BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa. Banyak orang mengatakan bahwa pacaran adalah salah satu cara untuk meresmikan suatu perasaan cinta antara dua individu. Dulu orang yang sedang berpacaran mungkin hanya sekedar keluar jalan-jalan berdua, seperti nonton bersama atau sekedar belanja bersama. Saat ini banyak yang mengatakan bahwa dalam pacaran wajib adanya kontak fisik, seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan kontak fisik yang lebih jauh dari itu. Kontak fisik yang lebih jauh ini bisa dikatakan dengan melakukan hubungan seks diluar pernikahan. perilaku seks pranikah ini sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia pada umumnya, yang dipilih sebagai salah satu pola atau cara dalam berpacaran. Kartono (2005) menjelaskan dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi, terjadilah banyak perubahan sosial yang serba cepat pada hampir semua kebudayaan manusia. Perubahan sosial tersebut mempengaruhi kebiasaan hidup manusia, sekaligus juga mempengaruhi pola-pola seks yang konvensional. Maka, pelaksanaan seks itu banyak dipengaruhi oleh penyebab dari perubahan sosial antara lain oleh: urbanisasi, mekanisasi, alat kontrasepsi, lamanya pendidikan, demokrasi fungsi wanita dalam masyarakat, dan modernisasi. Pola seks itu lalu dibuat menjadi hypermodern dan radikal, sehingga bertentangan dengan sistem regulasi seks yang konvensional, menjadi seks bebas dan cinta bebas yang tidak ada bedanya dengan pelacuran. Kartono (2010) menjelaskan bahwa perilaku seks pranikah adalah salah satu wujud perilaku delinkuen. Delikuen sendiri berasal dari kata Latin Delinquere yang berarti: terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, dan 1

2 tidak dapat diperbaiki lagi. Untuk perilaku seks pranikah sendiri masuk dalam kategori tindakan a-sosial dan melanggar aturan. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh orang yang sedang pacaran hanya dilakukan oleh orang-orang yang hidup di kota-kota besar karena pengaruh modernisasi. Tapi saat ini tidak dapat dipungkiri, dikota-kota kecil di Indonesia juga sudah banyak kasus-kasus seks pranikah. Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) di tahun 2001-2003, remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan sexual pada usia 14-19 tahun, perempuan sebanyak 34,7%, laki-laki 30,9%. Sedangkan pada usia 20-24 tahun, perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5 %. Menurut SKRRI faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku seks pra nikah pada remaja adalah pengaruh teman sebaya atau punya pacar, punya teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah, dan punya teman yang mendorong untuk melakukan seks pra nikah. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengaku khawatir dengan meningkatnya trend perilaku seks sebelum menikah dikalangan remaja. Hasil kajian BKKBN 2010 mengatakan rata-rata dari 100 remaja di Jabodetabek, sekitar 54% pernah melakukan hubungan seks pranikah. Hal serupa juga terjadi di sejumlah kota besar lainya. Tercatat rata-rata kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, dan di Bandung dan Medan 52%. Rentang usia remaja yang pernah melakukan hubungan seks di luar nikah antara 13-18 tahun. Semakin maraknya perilaku seks pranikah di Indonesia akan membawa dampak negatif. Beberapa dampak negatif dari perilaku seks pranikah antara lain: 1. Seks pranikah merupakan penyebab utama terjadinya kehamilan diluar nikah. kehamilan yang terjadi biasanya adalah kehamilan yang tidak diinginkan. 2. Terjadinya kehamilan diluar nikah akan menimbulkan rasa malu bagi yang mengalaminya, sehingga memicu terjadinya aborsi. Menurut pemerhati KB Saut Munthe menyatakan bahwa, secara nasional remaja yang melakukan aborsi mencapai 700 hingga 800 remaja. Dari survey yang dilakukan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di 5 kota yaitu Cirebon, Tasikmalaya, Palembang, Singkawang, dan Kupang. Dari 1.388 responden remaja, diketahui 16,35% telah melakukan hubungan seksual. Dari jumlah

3 tersebut 40,1% menggunakan kontrasepsi, dan 23,79% menyatakan siap melakukan aborsi bila terjadi kehamilan. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Internasional (WHO), separo dari jumlah kematian bayi di Indonesia adalah akibat aborsi tak aman. Angka kematian itu menempatkan Indonesia di urutan pertama jumlah kematian ibu dan anak di Asia Tenggara. Setiap tahun, diperkirakan 19.000 perempuan Indonesia meninggal dunia akibat komplikasi saat kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan. Yang mengkhawatirkan, berdasarkan penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten, dari dua juta kasus aborsi, 70% di antaranya dilakukan diam-diam oleh tenaga medis yang tidak memiliki izin. Dari data aborsi yang dikeluarkan WHO, tercatat lebih dari separuh atau 57% pelaku aborsi adalah perempuan yang berusia di bawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia di bawah 19 tahun. 3. Remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah terpaksa harus putus sekolah. 4. Pelaku seks pranikah juga berpeluang terjangkit PMS (penyakit menular seks) seperti HIV/AIDS yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian. Laporan Departemen Kesehatan RI, yang disampaikan oleh Direktur Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tjandra Yoga Aditama (26/11/2009) di Jakarta, menyatakan bahwa penyebab utama penyebaran penyakit HIV/AIDS adalah faktor hubungan seksual, yaitu sebesar 49,7% pada kasus heteroseksual dan 3,4% pada kasus homoseksual. Kartono (2007) menjelaskan bahwa pada remaja yang tidak melakukan hubungan seks, tentunya tidak terdapat PMS, karena penyakit ini hanya bisa menular melalui hubungan seks. Dari uraian beberapa dampak negatif dari perilaku seks pranikah diatas, bisa disimpulakan bahwa dampak negatif dari perilaku seks pranikah sangat membahayakan. Survey dari SKRRI dan BKKBN menyatakan bahwa sebagian besar pelaku seks pranikah adalah remaja, baik usia remaja awal sampai usia remaja akhir. Santrock (2007) menyatakan bahwa, persentase para remaja muda yang secara

4 seksual aktif cenderung bervariasi apabila ditinjau dari segi lokasi, dimana remaja pusat kota memperlihatkan kecenderungan yang lebih tinggi. Pada usia tersebut remaja sudah mengalami, bahkan melewati masa pubertas. Banyak perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Santrock (2007) menyatakan ada beberapa perubahan fisik penting yang terjadi pada remaja. Karakteristik pubertas pada laki-laki diikuti dengan membesarnya ukuran penis, tumbuh rambut kemaluan yang halus, dan ejakulasi pertama. Sedangkan pada perempuan karakteristik pubertas diikuti dengan membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di kemaluan dan ketiak, serta menstruasi pertama. Disinilah organ-organ seksual mengalami kematangan. Selain itu, dimasa remaja inilah banyak perubahan sosial yang dialami oleh remaja. Akibat telah matangnya organ-organ seksual pada remaja sehingga dorongandorongan seksual remaja pun meningkat. Santrock (dalam Desmita, 2008) menjelaskan bahwa peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual karena kematangan organ-organ seksual dan perubahan hormonal, sehingga untuk melepaskan keteganga seksual tersebut, remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku. Mulai dari berpacaran, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual. Papilia, Olds, dan Feldman (2009) juga menjelaskan bahwa jenis-jenis ekspresi dari dorongan seksual remaja bisa seperti seks oral dan anal, serta saling masturbasi, dan menjadi hal yang biasa dikalangan remaja. Pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual masihlah sangat sedikit. Perilaku seksual yang kurang sehat biasa dilakukan oleh remaja tanpa adanya pengetahuan yang cukup dan hanya semata-mata karena untuk melampiaskan dorongan-dorongan seksualnya. Sehingga jika tidak ada bimbingan dari orang yang lebih berpengalaman (orang tua, kakak, pendidik, dan lain-lain) maka remaja tidak akan menghentikan aktifitas seksual yang tidak sehat tersebut. Salah satu pihak yang paling dekat dengan lingkungan remaja adalah orang tua, seperti pola pengasuhan orang tua. Berdasarkan uraian diatas, bahwa pengasuhan orang tua berpengaruh penting pada hubungan sosial dan penyesuaian diri anak. Sudarsono (1990:125) juga menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk

5 membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Kartono (2010) juga menjelaskan bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Karena itu, baik buruknya struktur keluarga akan mempengaruhi pula baik dan buruknya perkembangan kepribadian dan social anak. Selain itu, peran orang tua juga sangat penting, karena keberhasilan mendidik anak sangatlah tergantung dari bagaimana orang tua bersikap dan berinteraksi dengan anak pada tahapan-tahapan perkembangannya. Orang tua harus mampu menyesuaikan perilaku, pola komunikasi dan pola asuh pada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pola asuh pada orang tua kepada anak dan remaja pasti lah ada perbedaan, karena dari segi fisik dan psikologis pada masa anak-anak dan remaja terdapat banyak perbedaan. Pola asuh adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan pada anak yang bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Orang tua harus bisa lebih peka dalam pemilihan pola asuh yang tepat. Kesalahan pola asuh dalam keluarga akan berdampak negatif pada remaja. Orang tua diharapkan bisa memposisikan diri menjadi orang tua yang baik, yang bisa tercermin dari pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Dalam keluarga seseorang belajar tentang hal-hal dalam hidup sebelum mereka berhubungan dengan lingkungan sosialnya, seperti cara bicara, cara makan, etika bergaul dengan teman, dan lain-lain. Perilaku seseorang baik saat anak-anak, remaja, maupun saat sudah dewasa sangat tergantung oleh bagaimana orang tua mengajarkan cara berperilaku kepada dirinya. Oleh karena itu keluarga atau orang tua sering disebut pondasi awal manusia dalam berperilaku. Dalam posisi dimana seks pranikah semakin merajalela di Indonesia, orang tua yang merupakan benteng pertahan terakhir bagi remaja agar tidak terjerumus pada perilaku menyimpang seperti seks pranikah. Apabila orang tua menerapkan pola asuh dan aturan-aturan

6 keluarga ang sangat longgar tidak menutup kemungkinan anak dapat mengikuti pola perilaku seks pranikah. Orang tua berhak menegur anaknya apabila anaknya dirasa telah melakukan kesalahan. Orang tua di harapkan peka tentang gejolak-gejolak yang terjadi pada remaja. Apabila orang tua sudah bisa untuk peka terhadap gejolak yang terjadi pada anaknya, diharapkan orang tua bisa dan mampu mengarahkan anakanaknya. Oleh sebab itu, pemilihan pola asuh yang tepat dalam keluarga akan menjauhkan anggota keluarga khususnya remaja dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat, seperti perilaku seks pranikah. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa sangatlah penting peran orang tua dan pemilihan pola asuh yang tepat yang diterapkan dalam keluarga untuk menghindari remaja agar tidak terlibat dalam pola perilaku seks pranikah yang jumlah kasusnya semakin meningkat di Indonesia. B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola pengasuhan orang tua pada remaja yang melakukan seks pranikah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengasuhan orang tua pada remaja yang melakukan seks pranikah. pola D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah referensi dalam bidang psikologi, khususnya dalam bidang psikologi remaja, psikologi perkembangan, maupun psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis Memberikan gambaran tentang pola pengasuhan orang tua dari remaja yang melakukan seks pranikah untuk khalayak umum khususnya bagi para orang tua agar dapat menetukan pola pengasuhan yang tepat bagi anak-anak.