STRUKTUR PENYAJIAN MALAM BAINAI PADA PESTA PERKAWINAN DI KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

Tradisi Malam Bainai pada Acara Perkawinan Adat Padang Pariaman di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI KESENIAN TUMBUAK BANYAK DI DESA UJUNG PADANG KECAMATAN PANTI KABUPATEN PASAMAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TRADISI MALAM BAINAI PADA ACARA PERKAWINAN ADAT PADANG PARIAMAN DI KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG (SKRIPSI)

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

FUNGSI MALAM BAETONG DALAM UPACARA PERKAWINAN BAGI MASYARAKAT TIKU KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

PEMBUATAN ENSIKLOPEDI PROSESI DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN DI TARUSAN PESISIR SELATAN

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1)

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

FUNGSI SILEK DALAM UPACARA MANJALANG NINIK MAMAK DI KENAGARIAN SIALANG KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

DRAFT PANDUAN ACARA PERNIKAHAN. Putra pertama Bapak.. & Ibu. Dengan. Srah Tinampi : Ahad,.. Sepetember 2014 Pukul 07.00

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Kuantan Singingi termasuk kepada daerah Melayu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

FUNGSI TEMONG-TEMONG DALAM ACARA BABAKO DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

Transkripsi:

STRUKTUR PENYAJIAN MALAM BAINAI PADA PESTA PERKAWINAN DI KOTA PADANG Sylvia 1, Syahrel 2, Marzam 3 Program Studi Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang email: Sylvia_59@yahoo.co.id Abstract This research was intended to describe the presentation structure of Malam Bainai a wedding ceremony in Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Kecamatan Padang Timur Kota Padang. This was a qualitative research which used descriptive analysis approach. The procession of Malam Bainai consisted of three main parts including Bamandi-Mandi, Maniti Kain Kuniang, and Bainai. In bainai procession, inai was applied by bako, and the sisters of the bride s mother, the wife of the bride uncle or female family coming in that procession. Kata kunci: Malam Bainai, Bamandi-Mandi, Maniti Kain Kuniang, Bainai A. Pendahuluan Sumatera Barat atau Minangkabau memiliki banyak perbedaan dalam pelaksanaan upacara adat maupun dalam perkawinan. Seperti daerah Darek yang mencangkup Luhak Nan Tigo. Artinya wilayah kawasan Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang meliputi Tanah Datar, Agam, dan Luhak Limo Puluah Koto, juga daerah rantau seperti: Pariaman, kota Padang, Pasisia, dan daerah lainnya. Hal ini seperti ungkapan pepatah Minangkabau lain padang lain balalang, lain lubuak lain ikannyo. Artinya setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Perbedaanperbedaan yang terdapat dalam penerapan prosesi adat maupun dalam prosesi perkawinan ini menjadikannya sebagai ciri khas pada setiap daerah yang bersangkutan dan menciptakan kebudayaan tersendiri bagi daerah tersebut. Di Minangkabau keterkaitan antara adat, dan agama sangat erat, terlihat dari filosofi Suku Minangkabau Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Artinya adat yang didasarkan atau ditopang oleh syariat agama Islam yang syariat tersebut berdasarkan pula pada Al-Qur an dan Hadist. Hal ini berdampak terhadap 1 Mahasiswa penulis Skripsi Prodi Sendratasik untuk wisuda periode juni 2014. 2 Pembimbing I, dosen FBS Universitas Negeri Padang. 3 Pembimbing II, dosen FBS Universitas Negeri Padang. 71

penerapan adat dan tradisi yang harus selaras dengan syari at Islam yang merupakan agama mayoritas. Ini memberikan sentuhan tersendiri sehingga menciptakan kebudayaan yang menjadi identitas kuat terhadap Minangkabau. Begitu juga halnya dengan kota Padang yang memiliki berbagai macam tradisi turun temurun dari nenek moyang dalam melaksanakan ritual adat, baik dalam batagak gala, sunat rasul, aqiqah, babako dan rangkaian pernikahan lainnya. Dan di dalam pernikahan terdapat beberapa ritual adat Contohnya, pada upacara pernikahan, baik itu sebelum pernikahan seperti manapiak/manyilau janjang, maminang, batimbang tando, bapingik dan malam bainai (bagi calon mempelai wanita), adapun ritual adat setelah pernikahan seperti baralek, balantuang kaniang, manjalang mintuo/maanta singgang ayam/maanta nasi lamak. Hal ini dibolehkan dengan syarat tidak bertentangan dengan agama Islam. Salah satu upacara adat yang dilakukan sebelum pernikahan yang sering digelar oleh masyarakat Kota Padang adalah upacara adat malam bainai. Hasil wawancara dengan Ibu Syafni Nazar sebagai salah satu anggota Bundo Kanduang di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah pada tanggal 8 April 2014 mengatakan bahwa Malam bainai ialah malam dimana calon anak daro berkumpul dengan kedua orang tua, bako/baki, etek, apak, mamak dan anggota keluarga lainnya untuk dipasangkan daun pacar merah yang ditumbuk halus (daun inai). Prosesi malam bainai juga dimanfaatkan oleh calon anak daro untuk meminta maaf kepada kedua orang tua dan sanak saudara serta meminta doa restu agar pernikahan yang akan dijalani diberi keberkahan oleh Allah SWT. Dalam upacara adat ini banyak prosesi yang akan dilalui oleh calon anak daro, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bamandi-mandi (mandi) Prosesi bamandi-mandi akan dilaksanakan oleh keluarga terdekat dan kedua orang tua kepada calon anak daro, sebelumnya calon anak daro diminta keluar dari kamar menuju tempat pemandian yang telah disiapkan, calon anak daro akan menggunakan pakaian adat Minang dan sunting kecil yang digunakan diatas kepala calon anak daro. Prosesi ini hanya disimbolisasikan saja dengan memercikkan air kembang tujuh rupa kepada calon anak daro dengan menggunakan daun pandan yang diikat. Ini merupakan ibarat mandi terakhir yang dilakukan oleh kedua orang tua kepada anak gadisnya yang akan melepas masa lajang karena akan menikah. 2. Maniti Kain Kuniang (berjalan di atas kain yang berwarna kuning) Calon anak daro yang didampingi oleh kedua orang tua akan meniti kain kuning menuju pelaminan. Ini merupakan lambang dari perjalanan hidup si perempuan dari semenjak kecil, remaja, dan dewasa. Setiap kain yang dilewati akan digulung oleh dua lelaki yang melambangkan kesiapan niniak mamak, urang sumando pada keluarga si perempuan yang selalu siap melindungi calon anak daro. 3. Bainai (memasang inai) Calon anak daro silih berganti dipasangkan inai di kuku jari tangan oleh kedua orang tua dan kerabat dekat lainnya. Pemasangan inai di kuku bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa si perempuan ini bukan lagi berstatus sebagai anak gadis namun telah menjadi seorang istri. Apabila ia berjalan dengan 72

seorang pria, maka masyarakat akan mengetahui bahwa mereka berdua merupakan penganten baru, sehingga tidak ada prasangka negatif terhadap mereka berdua. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penyajian malam bainai, dikarenakan masyarakat sebagai pecinta, penikmat, kebanyakan tidak mengetahui struktur atau penyajian yang terdapat di dalam prosesi malam bainai. Untuk itu penulis bermaksud untuk mengkaji struktur penyajian pada prosesi malam bainai. Yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul: Struktur Penyajian Malam Bainai Pada Pesta Perkawinan Di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Kecamatan Padang Timur Kota Padang. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk memperoleh pemecahan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Metode penelitian mencangkup alat dan prosedur penelitian. Metode penelitian memandu si peneliti sesuai urutan kerja penelitian dari awal penelitian sampai akhir suatu penelitian (dalam I Made Wirartha, 2006:76). Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu metode penelitian yang bermaksud membuat gambaran secara jelas tentang objek penelitian yang diteliti sesuai dengan sudut pandang kajian tentang struktur penyajian kesenian. Pendekatan ini dilakukan untuk membahas tentang struktur atau rangkaian acara yang disajikan dalam upacara adat malam bainai. Sesuai dengan pendapat Moleong (1981:2) menyatakan bahwa Penelitian kualitatif selalu deskriptif artinya data yang dianalisa dan hasil analisanya berbentuk deskriptif. Fenomena yang tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antara variabel data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambaran. Dengan kata lain bahwa setelah dilakukan penganalisaan data yang diperoleh di lapangan, hasilnya akan dideskriptifkan sesuai dengan tujuan penelitian. C. Pembahasan. Di Minangkabau keterkaitan antara adat dan agama sangat erat terlihat dari filosofi Suku Minangkabau Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (adat yang didasarkan atau ditopang oleh syariat agama Islam yang syariat tersebut berdasarkan pula pada Al-Qur an dan Hadist). Hal ini berdampak terhadap penerapan adat dan tradisi yang harus selaras dengan syari at Islam yang merupakan agama mayoritas. Ini memberikan sentuhan tersendiri sehingga menciptakan kebudayaan yang menjadi identitas kuat terhadap Minangkabau. Hal ini juga di rasakan oleh masyarakat Minangkabau yang berada di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah. Terjadi keselarasan dalam penerapan adat dan agama yang dilaksanakan, contohnya pada upacara pernikahan di Minangkabau. Menurut Bapak Zulkifli, S.Pd., M.M 48 tahun (wawancara tanggal 21 Maret 2014) dalam upacara perkawinan di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah terjadi keselarasan antara adat dan agama, seumpama dalam ritual adat yang dilaksanakan sebelum dilaksanakannya ijab qobul secara syaria t Islam seperti: manyilau janjang, 73

maminang, malam bainai, dan lainnya. Jika dikaji secara syari at Islam tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan ajaran agama, karena tujuan dari rangkaian adat yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk menjalin silaturrahmi sesama umat muslim dengan baik. Menurut hasil wawancara dengan Ibu Zaimiati (65 tahun) yang merupakan penduduk asli di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah mengatakan bahwa malam bainai merupakan ritual adat yang turun temurun dari nenek moyang masyarakat Minangkabau dalam melangsungkan rangkaian pernikahan. Dimana pada masa dahulu terdapat beberapa prosesi yang di laksanakan sebelum pernikahan di dalam prosesi malam bainai ini. Diantaranya: a) Bamandi-Mandi, dimana pada masa dahulu prosesi bamandi-mandi dilakukan oleh calon anak daro di tepian sungai, yang di damping oleh saudara perempuannya dan dikawali oleh saudara laki-laki calon anak daro tersebut. Setelah selesai mandi di tepian orang tua calon anak daro di panggil untuk menjemput anaknya ke tepian mandi. Ritual bamandi-mandi ini melambangkan pemandian terakhir oleh kedua orang tua kepada anak tercinta karena tanggung jawab si orang tua akan berpindah kepada calon suami yang akan menikahi putrinya tersebut. b) Bainai. Pada masa lampau prosesi malam bainai hanya di laksanakan secara sederhana dan dihadiri oleh kerabat terdekat seperti bako, etek, dan keluarga dari orang tua lainnya. Yang mana pada masa lampau yang memasangkan inai di jari calon anak daro terdiri dari bako, istri dari mamak, dan ibu-ibu yang dituakan. Pada pemasangan inai di jari terdapat arti dari masing-masing jari yang dipasangkan inai tersebut yaitu: 1) Ibu jari Ibu jari atau jempol melambangkan penghargaan, kebaikan, dan pujian si calon istri kepada calon suami 2) Telunjuk Telunjuk melambangkan kehati-hatian calon istri dalam bertindak, tidak semena-mena dalam bersikap, dan tidak leluasa dalam memerintah 3) Jari tengah Melambangkan kehati-hatian dalam menimbang hati calon mertua, calon ipar, calon besan dan orang lain. 4) Jari manis Melambangkan keidelaisan pasangan dalam menjalankan hidup berumah tangga 5) Jari kelingking Kelingking bermakna terkecil. Artinya kelingking merupakan jari yang paling kecil dan terletak di paling ujung yang melambangkan pengharapan agar calon anak daro dapat bersikap, rendah hati, tidak sombong selalu tawaddu. Diharapkan juga calon anak daro tidak tersisihkan, terkebelakangi oleh calon ipar, calon besan, calon mertua serta keluarga lainnya. 74

Dalam perkembangannya, sesuai dengan perubahan zaman prosesi malam bainai banyak mengalami perubahan yang signifikan. Dimana pada masa lalu penyajian malam bainai hanya dilakukan secara sederhana, namun dengan bergulirnya waktu penyajian malam bainai masa sekarang lebih menarik dan tidak membosankan dengan menggunakan jasa sanggar seni yang mengemas pelaksanaan malam bainai dengan baik, sehingga penyajian malam bainai terkemas dengan rapi dengan menampilkan beberapa kesenian Minangkabau berupa iringan musik, taritarian, dan didukung oleh pembawa acara yang dapat menyusun susunan acara malam bainai, sehingga terstruktur dengan baik dan apik. Tetapi banyak diantara masyarakat yang tidak memahami, tidak mengetahui dan tidak melaksanakan prosesi malam bainai dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Sehingga pelaksanaan prosesi malam bainai jarang ditemukan. Banyak masyarakat berpendapat bahwa yang melaksanakan prosesi malam bainai hanya dari kalangan menengah keatas, jikapun ada masyarakat dari kalangan menengah kebawah melaksanakan prosesi malam bainai hanyalah secara sederhana tanpa adanya unsur pendukung dalam memeriahkan prosesi tersebut. Dan biasanya faktor masyarakat melaksanakan prosesi malam bainai di karenakan kegemaran dan kesanggupan dari keluarga calon mempelai tersebut. Jika dikaji tentang pelaksanaan prosesi malam bainai sangatlah banyak makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam prosesi adat tersebut. Adapun beberapa gambaran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara lain: nilai agama, kebudayaan, sosial masyarakat, dan nilai-nilai persatuan dan kesatuan diantara keluarga dari masing-masing pihak yang terkait di dalamnya. Menurut A.A Navis (1984:202) bahwa: Prosesi pertunjukan acara malam bainai sangat penting sekali dilaksanakan, karena di dalam pelaksanaan ini, calon mempelai diberi nasehat dan pesan-pesan moral yang disampaikan silih berganti yang dilakukan oleh keluarga kepada calon anak daro. Dalam pembahasan mengenai struktur penyajian malam bainai dibahas mengenai urutan-urutan penyajian dan elemen-elemen penyajian. Urutan-urutan penyajian dari awal hingga akhir yang di kemas terdiri dari 6 (enam) bagian, yaitu (1) bagian pembukaan dari Mc, (2) calon anak daro keluar dari kamar menuju tepian mandi, (3) calon anak daro dimandikan secara simbolis (4) calon anak daro meniti kain kuning, (5) bainai (calon anak daro dipasangkan inai), dan (6) penutup. Dengan perubahan zaman yang semakin canggih penyajian malam bainai pada saat ini mengalami sedikit perubahan dalam penyajiannya, contohnya masyarakat Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Kecamatan Padang Timur kota Padang cenderung menggunakan jasa seniman atau sanggar seni dalam memeriahkan penyajian malam bainai baik berupa iringan musik, maupun pertunjukan tari tradisi Minangkabau. Penyajian musik dalam malam bainai bertujuan untuk memeriahkan prosesi tersebut. 75

Penyajian musik dalam prosesi malam bainai diadakan pada sebelum acara dimulai, diwaktu prosesi malam bainai dan setelah penyajian bainai. Tujuan diadakannya pertunjukan musik agar tamu yang datang tidak merasa bosan menunggu, agar tuan rumah merasa senang, untuk menghibur ibu-ibu yang tengah memasak didapur agar tidak mengantuk, dan bertujuan untuk memberitahukan kepada lingkungan sekitar rumah calon anak daro bahwa mereka tengah mengadakan suatu acara. Dan di bawah ini merupakan keterkaitan antara bamandi-mandi, bainai, dan menjajaki kain kuning. Menurut Bapak Sofian Agus (34 tahun) selaku pengamat seni mengatakan bahwa prosesi bamandi-mandi di Minangkabau hampir menyerupai prosesi siraman pada adat Jawa yang menggunakan kembang tujuh rupa dan si calon mempelai wanita dimandikan oleh kedua orang tua dan sanak saudara terdekatnya. Tujuan diadakannya prosesi bamandi-mandi ini ialah untuk mensucikan diri/badan calon anak daro dan agar si calon anak daro wangi diwaktu ia bersanding kelak. Oleh sebab itu prosesi bamandi-mandi merupakan ritual adat yang terdapat didalam pernikahan di Minangkabau (dalam rangkaian malam bainai). Menjajaki kain kuning didalam prosesi bainai merupakan lambang perjalanan hidup si calon anak daro dari masa kecil hingga masa dewasa. Kain yang digulung mengibaratkan bahwa calon anak daro akan meninggalkan masa lalu dan akan menempuh hidup baru dengan berumah tangga. Keterkaitan antara meniti kain kuning dengan bainai adalah sebagai pengantar calon anak daro menuju pelaminan untuk dipasangkan inai. Bainai merupakan bagian dari prosesi pernikahan yang termasuk didalam upacara adat Minangkabau. Dengan pengadaan prosesi malam bainai dapat menambah arti dari pernikahan sesungguhnya yang mencangkup penyucian diri (bamandi-mandi), kesiapan lahir bathin calon anak daro dalam menjajaki kehidupan kelak (maniti kain kuniang) dan nasehat-nasehat yang diberikan oleh keluarga calon anak daro dalam berumah tangga (bainai). D. Simpulan dan Saran 1. Prosesi malam bainai di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah dapat menjadi sebuah ciri khas dan kebudayaan, karena sampai saat sekarang ini masih dilestarikan oleh masyarakat di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah. Sehingga pada saat sekarang ini kita masih bisa untuk dapat menyaksikan penyelenggaraan malam bainai tersebut khususnya di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah. 2. Upacara adat ini juga dapat berfungsi sebagai salah satu sarana komunikasi keluarga dengan masyarakat sekitar untuk memberitahukan bahwasanya keluarga tersebut sedang berbahagia, karena keluarga tersebut sedang mengadakan rangkaian upacara perkawinan. Sehingga masyarakat dapat datang untuk ikut serta dalam perhelatan yang sedang dilaksanakan. Dengan berkumpulnya masyarakat di rumah calon anak daro ini akan berdampak baik terhadap hubungan antar warga di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah. Ini 76

merupakan sarana untuk berkumpul dan bersenda gurau. Hal ini akan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan kompak antar warga di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah. Sehingga diharapkan prosesi malam bainai ini dapat dilestarikan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat di kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah khususnya dan oleh masyarakat kota Padang pada umumnya. 3. Pada malam dilaksankannya upacara adat malam bainai, sebelum acara resmi dibuka oleh pembawa acara atau MC, acara akan dihiasi dengan hiburan musik atau tari tradisi yang diselenggarakan oleh sanggar kesenian yang disediakan oleh pihak keluarga untuk memeriahkan acara tersebut. 4. Pada acara inti, yaitunya pelaksanaan rangkaian prosesi adat malam bainai akan dipandu oleh MC yang telah ditunjuk untuk dapat memandu acara dengan baik. Adapun rangkaian prosesi adat yang akan dilalui oleh calon anak daro dalam upacara adat malam bainai adalah; (1) pembukaan oleh MC (2) calon anak daro keluar dari kamar didampingi oleh saudara kandungnya atau salah satu kerabat misalnya etek atau kakak perempuan ibu calon anak daro menuju tepian mandi setelah itu calon anak daro akan duduk di tempat pamandian yang telah disiapkan untuk melaksanakn prosesi bamandi-mandi. (3) calon anak daro akan dimandikan oleh kedua orang tua yang disimbolisasikan dengan memercikan air kembang tujuh rupa dengan menggunakan daun pandan yang diikat (4) calon anak daro menuju pelaminan dengan meniti kain kuning, setiap kain yang dilewati akan digulung oleh dua orang laki-laki yang telah siap di ujung kiri dan kanan kain (6) calon anak daro dipasangkan inai (7) penutup 5. Setelah struktur penyajian malam bainai digelar, maka hadirin yang hadir dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan oleh keluarga calon anak daro/ pihak sipangka. Penulis juga memberikan saran yang mungkin akan berguna sebagai bahan masukan serta pertimbangan bagi siapa saja yang membaca penelitian ini terutama bagi pihak terkait. 1. Kepada semua pihak yang terkait dibidang kebudayaan, hendaknya meningkatkan usaha-usaha dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Minangkabau ataupun kesenian tradisional Minangkabau. 2. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan referensi bagi peneliti lanjut tentang penyajian malam bainai. 3. Dan kepada generasi muda hendaknya tetap melestarikan budaya Minangkabau dengan menggelar prosesi malam bainai ketika berumah tangga kelak/ di pesta sanak saudara lainnya. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbin I Drs. Syahrel, M.Pd. dan Pembimbing II Drs. Marzam, M.Hum 77

Daftar Rujukan Bastomi, Suaji. 1988. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang: IKIP Semarang. Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 1995. Upacara Perkawinan Adat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia. Ghofur, Anshori Abdul, Yulkarnain Harahap. 2008. Hukum Islam Dinamika Dan Perkembangan Di Indonesia. Yogjakarta: Kreasi Total Media. Koendjaraningrat. 1983. Djambatan. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Marriam, Alam. P. 1964. The Antropologi Of Music. Chicago: Nort Western University Press. Moleong, Lexy. J. 1981. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Navis A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Pt Pustaka Graffiti Press. 78