Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam pengertian individu memiliki potensi untuk tumbuh dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan oleh Ennis (2002), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dengan sebaik-baiknya. Sumber daya manusia sangat menentukan arah

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Tinjauan Tentang Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Disposisi Matematis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa apapun dan di manapun berada, akan menjadi besar dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang telah dicantumkan dalam Kurikulum 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

2016 PENERAPAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia menjadi perhatian saat memasuki abad ke-21.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irvan Noortsani, 2013

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Penerapan Pendekatan Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah serta Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah, memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. memegang peranan penting bagi perkembangan dan

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki peranan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkan ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Hadi, (2005:3) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. studi matematika, kemampuan-kemampuan matematis yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENCAWAN MEDAN. Arisan Candra Nainggolan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN DISPOSISI MATEMATIS

Mengembangkan Disposisi Matematik Melalui Model Pembelajaran Kontekstual

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA. Thesa Kandaga Universitas Pasundan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Abstrak. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving?

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

Jurnal Wacana Pendidikan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing

P 6 Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembelajaran matematika ialah agar siswa mampu

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TINGKAT DISPOSISI MATEMATIS DI MADRASAH ALIYAH

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

PENDAHULUAN. Di satu sisi matematika dianggap sangat penting bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu tidak terlepas kaitannya

Transkripsi:

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang nilakesumawati@yahoo.com Abstrak Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Disposisi matematis siswa merupakan manifestasi dari cara siswa menyelesaikan tugas tugas, apakah penuh percaya diri, keinginan untuk mengeksplorasi ide-ide, ketekunan dan minat, dan kecendrungan untuk melakukan refleksi terhadap pikirannya. Pengukuran skala disposisi matematis siswa dilakukan di empat SMP di kota Palembang, dengan responden berjumlah 297 siswa. Dari hasil pengisian skala disposisi matematis siswa diperoleh reratanya sebesar 58% termasuk klasifikasi rendah. Adapun rerata persentase masing-masing komponen adalah: (1) kepercayaan diri: 59 persen (klasifikasi rendah); (2) fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis: 58 persen (klasifikasi rendah); (3) bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika: 55 persen (klasifikasi rendah); (4) ketertarikan dan keingintahuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika: 56 persen (klasifikasi rendah); (5) refleksi proses berpikir dan kinerja: 54 persen (klasifikasi rendah); (6) mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dan dalam kehidupan sehari-hari: 62 persen (klasifikasi rendah); dan (7) penghargaan (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai: 61 persen (klasifikasi rendah). Kata kunci: disposisi matematis. PENDAHULUAN Hasil riset yang telah dilakukan baik nasional maupun internasional menunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia masih jauh dari ideal. Hal ini dapat terlihat dari standar nilai rerata kelulusan Ujian Nasional (UN) yang dilaksanakan hingga tahun 2010 kurang dari 6 (enam), hasil TIMSS 2007 untuk siswa kelas VIII menempatkan Indonesia pada peringkat 36 dari 48 negara, dan hasil PISA 2006 untuk siswa kelas VIII menempatkan Indonesia pada peringkat 52 dari 57 negara. Kondisi di atas tentunya memerlukan perhatian yang khusus dari pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan Nasional. Pemerintah harus mencari jalan ke luar dari kondisi tersebut, dan juga harus mencari pendekatan pembelajaran yang representatif dan efektif, sehingga siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah di atas. 359

Menurut Polla (2001: 48) Pendidikan matematika di Indonesia, nampaknya perlu reformasi terutama dari segi pembelajarannya. Saat ini begitu banyak siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit dan merupakan momok, akibatnya mereka tidak menyenangi bahkan benci pada pelajaran matematika. Agar siswa menyenangi belajar matematika selain metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, guru yang berkualitas juga diperlukan sikap yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah senang belajar matematika, rasa ingin tahu, menghargai keindahan matematika, bertekad kuat untuk menyelesaikan soal-soal. Sikap-sikap tersebut akan membentuk dan menumbuhkan disposisi matematis. PEMBAHASAN 1. Disposisi Matematis Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika (Sumarmo, 2005). Disposisi matematis merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kebiasaan baik di matematika. Sayangnya, guru cenderung mengurangi beban belajar matematika dengan maksud untuk membantu siswa padahal itu merupakan sesuatu yang penting untuk siswa. Disposisi siswa terhadap matematika tampak ketika siswa menyelesaikan tugas matematika, apakah dikerjakan dengan percaya diri, tanggung jawab, tekun, pantang putus asa, merasa tertantang, memiliki kemauan untuk mencari cara lain dan melakukan refleksi terhadap cara berpikir yang telah dilakukan. Hal ini sejalan dengan NCTM (1989: 233), yang menyatakan bahwa The assessment of students mathematical disposition should seek information about their: 1. confidence in using mathematics to solve problems, to communicate ideas, and to reason; 360

2. flexibility in exploring mathematical ideas and trying alternative methods in solving problems; 3. willingness to persevere in mathematical tasks; 4. interest, curiosity, and inventiveness in doing mathematics; 5. inclination to monitor and reflect on their own thinking and performance; 6. valuing of the application of mathematics to situations arising in other disciplines and everyday experiences; 7. appreciation of the role of mathematics in our culture and its value as a tool and as a language. Penilaian dari disposisi matematis di atas termuat dalam ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di SMP berdasarkan Kurikulum 2006, yaitu, peserta didik memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 346). Memanglah terdapat hubungan yang kuat antara disposisi matematis dan pembelajaran. Pembelajaran matematika selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis atau aspek kognitif siswa, haruslah pula memperhatikan aspek efektif siswa, yaitu disposisi matematis. Pembelajaran matematika di kelas harus dirancang khusus sehingga selain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa juga sekaligus dapat meningkatkan disposisi matematis. Selanjutnya NCTM (2000) menyatakan bahwa sikap siswa dalam menghadapi matematika dan keyakinannya dapat mempengaruhi prestasi mereka dalam matematika. Disposisi menurut Maxwell (2001), terdiri dari (1) inclination (kecenderungan), yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas-tugas; (2) sensitivity (kepekaan), yaitu bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi tugas; dan (3) ability (kemampuan), yaitu bagaimana siswa fokus untuk menyelesaikan tugas secara lengkap; dan (4) enjoyment (kesenangan), yaitu bagaimana tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas. Menurut Herman (2006: 14) disposisi matematis siswa adalah kecenderungan siswa untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif. 361

Disposisi siswa terhadap matematika terwujud melalui sikap dan tindakan dalam memilih pendekatan untuk menyelesaikan tugas. Apakah dilakukan dengan percaya diri, keingintahuan mencari alternatif, tekun, dan tertantang serta kecendrungan siswa merefleksi cara berpikir yang dilakukannya. Wardani (2008: 232) menyatakan terdapat lima aspek disposisi matematis yaitu: (1) kepercayaan diri, adapun indikatornya adalah percaya diri terhadap kemampuannya/keyakinannya; (2) keingintahuan, adapun indikatornya adalah sering mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, antusias/semangat dalam belajar, dan banyak membaca/mencari sumber lain; (3) ketekunan, adapun indikatornya adalah gigih/tekun/perhatian/kesungguhan; (4) fleksibilitas, adapun indikatornya adalah kerjasama/berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, dan berusaha mencari solusi/strategi lain; (5) reflektif, adapun indikatornya adalah bertindak dan berhubungan dengan matematika, menyukai/rasa senang terhadap matematika. Dari beberapa definisi di atas, dalam makalah ini didefinisikan disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika Adapun komponen disposisi matematisnya, adalah (1) kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika, mengkomunikasikan ide-ide, dan memberi alasan; (2) fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai metode untuk memecahkan masalah; (3) bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika; (4) ketertarikan dan keingintahuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika; (5) kecenderungan untuk memonitor dan refleksi proses berpikir dan kinerja; (6) mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dan dalam kehidupan seharihari; dan (7) penghargaan (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai, baik matematika sebagai alat, maupun matematika sebagai bahasa. 2. Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa Cara terbaik untuk meningkatkan disposisi matematis adalah dengan memperbaiki prestasi siswa. Walaupun, memperbaiki prestasi siswa saja tidaklah 362

cukup dalam meningkatkan disposisi matematis, karena terdapat berbagai faktor dalam menumbuhkembangkan disposisi matematis. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika melalui berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang tepat, merupakan sesuatu yang perlu diupayakan oleh guru, peneliti, dan para pakar pendidikan matematika agar tujuan pendidikan matematika untuk menjadikan siswa mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif; mampu belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya; serta mampu menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dapat dicapai. Sehingga melalui pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, sekaligus dapat meningkatkan disposisi matematis pada diri siswa tersebut. Dalam pembelajaran matematika, guru harus berupaya menciptakan suatu kondisi pembelajaran, dimana siswa tidak selalu merasa bahwa matematika itu sulit, siswa yang berkemampuan kurang pun masih dapat mengikuti pembelajaran ataupun menyelesaikan masalah matematika dengan baik. Hal ini dapat mengembangkan disposisi matematis siswa. Ketika telah terbentuk disposisi matematis yang tinggi dalam diri siswa, maka seiring dengan hal tersebut, dalam belajar matematika siswa lebih percaya diri dengan kemampuannya, dapat mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai metode untuk memecahkan masalah, bertekad yang kuat, ketertarikan dan keingintahuan menemukan sesuatu yang baru, kecendrungan untuk merefleksi proses berpikir, dan menghargai peran matematika dalam kultur dan nilai. 3. Pengukuran Disposisi Matematis Pengukuran disposisi matematis siswa, melalui pengisian skala disposisi dan pengamatan. Dalam tulisan ini pengukuran yang dilaksanakan hanya pada pengisian skala disposisi matematis. Pengukuran skala disposisi matematis dilakukan di empat SMP berdasarkan peringkat sekolah (tinggi, sedang, rendah) di kota Palembang dengan responden berjumlah 297 orang siswa. Skala tentang disposisi matematis ini memuat tujuh komponen yaitu: (1) kepercayaan diri; (2) fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis; (3) 363

bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika; (4) ketertarikan dan keingintahuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika; (5) refleksi proses berpikir dan kinerja; (6) mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dan dalam kehidupan sehari-hari; dan (7) penghargaan (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai. Banyaknya item atau pernyataan untuk mengukur ketujuh komponen ini berjumlah 41 item. Dengan skor ideal dari tujuh komponen disposisi matematis siswa adalah 130. Selanjutnya, interpretasi hasil pengukuran skala disposisi matematis siswa dikelompokkan ke dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan pada prosentase skor rerata dari skor ideal (DPM), dengan ketentuan sebagai berikut: DPM 80% : disposisi matematis siswa tinggi 65% DPM < 80% : disposisi matematis siswa sedang DPM < 65% : disposisi matematis siswa rendah. Pengelompokkan di atas berdasarkan modifikasi dari Ratnaningsih (2007: 213). Dari hasil pengisian skala tersebut diperoleh persentase perolehan skor rerata disposisi matematis siswa sebesar 58 persen (klasifikasi rendah). Adapun rerata persentase masing-masing komponen adalah: (1) kepercayaan diri: 59 persen (klasifikasi rendah); (2) fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis: 58 persen (klasifikasi rendah); (3) bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika: 55 persen (klasifikasi rendah); (4) ketertarikan dan keingintahuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika: 56 persen (klasifikasi rendah); (5) refleksi proses berpikir dan kinerja: 54 persen (klasifikasi rendah); (6) mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dan dalam kehidupan sehari-hari: 62 persen (klasifikasi rendah); dan (7) penghargaan (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai: 61 persen (klasifikasi rendah). PENUTUP Hasil dari pengisian skala diperoleh persentase rata-rata disposisi matematis siswa SMP di kota Palembang sebesar 58 persen (klasifikasi rendah). Disposisi matematis merupakan salah satu aspek afektif yang cukup penting 364

dalam pendidikan matematika. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan disposisi matematis siswa antara lain: (1) meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran matematika sehingga percaya diri siswa lebih tinggi, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai metode untuk memecahkan masalah, (3) menekankan pada siswa bertekad kuat dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika, (4) mendorong siswa untuk berusaha maksimal dalam belajar sehingga tertarik dan memiliki keingintahuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika, (5) mengarahkan kepada siswa untuk memonitor dan merefleksi proses berpikir dan kinerja, (6) memberikan suatu konteks pembelajaran yang dapat mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari, dan (7) menanamkan nilai kejujuran dalam pembelajaran matematika. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi Doktor pada PPS UPI: tidak dipublikasikan. Maxwell, K. (2001). Positive learning dispositions in mathematics. [on line]. Available:http://www.education.auckland.ac.nz/uoa/fms/default/educa tion/docs/ word/research/foed_paper/issue11/ace_paper_3_issue_11.doc [7 Februari 2009] NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur. NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Polla, G. (2001). Upaya Menciptakan Pengajaran yang Menyenangkan. Buletin Pelangi Pendidikan. 4(2). 365

Ratnaningsih. (2007).Pengaruh Pembelajaran Kontekstual TerhadapKemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Mengengah Atas. Disertasi Doktor pada PPS UPI: tidak dipublikasikan. Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Penelitian Tim Pascasarjana- HTPT Tahun Ketiga. Wardani, S. (2008). Pembelajaran Inkuiri Model Silver Untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi Doktor pada PPS UPI: tidak dipublikasikan