya penggunaan lisinopril dibandingkan captopril pada pasien hipertensi yang sedang dalam proses pengobatan rawat jalan 3. Mengetahui manakah yang lebih cost-effectiveness antara lisinopril dan captopril. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi puskesmas tempat penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan medis pada pasien hipertensi 2. Bagi manajemen di puskesmas tempat penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang analisis biaya penggunaan obat antihipertensi bagi pasien hipertensi 3. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan terutama mengenai farmakoekonomi, juga diharapkan dapat memberikan konstribusi dan pengayaan materi ilmu kefarmasian khususnya dalam bidang farmasi klinik. 6