BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASUHAN KEPERAWATAN INKONTINENSIA ALVI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Neonatus yang baru lahir akan ditimbang dalam beberapa menit setelah

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI )

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Rongga Mulut. rongga-mulut

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI MASYKUR KHAIR

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI. Oleh : ENNO DIAN GUSDIANI L. S.Kep

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

PENGARUH DIET TINGGI SERAT TERHADAP KONSTIPASI PADA LANSIA DI DUKUH PATIHAN DESA TRUCUKKECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2013

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

BAB I KONSEP DASAR. saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan

Sistem Pencernaan Manusia

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MASALAH ELIMINASI FECAL

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSTIPASI DENGAN DERAJAT HEMOROID DI URJ BEDAH RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN. Sri Hananto Ponco Nugroho...ABSTRAK...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).

BAB 2 PEMBAHASAN. Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC)

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

PREGNANCY EXERCISES DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA IBU HAMIL TRIMESTER II

KONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach. Sembilan puluh persen kelainan ini

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

SAKIT PERUT PADA ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGATURAN FUNGSI TRAKTUS GASTROINTESTINAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

ABSTRAK PATOGENESIS DAN PROGRESIVITAS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) OLEH KAFEIN DALAM KOPI

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

Sistem Pencernaan Manusia

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

MOBILISASI TIAP 2 JAM TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PASIEN STROKE. (Mobilization Every Two Hours to Incidence of Constipation Stroke Patients)

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usus besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

Sistem Ekskresi Manusia

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM

BAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.

BAB II PENGELOLAAN KASUS. A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi 1. Definisi Eliminasi Fekal

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEK OBAT TERHADAP SALURAN CERNA

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang tidak baik.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.6

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Inkontinensia Feses Inkontinensia feses (alvi) adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter anus akibat kerusakan fungsi sfingter atau persarafan di daerah anus. 2.2 Etiologi Penyebab utama timbulnya inkontinensia feses adalah masalah sembelit, penggunaan pencahar yang berlebihan, gangguan saraf seperti dimensia dan stroke, serta gangguan kolorektum seperti diare, neuropati diabetik, dan kerusakan sfingter rektum. Penyebab inkontinensia feses dapat dibagi menjadi empat kelompok. 1. Inkontinensia feses akibat konstipasi Obstipasi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan atau impaksi dari massa feses yang keras (skibala). Massa feses yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari besarnya sudut ano-rektal. Kemampuan sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses. Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar. Skibala yang terjadi juga akan menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan terjadi produksi cairan dan mukus, yang selanjutnya melalui sela sela dari feses yang impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia alvi. 2. Inkontinensia feses simtomatik Inkontinensia feses simtomatik dapat merupakan penampilan klinis dari macam macam kelainan patologik yang dapat menyebabkan diare. Keadaan ini mungkin dipermudah dengan adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada fungsi sfingter terhadap feses yang cair, dan gangguan pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair. Penyebab yang paling umum dari diare pada lanjut usia adalah obat obatan, antara lain yang mengandung unsur besi, atau memang akibat pencahar Inkontinensia feses akibat gangguan kontrol persyarafan dari proses defekasi (inkontinensia neurogenik). INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 2

3. Inkontinensia feses neurogenik Terjadi akibat gangguann fungsi menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan atau distensi rektum. Proses normal dari defekasi melalui reflek gastrokolon. Beberapa menit setelah makanan sampai di lambung/gaster, akan menyebabkan pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rekum. Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena ada inbisi atau hambatan dari pusat di korteks serebri (broklehurst dkk, 1987). 4. Inkontinensia feses karena hilangnya reflek anal Inkontinensia alvi ini terjadi akibat karena hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot-otot seran lintang. Parks, Henry dan Swash dalam penelitiannya dkk, 1987), menunjukkan berkurangnya unit unit yang berfungsi motorik pada otot otot daerah sfingter dan pubo-rektal, keadaan ini menyebabkan hilangnya reflek anal, berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia feses pada peningkatan tekanan intra abdomen dan prolaps dari rektum. Pengelolaan inkontinensia ini sebaiknya diserahkan pada ahli progtologi untuk pengobatannya. 2.3 Patofisiologi Inkontinensia Feses Reflek defekasi parasimpatis Feses masuk rectum Saraf rectum Dibawa ke spinal cord Kembali ke colon desenden,sigmoid dan rectum Intensifkan peristaltic Kelemahan spingter interna anus INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 3

Inkontinensia alvi Fungsi traktus gastrointestinal biasanya masih tetap adekuat sepanjang hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltik di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi, mengakibatkan pengosongan esophagus terlambat. Keluhan utama biasanya berpusat pada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan. Motalitas gaster juga menurun, akibatnya terjadi keterlambatan pengosongan isi lambung. Berkurangnya sekresi asam dan pepsin akan menurunkan absorsi besi, kalsium dan vitamin B 12. Absorsi nutrien di usus halus juga berkurang dengan bertambahnya usia namun masih tetap adekuat. Fungsi hepar, kantung empedu dan pankreas tetap dapat di pertahankan, meski terdapat insufisiensi dalam absorsi dan toleransi terhadap lemak. Impaksi feses secara akut dan hilangnya kontraksi otot polos pada sfingter mengakibatkan inkontinensia feses. 2.4 Menifestasi Klinis Klinis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan (Pranarka, 2000): 1. Feses yang cair atau belum berbentuk, sering bahkan selalu keluar merembes. 2. Keluarnya feses yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali per hari, dipakaian atau ditempat tidur. Perbedaan dari penampilan klinis kedua macam inkontinensia alvi ini dapat mengarahkan pada penyebab yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis. 2.5 Diagnosa Untuk menentukan diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kelainan struktur maupun kelainan saraf yang bias menyebabkan keadaan ini. Termasuk di dalamnya adalah : - Pemeriksaan anus dan rectum - Memeriksa tingkat sensasi di sekeliling lubang anus - Pemeriksaan sigmoidoiskopi INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 4

Mungkin juga di perlukan pemeriksaan fungsi saraf dan lapisan otot-otot pelvis. 2.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Anal Manometry : Memeriksa keketatan dari sfingter anal dan kemampuan sfingter anal dalam merespon sinyal serta sensitivitas dan fugsi dari rektum. MRI terkadang juga digunakan untuk mengevaluasi sfingter. 2. Anorectal Ultrasonography : Memeriksa dan mengevaluasi struktur dari sfingter anal 3. Proctography : Menunjukan berapa banyak feses yang dapat ditahan oleh rektum, sebaik apa rektum mampu menahannya dan sebaik mana rektum mampu mengosongkannya. 4. Progtosigmoidoscopy : Melihat kedalam rektum atau kolon untuk menemukan tandatanda penyakit atau masalah yang dapat menyebabkan inkontinensia fekal seperti inflamasi, tumor, atau jaringan parut. 2.7 Penatalaksanaan Langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini adalah berusaha untuk memiliki kebiasaan defekasi (buang air besar) yang teratur, yang akan menghasilkan bentuk tinja yang normal. Melakukan perubahan pola makan, berupa penambahan jumlah serat. Jika hal-hal tersebut diatas tidak membantu, diberikan obat yang memperlambat kontraksi usus, misalnya loperamid. Melatih otot-otot anus (sfingter) akan meningkatkan ketegangan dan kekuatannya dan membantu mencegah kekambuhan. Dengan biofeedback, penderitakembalimelatihsfingternyadanmeningkatkankepekaanrektumterhadapkeberadaantinj a. Jikakeadaaninimenetap, pembedahandapatmembantu proses penyembuhan. Misalnyajikapenyebabnyaadalahcederapada anus ataukelainananatomi di anus. Pilihanterakhiradalahkolostomi, yaitupembuatanlubang di dindingperut yang dihubungkandenganususbesar.anus ditutup (dijahit) INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 5

danpenderitamembuangtinjanyakedalamkantongplastik yang ditempelkanpadalubangtersebut. 2.8 Prognosis INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 6

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Emboli ialah benda asing yang terangkut mengikuti aliran darah dari tempat asalnya dan dapat tersangkut pada suatu tempat menyebabkan sumbatan aliran darah. Embolisme adalah keadaan dimana emboli yang berupa benda padat (thrombus), cair (amnion), ataupun gas (udara) yang di bawa oleh darah menyumbat aliran darah. Di tinjau dari faktor faktor yang berperan akibat yang di timbulkan oleh embolus kurang lebih sama dengan akibat oleh thrombus. Faktor faktor tersebut meliputi jenis pembuluh darah, ukuran, letak embolus dan kolateral yang terbentuk.. INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 7

Daftar Pustaka Isselbacher, dkk.2013.harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam(Harrison s Principles of Internal Medicine) vol.3 edisi 13.Jakarta:EGC(hlm.1282-1284) Price, Sylvia A & Lorraine M.Wilson.2012.PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.1 edisi 6.Jakarta:EGC(hlm.130-132,674-680) INKONTINENSIA FESES PADA KEHAMILAN 8