BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PENGEBORAN DAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH SERTA MATA AIR

LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMAKAIAN AIR TANAH DAN IZIN PENGUSAHAAN AIR TANAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

JENIS PELAYANAN DAN PERSYARATAN PERIZINAN AIR TANAH. I. Permohonan Surat Izin Pengeboran (SIP)

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 32 TAHUN 2008

STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR A. PENDAHULUAN Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN AIR TANAH BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DI PROPINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN AIR TANAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ALUR PELAYANAN REKOMENDASI TEKNIS IZINPENGUSAHAAN AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG PENGAMBILAN AIR TANAH

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTNAG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PACITAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

IJIN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI SRAGEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR 9TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI. NOMOR : 111 TAHUN : 2010 SERI : E aa PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 45 TAHUN : 2003 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 9 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CHECKLIST KELENGKAPAN PERSYARATAN PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS SURAT IZIN PENGEBORAN AIR TANAH (SIP)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 SERI C ============================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 23 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 11 SERI PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 08 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, maka perlu diatur perizinan pengelolaan air tanah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perizinan Pengelolaan Air Tanah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161); 6. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air tanah; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 08 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2010 Nomor 08); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 11 Tahun 2010 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2010 Nomor 11).

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Kantor Lingkungan Hidup adalah Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara. 2. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu yang selanjutnya disingkat KPPT adalah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sukamara. 3. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah lembaga sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 4. Asosiasi adalah asosiasi perusahaan pengeboran air tanah yang telah mendapat akreditasi dari LPJK. 5. Badan Usaha adalah lembaga swasta atau pemerintah yang salah satu kegiatannya melaksanakan usaha di bidang air tanah. 6. Air Tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan pengandung air di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah. 7. Akuifer atau Lapisan Pembawa Air adalah lapisan batuan jenuh air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis. 8. Pengambilan Air Tanah adalah setiap kegiatan Pengambilan air Tanah yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran, atau dengan cara membuat bangunan penurapan lainnya untuk dimanfaatkan airnya dan/atau tujuan lain. 9. Pengelolaan Air Tanah adalah pengelolaan dalam arti luas mencakup segala usaha inventarisasi, pengaturan, pemanfaatan, perizinan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan serta konservasi air tanah. 10. Pengeboran adalah setiap proses, kegiatan, cara menggali atau membuat lubang pada permukaan bumi secara mekanis untuk mendapatkan sumber air tanah. 11. Izin Usaha Pengeboran Air Tanah adalah izin yang diberikan kepada badan usaha atau perorangan untuk melakukan kegiatan usaha pengeboran air tanah. 12. Izin Pengeboran Air Tanah adalah izin untuk melakukan pengeboran, penurapan mata air dan penggalian air tanah. 13. Izin Eksplorasi Air Tanah adalah izin untuk melakukan penyelidikan air tanah secara detail untuk menetapkan lebih teliti/seksama tentang sebaran dan karakteristik sumber air tersebut. 14. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah adalah pungutan daerah atas pengambilan dan pemanfaatan air tanah. 15. Sumur Bor adalah sumur yang dibuat melalui pengeboran dengan konstruksi pipa bergaris tengah lebih dari 2 (dua) inci atau ± 5 cm (lebih kurang lima sentimeter).

16. Sumur Pasak adalah sumur yang dibuat melalui pengeboran dengan konstruksi pipa bergaris tengah maksimal 2 (dua) inci atau ± 5 cm (lebih kurang lima sentimeter). 17. Sumur Resapan adalah sumur yang dengan tujuan untuk meresapkan air ke dalam tanah yang bentuknya berupa sumur gali atau sumur bor dangkal. 18. Sumur Gali adalah sumur yang dibuat dengan cara penggalian oleh tenaga manusia. 19. Penurapan Mata Air adalah suatu kegiatan membangun sarana untuk memanfaatkan mata air di lokasi pemunculan mata air. 20. Sumur Pantau adalah sumur yang dibuat untuk memantau muka dan mutu air tanah dari lapisan pembawa air (akuifer) tertentu. 21. Sumur Imbuhan adalah sumur yang digunakan untuk usaha penambahan cadangan air tanah dengan cara memasukkan air ke dalam lapisan pembawa air (akuifer). 22. Sumur Injeksi adalah Sumur yang dibuat untuk memasukkan air ke dalam tanah untuk memulihkan kondisi air tanah pada lapisan aquifer tertentu. 23. Jaringan sumur pantau adalah kumpulan sumur pantau yang tertata berdasarkan kebutuhan pemantau terhadap air tanah pada suatu cekungan air tanah. 24. Inventarisasi Air Tanah adalah kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, evaluasi, pengumpulan dan pengelolaan data air tanah. 25. Konservasi air tanah adalah pengelolaan air tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara serta mempertahankan mutunya. 26. Persyaratan Teknik adalah ketentuan teknik yang harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan di bidang air tanah. 27. Prosedur adalah tahapan dan mekanisme yang harus dilalui dan diikuti untuk melakukan kegiatan di bidang air tanah. 28. Meter air adalah alat ukur untuk mengetahui volume pengambilan air yang telah ditera atau dikalibrasi oleh Instansi yang berwenang. 29. Zona Pengambilan Air Tanah adalah Wilayah pengambilan air tanah dikaitkan dengan daya dukung alamiah dan potensi ketersediaan air tanah setempat. 30. Akreditasi adalah pengakuan atas kelayakan peralatan pengeboran yang telah memenuhi persyaratan teknis sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 31. Pencemaran Air Tanah adalah masuknya atau dimasukkannya unsur, zat, komponen fisika, kimia atau biologi ke dalam air tanah oleh kegiatan manusia dan/atau oleh proses alami yang mengakibatkan mutu air tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak lagi sesuai dengan peruntukannya. BAB II KETENTUAN PERIZINAN Pasal 2 Kegiatan eksplorasi, pengeboran atau pengambilan air tanah hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin dari Bupati atau Pejabat yang berwenang.

Pasal 3 (1) Jenis izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri dari : a. Izin Eksplorasi Air Tanah; b. Izin Pengeboran Air Tanah; dan c. Izin Pengambilan Air Tanah terdiri dari : 1. Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur bor/pasak; 2. Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur gali. d. Izin Pengusahaan Pengeboran Air Tanah. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk pengeboran sampai dengan akuifer tertentu. (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c untuk kegiatan usaha. Pasal 4 (1) Untuk memperoleh Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati atau Pejabat yang berwenang dengan mengisi dan menandatangani formulir permohonan yang telah disediakan serta dilampiri persyaratan sebagai berikut : a. Izin Ekplorasi Air Tanah, dengan melampirkan persyaratan : 1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan akta 2. pengajuan proposal kegiatan yang berisi : a) maksud dan tujuan kegiatan; b) rencana kerja dan peralatan. 3. peta topografi skala 1 : 50.000 yang mencatumkan lokasi rencana eksplorasi air tanah. 4. daftar tenaga ahli dalam bidang air tanah yang dimilki; 5. salinan atau foto copy Surat Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah (SIPPAT), Surat Tanda Instalasi Bor (STIB) dan Surat Izin Juru Bor (SIJB) yang sah jika akan melakukan pengeboran eksplorasi air tanah yang dilaksanakan oleh Badan usaha; 6. salinan atau foto copy Surat Tanda Instalasi Bor (STIB) dan Surat Izin Juru Bor (SIJB) yang sah jika akan melakukan pengeboran eksplorasi air tanah yang dilaksanakan oleh instansi/lembaga pemerintah. b. Izin Pengeboran Air Tanah, dengan melampirkan persyaratan : notaris pendirian badan usaha; 2. peta situasi berskala 1 : 10.000 atau lebih besar, dan peta topografi, skala 1 : 50.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pengeboran air tanah; 3. informasi mengenai rencana pengeboran air tanah; 4. salinan atau foto copy Surat Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah (SIPPAT), Surat Tanda Instalasi Bor (STIB) dan Surat Izin Juru Bor (SIJB) yang masih berlaku; 5. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) untuk pengambilan air tanah kurang dari 50 (lima puluh) l/detik, sedangkan untuk pengambilan air tanah sama atau lebih besar dari 50 (lima puluh) l/detik dari satu sumur produksi pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar harus dilengkapi dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

6. tanda bukti kepemilikan 1 (satu) buah sumur pantau yang dilengkapi alat perekam otomatis muka air (Automatic Water Level Recorder-AWLR), bagi pemohon sumur kelima atau kelipatannya atau jumlah pengambilan air tanah sama atau lebih besar dari 50 (lima puluh) l/detik dari satu atau beberapa sumur pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar. c. Izin Pengambilan Air Tanah untuk Sumur Bor/Pasak, dengan melampirkan persyaratan : notaris pendirian badan usaha; 2. Surat Izin Pengeboran (SIP); 3. Gambar penampang litologi/batuan dan hasil rekaman logging sumur; 4. gambar bagan penampang penyelesaian konstruksi sumur bor/pasak; 5. berita acara pengawasan pemasangan penyelesaian konstruksi sumur bor/pasak; 6. berita acara uji pemompaan; 7. laporan uji pemompaan; 8. hasil analisa fisika dan kimia air tanah dari hasil pengeboran sampai dengan akuifer tertentu. d. Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur gali, dengan melampirkan persyaratan : 1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan akta notaris pendirian badan usaha; 2. peta situasi skala 1: 10.000 atau lebih besar yang memperlihatkan titik lokasi pengambilan air tanah; 3. informasi mengenai pengambilan air tanah; 4. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan dokumen Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); 5. gambar bagan konstruksi sumur; 6. hasil analisa laboratorium dari sample air tanah; 7. foto copy Izin Gangguan (HO). e. Izin Pengusahaan Pengeboran Air Tanah (SIPPAT), dengan melampirkan persyaratan : notaris pendirian badan usaha; 2. surat pernyataan kepemilikan instalasi bor (bermeterai); 3. foto instalasi bor berukuran 9 cm x 12 cm (sembilan sentimeter kali dua belas sentimeter) dan 4 cm x 6 cm (empat sentimeter kali enam sentimeter) masing-masing sebanyak 3 (tiga) lembar; 4. data teknis instalasi bor; rekomendasi dari asosiasi dan telah diregistrasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). (2) Bentuk formulir permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang berwenang.

Pasal 5 (1) Mekanisme pelayanan perizinan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sebagai berikut : a. Petugas pada KPPT menerima dan meneliti surat permohonan beserta kelengkapan persyaratan, apabila lengkap dan benar diberi tanda bukti terima berkas, kemudian diagendakan untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Lingkungan Hidup melalui Kepala Bagian Tata Usaha; b. Kepala Bagian Tata Usaha mengagendakan surat permohonan tersebut kemudian diperiksa dan diteliti kelayakan teknis, kelengkapan dan kebenaran persyaratan termasuk melakukan peninjauan lokasi yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), kemudian menyatakan menyetujui atau menolak permohonan; c. Apabila permohonan disetujui, Kepala Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep surat izin untuk ditandatangani Kepala Kantor Lingkungan Hidup; d. Apabila permohonan ditolak, Kepala bagian Tata Usaha menyampaikan konsep surat penolakan dengan disertai penjelasan alasan penolakan, untuk ditandatangani Kepala Kantor Lingkungan Hidup;dan e. Kepala Kantor Lingkungan Hidup menandatangani surat izin atau surat penolakan dan mengembalikan kepada KPPT melalui Kepala Bagian Tata Usaha untuk disampaikan kepada pemohon. (2) Jangka waktu penyelesaian pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut : a. untuk Izin Eksplorasi Air Tanah selama 10 (sepuluh) hari kerja; b. untuk Izin Pengeboran Air Tanah selama 5 (lima) hari kerja; c. untuk Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur bor selama 7 (tujuh) hari kerja; d. untuk Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur gali selama 5 (lima) hari kerja; dan e. untuk Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah selama 4 (empat) hari kerja. (3) Bentuk surat izin, surat penolakan dan bagan alur proses penyelesaian pelayanan perizinan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh bupati atau pejabat yang berwenang. Pasal 6 (1) Masa berlaku perizinan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) adalah : a. jangka waktu 1 (satu) tahun untuk Izin Eksplorasi Air Tanah; b. jangka waktu 3 (tiga) bulan untuk Izin pengeboran Air Tanah; c. jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur bor; d. jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk Izin Pengambilan Air tanah untuk sumur gali; e. jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah.

(2) Permohonan perpanjangan perizinan Pengelolaan Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) diajukan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja sebelum izin berakhir. (3) Permohonan perpanjangan pelayanan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah : a. Izin Eksplorasi Air Tanah dilampiri persyaratan sebagai berikut : 2. foto copy Izin Eksplorasi Air Tanah yang akan berakhir masa berlakunya dengan memperlihatkan aslinya. 3. alasan permohonan perpanjangan izin. 4. maksud dan tujuan kegiatan lanjutan. 5. rencana kerja lanjutan. b. Izin Pengeboran Air Tanah untuk sumur bor/pasak dilampiri persyaratan sebagai berikut : 2. foto copy Izin Pengeboran Air Tanah yang akan berakhir masa berlakunya dengan memperlihatkan aslinya. 3. alasan permohonan perpanjangan izin. 4. maksud dan tujuan kegiatan lanjutan. 5. rencana kerja lanjutan. c. Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur bor/pasak dilampiri persyaratan sebagai berikut : 2. foto copy Surat Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur bor/pasak yang akan berakhir dengan memperlihatkan aslinya. 3. foto copy Surat Keterangan jumlah pengambilan air tanah selama 1 (satu) bulan sejak Surat Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur bor/pasak berlaku dan pengambilan selama 3 (tiga) bulan terakhir, sesuai surat ketetapan pajak pemanfaatan air tanah. 4. hasil analisa fisika dan kimia air tanah yang terakhir untuk sumur yang izinnya akan diperpanjang. d. Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur gali dilampiri persyaratan sebagai berikut : 2. foto copy Surat Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur gali yang akan berakhir dengan memperlihatkan aslinya. 3. foto copy surat keterangan jumlah pengambilan air tanah selama 1 (satu) bulan sejak Surat Izin Pengambilan Air Tanah untuk sumur gali berlaku dan pengambilan selama 3 (tiga) bulan terakhir, sesuai surat ketetapan pajak pemanfaatan air tanah. 4. hasil analisa laboratorium dari sample air tanah yang terakhir untuk sumur yang izinnya akan diperpanjang.

e. Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah dilampiri persyaratan sebagai berikut : 2. foto copy Surat Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah (SIPPAT) yang berakhir dengan memperlihatkan aslinya. 3. sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi badan usaha yang telah mendapat penilaian ulang dari asosiasi dan telah diregistrasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). (4) Perpanjangan pelayanan perizinan pengelolaan air Tanah diproses berdasarkan ketentuan Pasal 5. BAB III KETENTUAN PERALIHAN Pasal 7 Izin Pengelolaan Air tanah yang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Bupati ini berlaku, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlaku izin Pengelolaan Air Tanah yang bersangkutan berakhir. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sukamara. Ditetapkan di Sukamara pada tanggal 2 Mei 2011 BUPATI SUKAMARA ttd Diundangkan di Sukamara pada tanggal 2 Mei 2011 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUKAMARA, ttd AHMAD DIRMAN Drs. MURYADI HARMAN, M.Si Pembina Utama Muda NIP. 19530128 197601 1 001 BERITA DAERAH KABUPATEN SUKAMARA TAHUN 2011 NOMOR 28