BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK RUMAH DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

Kesehatan Lingkungan. Website:

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dan upaya penyehatan lingkungan yang setinggitingginya(

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

Determinan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Sukomulyo Martapura Palembang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011). Menurut Depkes RI (2012) bahwa rumah sehat merupakan rumah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Program Kesehatan Lingkungan A. Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

Tugas Akhir- RE091324

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

I. PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Anakanak

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program Millenium Development Goals (MDGs) adalah

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR KABUPATEN TEGAL

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan yaitu keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang mencakup kepemilikan jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap anggota keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia, ada berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan sarana pembuangan air besar, hubungannya yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan yakni fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Masalah kondisi lingkungan tempat

pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana. Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan ( BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9 %), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%)(WHO, 2010). Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat berjalan dengan baik untuk mendukung komitmen nasional dalam pencapaian target kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG s). Salah satu target MDG s terkait sanitasi yakni terjadinya peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan sebesar separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses pada tahun 2015. Kebijakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) yang juga selaras dengan target MDG s, menyasar terwujudnya kondisi sanitasi yang bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada tahun 2014. Berdasarkan laporan MDGs, di Indonesia tahun 2010 akses sanitasi layak hanya mencapai 51,19% (target MDGs sebesar 2

62,41%) dan sanitasi daerah pedesaan sebesar 33,96% (target MDGs sebesar 55,55%) (Kementerian PPN, 2010). Hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar. Rerata nasional perilaku buang air besar di jamban adalah (82,6 %). Lima Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang berperilaku benar dalam buang air besar diantaranya DKI Jakarta (98,9%), DI Yogyakarta (94,2 %), Kepulauan Riau (93,7%), Kalimantan timur (93,7%), dan Bali (91,1%). Sedangkan lima provinsi terendah diantaranya Sumatera Barat (29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%). Jawa tengah menduduki urutan ke 15 dengan penduduk berperilaku buang air besar di jamban yakni 82,7% dari beberapa provinsi yang ada di Indonesia (Kemenkes, 2014). Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar rumah tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%, plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai sebesar 7,2%, dan cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar 3,7%.Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas 2013, sebesar 66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat Saluran Pembuangan Akhir Limbah (SPAL) sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut sebesar 13,9%, lubang 3

tanah sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar 2,7% ( Depkes RI, 2013). Di Propinsi Jawa Tengah masih ditemukan penduduk yang buang air besar di area terbuka sebesar 33,4%, data kepemilikan jamban sebesar 71% (2008), 72% (2009) dan 65% (2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen tahun 2013, penggunaan jamban sebagai fasilitas Buang Air Besar (BAB) di Kabupaten Sragen masih rendah yaitu persentase rumah tangga menurut kepemilikan jamban sehat sebesar 119.375 ( 74%) sedangkan yang tidak memiliki jamban sebesar 153.185 (26%). Dari beberapa data puskesmas seperti Puskesmas Sambungmacan II dengan persentase jamban tidak sehat (39%), Puskesmas Sukodono (39%), Puskesmas Gesi (38%), Puske smas Sambungmacam I (38%) dan Puskesmas Plupuh II (3 8%). Disini terlihat ada dua persentasi jamban yang tidak sehat yaitu Puskesmas Sambungmacan II dan Puskesmas Sukodo, peneliti melakukan survei pendahuluan pada Puskesmas tersebut. Berdasarkan survei terlihat Puskesmas yang memiliki perilaku BABS terdapat pada Puskesmas Sambungmacan II (Dinkes Kabupaten Sragen, 2013). Hal ini dibuktikan bahwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II pada tahun 2013 masih belum memanfaatkan jamban keluarga dengan baik yang dikarenakan oleh berbagai faktor seperti pengetahuan, sikap, tindakan, sosial budaya, lingkungan dan ekonomi 4

masyarakat yang masih kurang. Hal ini didukung dengan penelitian dari Kartiningrum (2010) dimana uji statistik chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga tentang jamban sehat di RT 1 RW 2 Desa Gayaman Mojoanyar Mojokerto, dimana X2 hitung > X2 tabel dengan a = 0,05, dimana X hitung=7,56 dan X2 tabel = 5,591 berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga tentang jamban sehat di RT 1 RW 2 Desa Gayaman Mojoanyar Mojokerto. Dan dengan kata lain bahwa cakupan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II sebesar 3192 ( 61%) dari keseluruhan jumlah puskesmas yang memiliki jamban sehat dimana angka tersebut masih dibawah rata-rata indikator sehat 2010 yaitu 80% (Dinkes Kabupaten Sragen, 2013). Puskesmas Sambungmacan II membawahi 4 desa yaitu Desa Toyogo, Desa Gringging, Desa Banyuurip, dan Desa Banaran. Puskesmas Sambungmacan II terdapat 8.056 KK. Akses jamban pada tahun 2013, terdiri atas Jamban Sehat Permanen (JSP) sebanyak 5.830 (37,6%), Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP) sebanyak 3.978 (25,6%), menumpang ( sharing) sebanyak 2100 (13,5%), dan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) sebanyak 3594 (23,2%). Persentase untuk masingmasing akses jamban yaitu Desa Toyogo (75,5%), Desa Gringging (74,8%), Desa Banyuurip (74,7%), Desa Banaran (58%). Angka ini dibawah target Indikator Sehat 2010 yaitu 80% ( Profil Kesehatan Kabupaten Sragen, 2013). 5

Berdasarkan hasil survei pendahuluan peneliti pada tanggal 1 Desember 2014 menemukan data dari bagian Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) khususnya di bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Sambungmacan II terdapat keluarga yang diperiksa sejumlah 5.235 kepala keluarga, sedangkan keluarga yang memiliki Jamban Sehat Permanen (JSP) dan Jamban Sehat Semi Permanen (JSSP) sejumlah 3.192 (61%) dan keluarga yang menumpang ( sharing) dan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) sejumlah 2.043 (39%). Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan semakin rumitnya masalah jamban. Disamping itu ada faktor yang menyebabkan masyarakat belum tahu tentang masalah jamban, karena ada anggapan bahwa semua urusan sanitasi merupakan urusan pemerintah. Masalah kesehatan lingkungan dapat muncul sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan penduduk sedangkan menurut studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Mei 2009 diantara 42 KK, 5 KK yang diamati mengetahui tentang jamban namun kurang memahami cara memeliharanya sehingga kondisi jamban yang mereka miliki kotor (Kartiningrum, 2010). Dari referensi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Apakah Ada Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen. 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, terlihat masih rendahnya cakupan penggunaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen. Sehingga peneliti perlu meneliti Apakah Ada Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik pemilik rumah dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik pemilik rumah (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap). b. Mengetahui Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS). c. Mengetahui hubungan antara pendidikan pemilik rumah dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja d. Mengetahui hubungan antara pendapatan pemilik rumah dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja 7

e. Mengetahui hubungan antara pekerjaan pemilik rumah dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja f. Mengetahui hubungan antara pengetahuan pemilik rumah dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja g. Mengetahui hubungan antara sikap pemilik rumah dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah kerja D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai upaya mengembangkan pengetahuan masyarakat agar tumbuh kesadarannya untuk memiliki jamban dan memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian, penulisan hasil penelitian dan menambah wawasan serta bekal pengetahuan dalam bekerja di masyarakat. 2. Bagi Dinas Kabupaten Kota Sragen Sebagai data yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan dalam rangka membangun sanitasi kesehatan lingkungan serta membina partisipasi masyarakat dalam meningkatkan cakupan pemakaian jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II. 8

3. Bagi Perguruan Tinggi (Fakultas Kesehatan Masyarakat UMS) Menambah perbendaharaan kepustakaan dan dapat digunakan untuk bahan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Masyarakat Dapat menjadi bahan informasi tentang karakteristik pemilik rumah yang berhubungan dengan perilaku buang air besar (BABS) sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam upaya pembangunan sarana jamban keluarga dimasa yang akan datang. 9