Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

PENGARUH PENERAPAN SIKLUS BELAJAR ABDUKTIF EMPIRIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

mendukung terhadap pencapaian kompetensi. Setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI GERAK HARMONIK SEDERHANA DI KELAS XI IPA MAN SANGGAU LEDO

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang proses pengambilan

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian komparasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 7 Bandar

III. METODELOGI PENELITIAN. Sugiyono (2012:3) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan pretest, tujuan diberikan pretest adalah untuk mengetahui pengetahuan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 5 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksprimen semu (quasi eksprimen ),

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penilitian ini adalah Eksperimental-semu

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi hasil penelitian. Desain yang digunakan adalah Pretest-

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Pengaruh Model Learning Start With A Question Berbasis Eksperimen Sederhana terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X Man 2 Model Palu

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: Metode Pictorial Riddle; Metode Demonstrasi; Hasil Belajar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pengukuran Hasil penelitian ini diperoleh data skor minat belajar

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memberikan batasan tentang: tingkat penguasaan siswa dalam menguasai topik bahasan tentang

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

Peranan Strategi Pembelajaran Probex Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

III. METODE PENELITIAN. Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang berjumlah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA UNIT TEORI KINETIK GAS SISWA SMA NEGERI 1 TILAMUTA JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. desain True Eksperimental Design dengan menggunakan metode The Post-test

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang perlu diberikan penjelasan, agar memberikan gambaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini akan mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN STRATEGI DISCOVERY- INQUIRY. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model

Transkripsi:

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 ** Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto pada semester genap tahun pelajaran 213/214. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Limboto yang terbagi dalam lima kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 3-31 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan X IPA 4 sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Dengan menggunakan cara cluster random sampling (acak) untuk memilih anggota kelompok (kelas). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument berupa tes objektif. Hasil penelitian menunjukkan thitung untuk hasil belajar sebesar 13,54 dan thitung untuk KPS sebesar 9,613 lebih besar dari ttabel = 2. pada taraf nyata,5. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen (model pembelajaran inkuiri terbimbing) dan kelas kontrol (model pembelajaran langsung). Kata kunci : Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains 1 Nurlia, Mahasiswa Jurusan Fisika Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Mursalin, Dosen Jurusan Fisika, Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Citron S. Payu, Dosen Jurusan Fisika, Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) khususnya fisika sebagai bagian dari sains merupakan mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari karena berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara sistematis serta berkaitan dengan perkembangan IPTEK. Fisika bukan hanya berkaitan dengan fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi juga berkaitan dengan proses penemuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rutherford & Ahlgren (199) dan NRC (1996) yang mengatakan bahwa IPA-Fisika selain mencakup sekumpulan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang diperoleh melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah yang disebut produk seperti fakta-fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, dan generalisasi serta model; juga mencakup proses dan sikap ilmiah berupa keterampilan dan sikap yang digunakan untuk memperoleh dan mengembangkan produk-produk sains. Hakikat proses pembelajaran fisika adalah inkuiri, namun kenyataannya proses pembelajaran fisika di sekolah kebanyakan dilakukan secara verbalistik dan disajikan dengan menggunakan metode ceramah sehingga menuntut siswa mengenali istilah-istilah fisika secara hafalan tanpa makna, siswa tidak dilibatkan secara aktif untuk membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalamannya sebagaimana yang diamanatkan dalam teori belajar konstruktivis, siswa tidak dilibatkan secara kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan secara kolektif, keberhasilan setiap siswa tidak didasari dengan keberhasilan orang lain, dan lain sebagainya sehingga mata pelajaran fisika yang banyak berisi rumus-rumus dalam matematika pada umumnya kurang diminati bahkan ditakuti oleh siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa dalam fisika. Berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara bersama-sama dalam membangun sendiri pengetahuannya, salah satu diantaranya yang diprediksi untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan proses sains siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Melalui inkuiri terbimbing siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya untuk menemukan fakta, konsep, atau prinsip. Dalam pembelajaran fisika, siswa tidak hanya disajikan konsep-konsep fisika melalui materi ajar tetapi

juga diharapkan dapat memiliki keterampilan mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan yang disebut keterampilan proses sains. Inkuiri terbimbing sangat cocok diterapkan bagi siswa termasuk di SMA karena karakteristik siswa yang cenderung kurang mandiri dan masih memerlukan bimbingan, saran, dan isyarat dari guru. Inkuiri terbimbing dengan sintaksnya mampu melatihkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan dalam proses pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Dengan keterampilan proses sains berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam kegiatan belajar (Paidi, 25: 8). Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri antara lain; siswa diberikan kebebasan untuk melakukan suatu penyelidikan atau pengamatan, siswa merumuskan masalah-masalah, siswa melakukan identifikasi masalah sesuai dengan penyelidikan atau pengamatan yang telah dilakukan, siswa melakukan berbagai cara untuk memecahkan masalah dan kesulitan dalam pembelajaran (Kholifudin, 29: 148). Ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu: (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik, (2) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek, (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data dan materi, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (6) guru memotivasi siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuannya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas (Orlich dalam Paidi, 25).

Rata-rata Skor Hasil Belajar METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan Pretest-Postest Control Group Design. Dengan desain ini, subyek penelitian sebanyak 6 siswa SMA Negeri 2 Limboto diberi tes awal (pretest) sebanyak 2 butir soal hasil belajar dan 15 butir soal keterampilan proses sains dalam bentuk tes pilihan ganda. Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, diberi tes akhir (posttest). Hasil pretes-posttest dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data (uji-t) untuk mengetahui perbedaan persentase hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa pada materi suhu dan kalor di kelas eksperimen dan kelas kontrol. HASIL PENELITIAN Data Hasil Belajar Siswa Perbedaan hasil belajar ditunjukan pada distribusi rata-rata skor hasil belajar pada kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam ranah kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi. Untuk rata-rata skor hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kegiatan pretest untuk setiap aspek kognitif terdapat pada gambar 1. 7 6 5 4 3 2 1 Eksperimen Kontrol Aspek Kognitif Gambar 1 : Distribusi hasil belajar siswa pada kegiatan pretest pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung untuk setiap aspek kognitif. Dari Gambar 1, dapat dilihat perbandingan rata-rata hasil belajar siswa pada kegiatan pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk rata-rata nilai

Rata-Rata Skor Hasil Belajar kelas eksperimen, pada aspek pengetahuan (C1) diperoleh 64,76, aspek pemahaman (C2) 5,55, aspek aplikasi (C3) 47,33, aspek analisis (C4) 33,33 dan aspek evaluasi (C5) 43,33. Untuk rata-rata nilai kelas kontrol pada aspek pemahaman (C1) diperoleh 59,4, aspek pemahaman (C2) 46,11, aspek aplikasi (C3) 44,67, aspek analisis (C4) 23,33 dan aspek evaluasi (C5) 36,67. Selanjutnya untuk rata-rata skor hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kegiatan posttest untuk setiap aspek kognitif terdapat pada gambar 2 1 8 6 4 2 Eksperimen Kontrol Aspek Kognitif Gambar 2 : Distribusi hasil belajar siswa pada kegiatan posttest pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung untuk setiap aspek kognitif. Dari Gambar 2, dapat dilihat perbandingan rata-rata hasil belajar siswa pada kegiatan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai ratarata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Untuk rata-rata nilai kelas eksperimen, pada aspek pengetahuan (C1) diperoleh 92,85, aspek pemahaman (C2) 74,44, aspek aplikasi (C3) 76, aspek analisis (C4) 63,33 dan aspek evaluasi (C5) 6. Untuk rata-rata nilai kelas kontrol pada aspek pemahaman (C1) diperoleh 69,4, aspek pemahaman (C2) 56,67, aspek aplikasi (C3) 53,33, aspek analisis (C4) 36,67 dan aspek evaluasi (C5) 5. Untuk skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 3.

Kemajuan Hasil Belajar siswa 18 16 14 12 1 8 6 4 2 1.7 Pretest 9.73 16 Postest 11.77 Eksperimen Kontrol Gambar 3: Distribusi skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari Gambar 3, dapat dilihat untuk rata-rata kemajuan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen pada pretest sebesar 1,7 dan kelas kontrol sebesar 9,73. Pada posttest untuk kelas eksperimen sebesar 16 dan kelas kontrol sebesar 11,77. Selisih kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 5,3 dan pada kelas kontrol sebesar 2,4. Secara keseluruhan untuk skor hasil belajar siswa dari kedua kelas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Data Keterampilan Proses Sains Siswa Perbedaan keterampilan proses sains (KPS) ditunjukan pada distribusi rata-rata skor KPS pada kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Adapun keterampilan proses sains yang dimaksud adalah jenis keterampilan observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi dan komunikasi. Untuk rata-rata skor keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kegiatan pretest untuk setiap jenis keterampilan terdapat pada gambar 4.

Rata-Rata Skor KPS Rata-Rata Skor KPS 6 5 4 3 2 1 Eksperimen Kontrol Observasi Klasifikasi Interpretasi Prediksi Komunikasi Jenis Keterampilan Gambar 4: Distribusi KPS siswa pada kegiatan pretest pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung untuk setiap jenis keterampilan. Dari Gambar 4, dapat dilihat perbandingan rata-rata keterampilan proses sains siswa untuk pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk rata-rata nilai kelas eksperimen, pada jenis keterampilan observasi diperoleh 4, keterampilan klasifikasi 51,11, keterampilan interpretasi 31,11, keterampilan prediksi 5 dan keterampilan komunikasi 44,44. Untuk rata-rata nilai kelas kontrol, pada jenis keterampilan observasi diperoleh 41,11, keterampilan klasifikasi 5, keterampilan interpretasi 37,78, keterampilan prediksi 45,56 dan keterampilan komunikasi 38,89. Selanjutnya rata-rata skor KPS siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung pada kegiatan posttest untuk setiap jenis keterampilan terdapat pada gambar 3. 1 8 6 4 2 Observasi Klasifikasi Interpretasi Prediksi Komunikasi Jenis Keterampilan Eksperimen Kontrol

Skor Rata-Rata Gambar 3: Distribusi KPS siswa pada kegiatan posttest pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung untuk setiap jenis keterampilan. Dari Gambar 3, dapat dilihat perbandingan rata-rata keterampilan proses sains siswa untuk posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Untuk rata-rata nilai kelas eksperimen, pada jenis keterampilan observasi diperoleh 73,33, keterampilan klasifikasi 74,44, keterampilan interpretasi 61,11, keterampilan prediksi 86,67 dan keterampilan komunikasi 75,56. Untuk rata-rata nilai kelas kontrol, pada jenis keterampilan observasi diperoleh 65,56, keterampilan klasifikasi 56,67, keterampilan interpretasi 5, keterampilan prediksi 65,56 dan keterampilan komunikasi 63,33. Untuk skor rata-rata kemajuan KPS siswa dapat dilihat pada gambar 4. 12 1 8 6 4 2 Kemajuan Keterampilan Proses Sains 11.13 9.3 6.47 6.4 Pretest Postest Eksperimen Kontrol Gambar 4: Distribusi skor rata-rata kemajuan KPS siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari Gambar 4, dapat dilihat untuk rata-rata kemajuan KPS siswa untuk kelas eksperimen pada pretest sebesar 6,47 dan kelas kontrol sebesar 6,4. Pada posttest untuk kelas eksperimen sebesar 11,13 dan kelas kontrol sebesar 9,3. Selisih kemajuan KPS pada kelas eksperimen adalah sebesar 4,66 dan pada kelas kontrol sebesar 2,63. Secara keseluruhan untuk skor KPS siswa dari kedua kelas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemajuan KPS siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Berdasarkan kegiatan posttest untuk hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan skor minimum 7 dan skor maksimum 95 diperoleh rata-rata kemajuan hasil belajar siswa secara keseluruhan 8 dan untuk kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung skor minimum 5 dan skor maksimum 75 diperoleh skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa secara keseluruhan 58,33. Selanjutnya, posttest untuk keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dengan skor minimum 53 dan skor maksimum 93 diperoleh skor rata-rata kemajuan KPS siswa secara keseluruhan 77,83 dan untuk kelas kontrol skor minimum 47 dan skor maksimum 73 diperoleh skor rata-rata kemajuan KPS siswa secara keseluruhan 6,23. Setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen, hasil belajar siswa pada materi suhu dan kalor lebih tinggi dibandingkan dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol. Hasil belajar siswa pada setiap aspek kognitif baik aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4) dan evaluasi (C6) siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Demikian pula keterampilan proses sains siswa pada setiap jenis keterampilan baik keterampilan observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, dan komunikasi siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung Pada hasil penelitian yang berdistribusi normal, maka dalam pengujian data ini digunakan uji chi kuadrat pada taraf signifikan α =,5 dengan kriteria H diterima, jika χ 2 hitung χ 2 tabel. Hasil pengujian hasil belajar pada kelas eksperimen yaitu χ 2 hitung χ 2 tabel (8,79 11,7), sedangkan pada kelas kontrol yaitu χ 2 hitung χ 2 tabel ( 7,17 11,7). Hasil pengujian KPS yaitu χ 2 hitung χ 2 tabel ( 7,683 11,7), sedangkan pada kelas kontrol yaitu χ 2 hitung χ 2 tabel ( 6,69 11,7). Dengan demikian, kedua kelas tersebut homogen maka digunakan uji homogenitas. Dari hasil perhitungan, kelas eksperimen dan kelas kontrol

dikatakan homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik dengan uji t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan, antara hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini dibuktikan berdasarkan uji t diperoleh untuk hasil belajar thitung = 13,54 dan untuk keterampilan proses sains thitung = 9,613 dengan ttabel = 2,. Karena thitung> ttabel, maka hipotesis H ditolak dan H 1 diterima. Dalam hal ini hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Dengan diterimanya hipotesis penelitian tersebut maka secara bersama-sama rata-rata skor tes hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa terbukti dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar dan KPS karena dalam pembelajaran siswa diberikan ruang berpikir secara mandiri untuk mengembangkan pengetahuannya. Dalam pembelajaran fisika, siswa tidak hanya disajikan konsep-konsep fisika melalui materi ajar. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dilatih untuk mempelajari setiap proses untuk memahami suatu konsep, seperti yang dilakukan dalam percobaan karena siswa dituntut untuk dapat mengamati, mengukur, memprediksi, menyimpulkan bahkan untuk mengkomunikasikan pengetahuannya di depan kelas kepada teman-temannya. Pembelajaran ini menyebabkan terjadinya interaksi antara siswa dengan lingkungannya, guru, teman-teman, media pembelajaran dan sumber-sumber belajar lainnya. Siswa menjadi lebih mudah untuk memahami materi yang dipelajari karena merasa memiliki peran dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih aktif dan percaya diri. Guru menjadi pusat dalam pembelajaran sangat terasa di dalam model pembelajaran langsung, siswa kurang terlibat dan terkesan berharap pada penjelasan guru. Hal ini menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru tidak

bertahan lama dipikiran siswa karena hanya disampaikan dengan penjelasanpenjelasan tanpa mengikutsertakan siswa untuk mencari tahu, hal ini akhirnya berdampak pada keaktifan siswa di dalam kelas. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang diperoleh untuk hasil belajar siswa thitung = 13,54 > ttabel = 2, dan untuk keterampilan proses sains siswa diperoleh thitung = 9,613 > ttabel = 2,. Rata-rata skor hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran: 1. Diharapkan kepada guru-guru di sekolah untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing khususnya dalam pembelajaran fisika karena model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa. 2. Perlu diadakan lagi penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran inkuiri terbimbing tetapi dengan menggunakan materi yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN Hamalik, Oemar. 212. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara Kholifudin, M. Yasin. 212. Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. http://hfi-diyjateng.or.id/pembelajaran-fisika-dengan-inkuiriterbimbing-melalui-metode-eksperimen-dan-demonstrasi.26 Februari 213

Nasar, Adrianus. 211. Pendekatan Inkuiri Dalam pembelajaran sains. http://wwwpojokfisikauniflor.com/211/2/pendekatan-inkuiri-dalampembelajaran. 1 Juli 214 Olson, Steve. 213. Inkuiri dan Standar-standar Pendidikan Sains Nasional, Sebuah Panduan untuk Pengajaran dan Pembelajaran. Bandung: SEAMEO QITEP in Science Paidi. 25. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode Guided Inquiry Pada Pembelajaran Biologi Di SMAN 1 Sleman. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/guided%252inquiry%252a nd%252scientific%252skill-%252paidi%252uny.pdf.26 Februari 213 Rustaman, Nuryani. 1995. Pengembangan butir soal Keterampilan Proses Sains. Jurnal. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Fisika