BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dan prioritas yang tinggi oleh pemerintah, pengelola pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia untuk menghadapinya. mengembangkan potensi peserta didik. Namun yang terjadi saat ini, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. efisien serta mengikuti perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

dengan skor 613. Berdasarkan nilai rata-rata untuk mata pelajaran Matematika, provinsi terbaik adalah DKI Jakarta dengan rata-rata 71,19.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sikap mengubah perilaku seseorang menuju lebih

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. atmadja (Agustiani, 2005:1) yang menyatakan bahwa Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Ini berarti bahwa fokus dan tujuan pendidikan bukan hanya aspek masa kini melainkan juga menyangkut tujuan hidup manusia dan perkembangannya dimasa depan baik sebagai pribadi, warga masyarakat, warga Negara, bahkan warga dunia, dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Di Indonesia mata pelajaran matematika diberikan mulai sejak kelas I Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya matematika dalam jenjang selanjutnya. Dan matematika selalu berkaitan dengan kehidupan seharihari. Menurut Kline (1961: 56) bahwa jatuh bangunnya suatu negara ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika. Menurut Depdiknas (2006: 416) Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi 1

2 yang sangat pesat dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, artinya objek matematika berada dalam alam pikiran manusia, sedangkan realisasinya dengan menggunakan benda-benda yang berada disekitar kita. Contoh matematika bersifat objek adalah segi empat, realisasinya bangun segi empat. Sifat abstrak ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika itu sulit. Selama ini guru seakan-akan menjadi pemegang kekuasaan secara penuh di kelas. Guru sebagai subjek sedangkan siswa sebagai objek. Proses belajar mengajar yang terjadi di kelas hanya satu arah, siswa hanya sebagai penerima materi saja. Pembelajaran matematika di SDN Cihideung ini banyak menemukan permasalahan yang muncul terkait dengan pembelajaran matematika tersebut, hal ini terbukti ketika penulis melakukan survei ke SDN Cihideung. Pembelajaran matematika di kelas II SDN Cihideung masih didominasi oleh guru. Dan kebanyakan siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal soal matematika. Hal ini disebabkan karena siswa terlalu ceroboh dalam mengerjakan. Apabila siswa diberikan soal cerita mereka kurang mampu untuk mencerna soal cerita tersebut. Dengan kenyataan seperti di atas bahwa proses pembelajaran selama ini yang berlangsung di kelas belum memenuhi harapan guru, siswa dan sekolah. Hal ini disebabkan siswa cenderung bosan dan kurang mengerti dalam penyampaian materi matematika. Ketika ditanyakan mengapa guru melaksanakan pembelajaran

3 seperti itu, jawaban dari guru tersebut adalah karena masih bingungnya menggunakan penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa (student centered). Terlalu banyak hal yang menjadi pertimbangan guru, misalnya waktu tersedia dan metode yang digunakan, hal ini menyebabkan guru lebih memilih menggunakan metode ceramah saja. Karena guru lebih mengutamakan materi yang harus tersampaikan kepada siswa dan menyampingkan penerimaan materi tersebut oleh siswa tanpa memikir apakah siswa itu sudah mengerti atau belum. Untuk mengatasi permasalahan diatas tersebut perlu diupayakan suatu model pembelajaran bervariasi yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Model pembelajaran yang cocok dengan mata pelajaran matematika salah satunya adalah menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Dimana siswa bekerja secara berkelompok, sedangkan guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Pembelajaran nya melalui tahapan-tahapan tertentu, yaitu: (1) Orientasi pada masalah (2) Mengorganisasikan siswa (3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian yang berjudul Meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar melalui model Problem Based Learning dalam operasi hitung campuran dengan harapan dapat meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika terutama dalam materi operasi hitung campuran.

4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa faktor penyebab timbulnya masalah utama dalam pelajaran matematika di Sekolah Dasar, yaitu: 1. Pada pelajaran matematika, siswa masih kurang teliti. Ini terlihat dari kecerobohan siswa dalam mengerjakan soal matematika. 2. Hasil belajar siswa masih rendah, hal ini terlihat dari sebagian besar siswa yang berjumlah 35 orang, siswa memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 15 orang, dan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 20 orang dari KKM dengan bobot nilai 60. 3. Guru sering menggunakan metode ceramah, cara mengajar yang membosankan, monoton, kurang menarik, yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif. 4. Guru kurangnya dalam menggunakan media yang akan membantu proses pembelajaran. C. Rumusan Masalah 1. Rumusan masalah umum Apakah penerapan model Problem Based Learning pada pelajaran matematika dalam materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar siswa kelas II di SDN Cihideung dapat meningkat? 2. Rumusan masalah khusus a. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning agar dapat meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar dalam materi operasi hitung campuran pada kelas II SDN Cihideung?

5 b. Bagaimanakah penerapan model Problem Based Learning agar sikap teliti dalam pembelajaran operasi hitung siswa kelas II SDN Cihideung dapat meningkat? c. Bagaimanakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Cihideung pada materi operasi hitung campuran? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar siswa melalui model Problem Based Learning pada pelajaran matematika dalam materi operasi hitung campuran pada siswa kelas II di SDN Cihideung. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui cara menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning agar meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar dalam materi operasi hitung campuran siswa kelas II SDN Cihideung. b. Untuk meningkatkan sikap teliti dalam materi operasi hitung campuran dengan menggunakan model Problem Based Learning pada siswa kelas II SDN Cihideung c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi operasi hitung campuran dengan menggunakan model Problem Based Learning pada siswa kelas II SDN Cihideung

6 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu: 1. Teoritis Secara teoritis hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar yang telah teridentifikasi dan belum diteliti dalam rangka pengembangan pembelajaran matematika. 2. Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan sikap teliti pada materi operasi hitung campuran 2) Meningkatnya hasil belajar siswa melalui model Problem Based Learning b. Bagi Guru 1) Meningkatnya keterampilan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada materi operasi hitung campuran. 2) Berkembangnya kemampuan guru dalam menerapkan model Problem Based Learning pada materi operasi hitung campuran agar sikap teliti dan hasil belajar siswa kelas II SDN Cihideung meningkat. 3) Memperbaiki pembelajaran, meningkatkan, dan mengembangkan profesionalisme diri. 4) Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya terutama sumber informasi tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada suatu pokok bahasan operasi hitung campuran matematika.

7 c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah sehingga mutu lulusan sekolah tersebut meningkat. 2) Sebagai bahan masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, terutama dalam suatu pokok bahasan tertentu. d. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menerapkan model Problem Based Learning pada materi operasi hitung campuran. 2) Memberikan referensi bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengembangkan model Problem Based Learning. F. Kerangka Pemikiran Kondisi Awal Guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat Sikap teliti dan hasil belajar siswa masih kurang tindakan Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning Pelaksanaan siklus I Orientasi siswa pada masalah Pelaksanaan siklus II Melanjutkan siklus I Kondisi akhir Penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika tentang operasi hitung campuran Bagan 1.1 Proses Alur Kerangka Berpikir

8 Setiap guru pada pembelajaran matematika di sekolah tentu menginginkan agar semua murid yang diajarnya dapat menguasai materi pelajaran sehingga memiliki prestasi belajar yang baik, akan tetapi keinginan atau harapan tersebut harus diikuti dengan kreatifitas guru, diantaranya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat menjawab persoalan bagaimana belajar itu bermakna, menyenangkan, kreatif dan sesuai dengan realita yang ada serta lebih melibatkan siswa aktif belajar baik secara mental, intelektual, fisik maupun sosial. Maka penggunaan model pembelajaran tersebut harus mampu mengaplikasikan secara efektif dan harus mampu mengapresiasikan agar muridmurid dapat termotivasi untuk belajar sehingga hasil belajarnya dapat meningkat sesuai dengan hasil dan tujuan yang ingin dicapai. G. Asumsi Dan Hipotesis 1. Asumsi Peneliti mengambil judul Meningkatkan sikap teliti dan hasil belajar melalui model Problem Based learning dalam operasi hitung campuran. Karena: a. Terjadi kelemahan cara berhitung dalam menyelesaikan masalah operasi hitung. b. Siswa belum bisa memahami tentang operasi hitung campuran. c. Model yang digunakan cenderung teacher center. d. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. 2. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka penulis dapat menarik hipotesis sebagai berikut:

9 a. Hipotesis Umum Jika guru menerapkan model Problem Based Learning pada materi operasi hitung campuran maka sikap teliti dan hasil belajar siswa kelas II SDN Cihideung mampu meningkat. b. Hipotesis Khusus 1) Jika guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai permendiknas nomor 41 tahun 2007 dengan model Problem Based Learning pada materi operasi hitung matematika maka sikap teliti dan hasil belajar siswa kelas II SDN Cihideung mampu meningkat. 2) Jika guru menerapkan model Problem Based Learning sesuai dengan langkah-langkahnya pada materi operasi hitung campuran maka sikap teliti siswa kelas II SDN Cihideung mampu meningkat. 3) Jika guru menerapkan model Problem Based Learning sesuai dengan langkah- langkahnya pada materi operasi hitung campuran maka hasil belajar siswa kelas II SDN Cihideung mampu meningkat. H. Definisi Operasional 1. Sikap teliti adalah seksama dalam menjalankan sesuatu. Orang yang teliti ditunjukkan dengan cermat, penuh minat, dan berhati-hati dalam menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. 2. Hasil belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

10 3. Model Problem Based Learning (PBL) ialah suatu model pembelajaran yang didalamnya menggunakan masalah sebagai bahan untuk pembelajaran dan didalamnya terdapat langkah langkah tertentu. 4. Operasi hitung campuran ialah operasi hitung yang melibatkan lebih dari satu operasi hitung, yaitu meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.