BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan cukup bulan / aterm (Nazriah, 2011). Lama kehamilan yaitu 280 hari atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpengaruh tidah baik terhadap kehamilan tersebut (Prawiroharjo, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Antenatal care adalah pengawasan sebelum anak lahir untuk persiapan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan. Tujuan ANC menurut Manuaba (2009) adalah :

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

KELAS IBU HAMIL. dr. Hafizah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sudut satuan bahasa sebagaimana satuan itu berhubungan dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam

Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Baruch Djaja, SpOG

B. Status Obstetrikus (meliputi : paritas ibu dan jarak kelahiran) 1. Paritas Ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER KELUARGA DALAM KESEHATAN MATERNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

PENGERTIAN ASUHAN ANTENATAL. Asuhan antenatal adalah : Asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum kelahiran. (Depkes, 2003).

SURAT PERNYATAAN. selaku dosen pembimbing atas nama HAMIDAH PURBA, NIM : telah menyetujui mahasiswa tersebut untuk melakukan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

INTERVIEW GUIDE. 1. Apa saja Program Dinkes Untuk Menurunkan AKI dan AKB? 2. Kapan terbentuknya program Rindu KIA, ANC, Kelas Ibu Hamil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi yang di kandung (Saifuddin, 2009:284). (Hani, 2011:12). Berdasarkan pengalaman praktek di polindes Kradenan

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2008, p. 89).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN IBU HAMIL / ANTENATAL CARE STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ASUHAN IBU HAMIL KUNJUNGAN AWAL / PERTAMA

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Karakteristik Menurut Azwar (1996), karakteristik adalah suatu ciri khas yang dimilki

LEMBAR CALON RESPONDEN. : Pemberian informasi dan persetujuan. IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

PENGERTIAN MASA NIFAS

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : KAJIAN PELAKSANAAN PELAYANAN ANTENATAL CARE OLEH BIDAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MASARAN SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kunjungan K-4 2.1.1. Definisi Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu (Depkes RI, 2005). Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III (Depkes RI, 1995). 2.1.2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K-4) Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan 6

7 kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA (Depkes RI, 1995). Rumusnya adalah sebagai berikut : Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4) ------------------------------------------------------- x 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 2.1.3. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Pelaksanaan pelayanan antenatal hingga ibu hamil mencapai kunjungan K4 dilakukan sesuai pedoman pemeriksaan antenatal yaitu standar Antenatal Care 7T. untuk memperluas cakupan pelayanan antenatal di masyarakat, kegiatan pemeriksaan dapat diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan lain, misalnya : kegiatan puskesmas keliling, kegiatan tim KB keliling, kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kegiatan posyandu, dan lain-lain. Tempat pemberian pelayanan antenatal dapat bersifat statis (tetap) dan aktif (mobile), yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin desa, posyandu, rumah penduduk, rumah sakit pemerintah / swasta, rumah sakit bersalin, rumah sakit ibu dan anak, dan tempat praktek swasta (bidan, dokter) (Depkes RI, 2005). 2.2. Standar ANC 7T Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

8 antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas Puskesmas. Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai risiko yang ada), namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal 7T untuk pelayanan antenatal yang terdiri atas : Timbang berat badan, ukur tinggi badan, (ukur) Tekanan darah, (pemberian imunisasi) Tetanus Toksoid (TT) lengkap, (ukur) Tinggi fundus uteri, (pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, Tes Penyakit Menular Seksual (PMS), Tanya jawab (Pusdiknakes, 2003, Depkes RI, 2005). 2.2.1. Timbang Berat Badan Ibu hamil yang melakukan kunjungan harus ditimbang berat badannya. Penimbangan berat badan dilakukan tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Selain menimbang berat badan, tinggi badan ibu hamil juga harus diukur. Pengukuran dilakukan dengan meteran dengan satuan cm, tanpa sepatu. Tinggi yang kurang dari 145 cm, ada kemungkinan dapat mempengaruhi proses persalinan CPD (Cephalo Pelvic disproportion) (Burns, 2000). Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh, wanita dengan BB sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 157 meter. Maka IMTnya 51/(1,57) 2 = 20,7.

9 Nilai IMT mempunyai rentang : <19,8 (underweight), 19,8-26,6 (normal), 26,6-29,0 (overweight), dan >29,0 (obese). Penambahan berat badan per trimester lebih penting daripada penambahan berat badan keseluruhan. Pada trimester pertama peningkatan berat badan hanya sedikit, 0,7 1,4 kg. Pada trimester berikutnya akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat dikatakan teratur, yaitu 0,35-0,4 kg per minggu (Salmah, 2006). 2.2.2. Tekanan Darah Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar selama masa kehamilan. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan nilai tinggi palsu pada sistolik adalah ketika ibu merasa cemas atau kandung kemih penuh. Tekanan darah diukur harus dalam keadaan rileks (Salmah, 2006). Tekanan darah normal untuk ibu hamil adalah 110/80 130/90 mmhg. Bila lebih dari ukuran tersebut, kemungkinan dapat menyebabkan preeklampsia. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi dengan gejala tekanan darah meningkat, bengkak di kaki dan di tungkai atau seluruh tubuh ibu hamil jika gangguannya lebih berat (Solihah, 2005). Tekanan darah yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmhg atau diastolik 90 mmhg pada saat awal pemeriksaan mengindikasikan potensi hipertensi dan membutuhkan pemantauan ketat selama kehamilan (Salmah, 2006).

10 2.2.3. Tetanus Toxoid (TT) Lengkap Pada saat pemeriksaan kehamilan ini ibu hamil diberi suntikan tetanus toxoid (TT). Pemberian vaksin (toxoid) melalui suntikan, diperlukan untuk melindungi ibu hamil saat bersama bayinya terhadap tetanus neonatorum (tetanus saat nifas). Sosialisasi dan pengertian tentang pemberian TT diperlukan untuk menghindari fitnah yang luas beredar seolah-olah TT merupakan suntikan Keluarga Berencana (KB), sehingga ibu hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan (Achsin, 2003). Ibu hamil yang belum pernah mendapat imunisasi TT pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin, maka perlu mendapat dua kali suntikan TT dengan jarak minimal satu bulan. Imunisasi TT yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang pertama. Bila sudah pernah, maka cukup diberikan sekali selama kehamilan. Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari penyakit tetanus neonatorum (Salmah, 2006). Setiap ibu hamil harus mengetahui dan memahami manfaat pemberian TT ini, khususnya bila mereka tiba-tiba harus bersalin di luar jangkauan rumah sakit / rumah sakit bersalin, dokter atau bidan dan terpaksa ditolong dukun bersalin. Meskipun saat ini dukun bersalin umumnya telah terlatih untuk menolong persalinan normal secara steril sehingga tetanus dapat dicegah, tetapi di lain pihak, rasa kekuatiran pertolongan secara tradisional harus tetap diperhitungkan. Pemberian TT pada ibu hamil dimaksudkan untuk memberi kekebalan terhadap tetanus untuk dirinya dan janin dalam kandungannya (Achsin, 2003).

11 2.2.4. Tinggi Fundus Uteri Pemeriksaan lain adalah mengukur tinggi fundus uteri dengan perabaan. Cara pemeriksaan ini menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap yaitu Leopold I, II, III dan IV. Maksud pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya kehamilan. Tua kehamilan disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, dapat pula ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Bila kepala, akan teraba benda bulat dan keras, sedangkan bokong tidak bulat dan lunak. Pada Leopold II ditentukan batas samping uterus dan dapat ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak lintang dapat ditentukan kepala. Pada letak lintang dapat ditentukan kepala janin. Pada Leopold III dapat ditentukan bagian apa yang terletak di sebelah bawah. Sedangkan Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas panggul (Wiknjosastro, 2005). 2.2.5. Tablet Zat Besi Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. Kebutuhan akan zat besi meningkat selama kehamilan, seiring dengan pertumbuhan janin. Ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan zat besinya yang meningkat selama kehamilan dengan meminum tablet tambah darah, dan dengan memastikan bahwa ia makan dengan cukup dan seimbang. Makanan yang mengandung banyak zat besi

12 antara lain daging, terutama hati dan jeroan, telur, polong kering, kacang tanah, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau seperti bayam, sawi hijau, dan lain-lain (Pusdiknakes, 2003). Tanpa persediaan zat besi yang cukup, ibu dapat mengalami anemia. Ibu yang anemia akan cenderung mengalami kelahiran prematur, jatuh sakit (karena pertahanan yang lemah terhadap infeksi), melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah perdarahan pasca salin, dan meninggal. Banyak ibu-ibu yang sudah mengalami anemia saat ia hamil. Jarak kehamilan terlalu dekat, malaria, cacing tambang, dan infeksi yang sering dan kronis, adalah beberapa penyebab anemia (Achsin, 2003). Untuk meningkatkan persediaan zat besi selama kehamilan, semua ibu harus minum tablet tambah darah. Berikan setiap ibu paling sedikit 90 tablet. Ibu harus meminum satu tablet tambah darah setiap hari selama kehamilannya. Salah satu efek samping dari penggunaan zat besi adalah sembelit. Bidan seharusnya memberikan konseling kepada ibu bahwa mereka akan mengalami sembelit. Untuk mencegah atau mengurangi sembelit, sebaiknya bidan mengajarkan ibu untuk mengkonsumsi makanan berserat, banyak minum air putih, dan melakukan senam (exercise) setiap hari. (Pusdiknakes, 2003). 2.2.6. Test PMS Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Apapun bentuk hubungan seksual tersebut bisa menyebabkan PMS. Kadang-kadang PMS juga bisa terjadi hanya karena saling menyentuh genitalia yang terinfeksi

13 PMS. PMS bisa ditularkan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya sebelum dilahirkan atau sewaktu melahirkan. Pemeriksaan PMS dilakukan pada ibu yang mengeluh pada fungsi organ seksualnya, seperti terjadinya keputihan, gatal pada daerah kelamin, dan pencegahan terhadap penyakit infeksi menular seksual yang berbahaya seperti HIV/AIDS. Terdapat beberapa jenis tes / pemeriksaan yang bisa memperlihatkan apakah seorang wanita terkena infeksi jenis PMS tertentu. Tetapi tes-tes tersebut hanya tersedia di tempat terbatas, dan kadang-kadang tes tersebut tidak memberikan hasil yang akurat atau tidak mendeteksi semua jenis PMS, disamping itu juga mahal (Burns, 2000). 2.2.7. Tanya Jawab Seorang bidan, akan bertanya tentang riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, termasuk berbagai masalah kesehatan lain seperti perdarahan atau bayi yang telah meninggal. Keterangan ini akan membantu untuk mempersiapkan masalah yang sama pada kehamilan kali ini. Dengan tanya jawab ini, bidan dapat membantu memastikan ibu untuk makan dengan baik dan memberi nasehat makanan bergizi; Memberikan tablet zat besi dan asam folat, untuk mencegah anemia; Memeriksa ibu, untuk memastikan kesehatan ibu dan bahwa bayi berkembang dengan baik; Memberi vaksinasi anti tetanus; memberikan obat pencegah malaria, dan memberikan pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS, dan shypilis (Burns, 2000).

14 2.3. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Trimester III Tanda bahaya selama hamil trimester III adalah sebagai berikut : 1. Ibu mengeluarkan darah dari kemaluan sebelum ada tanda-tanda akan melahirkan, timbul setelah kehamilan berumur 28 minggu. Jika tanda tersebut disertai dengan rasa nyeri perut, kemungkinan terjadi kelainan ari-ari ibu yang terlepas dari perlekatannya pada dinding rahim. 2. Ibu mengeluarkan cairan ketuban dari kemaluan, timbul sebelum terasa mulas-mulas tanda dari awal persalinan. Cairan ketuban berwarna putih keruh mirip air kelapa, atau mungkin juga sudah berwarna kehijauhijauan. Tanda-tanda tersebut menandakan ibu mengalami ketuban pecah dini. Selaput ketuban sudah pecah lebih dahulu sebelum persalinan dimulai. 3. Ibu hamil tampak pucat, mata berwarna merah dadu, bibir dan telapak tangan kurang merah. Ini menandakan ibu mengalami kekurangan darah (anemia). Tanda-tanda ini disertai pening, lesu, lemas, dan mudah lelah. Jika sudah berat, dapat timbul keluhan sesak nafas, jantung berdebardebar. 4. Ibu mengalami kejang-kejang. Keadaan kejang berarti ada penyakit yang berat seperti infeksi. Hal tersebut dapat membahayakan ibu sendiri maupun janin yang dikandungnya. Keadaan ini kemungkinan ibu mengalami keracunan kehamilan (Nadesul, 2005). 5. Nyeri perut bagian bawah Hal ini dapat disebabkan oleh robekan plasenta dari dinding rahim. Ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa bila tidak segera mendapatkan pertolongan. Nyeri yang hebat dirasakan sekitar bulan ke-7 atau 8

15 kehamilan bisa berarti akan mengalami persalinan yang lebih cepat. Hal ini dapat disebabkan oleh bayi salah letak. 6. Perdarahan dari liang vagina Perdarahan yang terjadi pada trimester III kehamilan, hal ini disebabkan oleh gangguan plasenta. Hal ini membahayakan jiwa ibu dan bayinya. 7. Demam Demam tinggi, terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit seluruh tubuh, sangat pusing, bisa disebabkan oleh malaria. 8. Odema (pembengkakan) Pembengkakan ringan pada kaki dan tumit sering merupakan hal yang biasa pada kehamilan. Tetapi pembengkakan di tangan dan muka bisa merupakan tanda bahaya toksemia (keracunan kehamilan) terutama bila disertai rasa pusing-pusing, pandangan kabur, atau nyeri perut. Toksemia bisa menyebabkan kejang-kejang, dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayi (Burns, 2000). 9. Bayi kurang bergerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6 dan akan meningkatkan ketika kehamilan sudah memasuki trimester III. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).

16 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan K-4 Green (1980) menyebut tiga faktor yang mempengaruhi orang atau kelompok dalam perubahan perilaku, sebagai berikut : 1. Faktor yang mempermudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat. 2. Faktor pendukung (enabling factor) yaitu jarak fasilitas kesehatan, keterpaparan media. 3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan dorongan orang lain seperti dukungan dari suami/keluarga, dan petugas kesehatan (Istiarti, 2000). 2.5.1. Faktor Predisposisi (Faktor Ibu) 1. Pengetahuan Pengetahuan seorang ibu tentang kehamilan sangat diperlukan untuk menjalani proses kehamilannya. Banyak sumber informasi yang dapat diperoleh ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilannya, seperti dari petugas kesehatan (bidan, dokter) saat menjalani pemeriksaan dengan melakukan tanya jawab (konseling), maupun dari media massa yaitu informasi yang diperoleh dari media elektronik (televisi) maupun media cetak (majalah, koran, tabloid, poster, dan lain-lain). Pada umumnya, jika

17 pengetahuan ibu sudah baik maka akan memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. Akan tetapi seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah memanfaatkan sarana kesehatan. Ada juga ibu yang tidak mau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan karena kurang pengetahuan yang baik tentang fasilitas kesehatan yang ada, tetapi karena sesuatu hal maka ibu tersebut akan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut. Misalnya ketika seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan dokter / bidan karena mengalami perdarahan yang pada awalnya melakukan pemeriksaan di dukun bayi, tetapi karena pelayanan yang diberikan dokter (bidan) cukup baik maka ibu hamil tersebut akan memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada (Istiarti, 2000). 2. Sikap Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi (2002) menyatakan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikap unfavorable terhadap obyek psikologi. Sedangkan menurut Walgito (2003), sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg,

18 yang disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat / pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003). Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat, dan perilakunya. Sebagai contoh, keikutsertaan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal, adanya pengetahuan terhadap manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sifat yang positif ini akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan antenatal. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung pada seseorang mempunyai sikap positif atau tidak terhadap kegiatan pemeriksaan antenatal. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan akhirnya dilakukan (Istiarti, 2000). 2.5.2. Faktor Pendukung Dalam Kunjungan K-4 1. Jarak Fasilitas Kesehatan Faktor yang mendukung dalam kunjungan K-4 adalah jarak fasilitas kesehatan yang meliputi 1) sarana dan prasarana kesehatan dan 2)Kemudahan dalam mencapai sarana kesehatan tersebut. Sarana dan prasarana kesehatan meliputi seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun

19 pusat-pusat informasi bagi individu/masyarakat. Kemudahan bagaimana kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan tersebut termasuk biaya, jarak, waktu/ lama pengobatan, dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami penyakit tertentu jika diketahui masyarakat (Notoatmodjo, 2003). 2. Keterpaparan Media Keterpaparan media dapat dinyatakan dengan media sebagai sumber informasi tentang kunjungan K-4 yang diterima oleh masyarakat khususnya ibu hamil. Sumber informasi merupakan asal atau sumber pesan yang disampaikan tentang sesuatu. Sumber informasi yang diperoleh ibu sehubungan dengan informasi tentang kunjungan K-4 berasal dari petugas kesehatan maupun melalui media massa. Informasi yang diperoleh melalui petugas kesehatan dapat berupa penyuluhan-penyuluhan kesehatan tentang kunjungan K-4 maupun melalui interaksi ibu dengan petugas kesehatan. Sedangkan informasi yang diperoleh dari media berasal dari media elektronik (radio, televisi, VCD), sedangkan media cetak berupa brosur-brosur, bukubuku, majalah, koran, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003). 2.5.3. Faktor Pendorong Dalam Kunjungan K-4 1. Dukungan Suami / Keluarga Faktor pendorong dalam kunjungan K-4 selain dari petugas puskesmas adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu

20 hamil. Contohnya suami / keluarga perlu memberikan penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu memberi kontribusi yang besar dalam tercapainya kunjungan K-4 dan meminimalkan risiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan (Notoatmodjo, 2003). 2. Dukungan Petugas Kesehatan Dukungan dari petugas puskesmas merupakan salah satu faktor penting dalam perilaku kesehatan. Contoh dalam kasus kunjungan K-4, apabila seorang ibu telah mendapat penjelasan tentang memeriksa kehamilan yang benar dari petugas puskesmas dan mencoba menerapkannya, akan tetapi karena lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan kunjungan ke petugas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya (Notoatmodjo, 2003).