BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

dokumen-dokumen yang mirip
, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sikap permisif tersebut lebih ditunjukkan secara terbuka dikarenakan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Widya Praja Ungaran terletak di jalan Jend. Gatot Subroto 63 Ungaran,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Terbukanya saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

Gambaran Harga Diri Pada Remaja Putri Yang Melakukan Seks Pranikah. Ni Luh Putu Devita Maharani

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual Pranikah. jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam macam mulai dari perasaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HARGA DIRI. dirinya sendiri secara positif atau negatif (rendah atau tinggi). Evaluasi ini

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas dibandingkan dahulu. Selain perkembangan zaman, perkembangan teknologi juga menjadi penyebab remaja tidak lagi malu untuk mencari informasi mengenai seks dari media-media seperti televisi, internet, dan media sosial dikarenakan remaja dapat mengaksesnya dengan sangat mudah dan kapan saja tanpa batas waktu. Masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi nilai tradisional dimana hubungan seksual pranikah sangat dilarang. Nilai tersebut tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan seorang wanita sebelum menikah. Di Indonesia kegadisan diumpamakan sebagai mahkota atau tanda kesucian atau tanda kesetiaan pada suami. Hilangnya kegadisan dapat berakibat depresi atau kecemasan yang mendalam pada wanita yang bersangkutan (Sarwono, 2013). Perilaku berpacaran atau menjalin hubungan romantis dengan pasangan dalam era globalisasi ini cenderung mengadopsi budaya barat, sehingga perilaku yang diwujudkan lebih bersifat permisif. Pasangan yang sedang berpacaran lebih memungkinkan untuk kontak fisik berupa sentuhan kepada pasangannya. Hal ini dapat menimbulkan sensasi yang menyenangkan dan bila hal ini tidak terkontrol 1

2 oleh keduanya maka akan mengakibatkan tindakan-tindakan yang menjurus pada perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2013). Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah dapat disaksikan di kehidupan sehari-hari, khususnya di Pekanbaru. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Provinsi Riau melalui penelitiannya pada 600 remaja tahun 2009 menemukan bahwa 38.73% remaja laki-laki dan 16.98% remaja perempuan mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Untuk perilaku seksual remaja yang dilakukan pada saat pacaran didapatkan 72.40% remaja laki-laki dan 57.72% remaja perempuan sering berpegangan tangan dengan pasangan saat berpacaran, 60.80% remaja laki-laki dan 41.91% remaja perempuan pernah berciuman pipi dengan pacarnya, 43.33% remaja laki-laki dan 23.98% remaja perempuan pernah berciuman bibir dengan pacarnya dan sebanyak 32.86% remaja laki-laki dan 4.26% remaja perempuan pernah menyentuh daerah rangsangan (dada dan genital pasangan) (dalam Rahman, Sabrina, & Wofers, 2013). Menurut Sarwono (2013), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk- bentuk tingkah laku ini dapat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Padahal remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa, dimana seharusnya mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek

3 seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang sangat bijaksana daripada orang tua, pendidik, dan masyarakat pada umumnya, dan tentunya remaja itu sendiri agar dapat melewati masa transisi itu dengan selamat. Perubahan tentang pola seks bebas di masyarakat terjadi karena iklim sosial saat ini yang membuat pola pergaulan anak muda yang semakin permisif. Dahulu orang menganggap bahwa seks dilarang untuk dilakukan sebelum menikah. Sekarang justru perilaku seks pranikah terkesan suatu hal yang wajar. Di lihat dari beberapa hal yang mendasari mereka untuk melakukan hubungan seksual tersebut adalah perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas), penundaan usia perkawinan, adanya informasi dan rangsangan seksual melalui media massa, dan pergaulan bebas antara pria dan wanita (Sarwono, 2011). Menurut Muss (dalam Sarwono, 2013) orang -orang muda punya hasrathasrat yang kuat cenderung memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya tanpa membedakannya. Hasrat-hasrat yang ada pada tubuh, hasrat seksuallah yang paling mendesak dan dalam hal inilah menunjukkan hilangnya kontrol diri. Dijelaskan kembali oleh pendapat (Robert Havighurst dalam Sarwono, 2013) bahwa hal tersebut terjadi pada remaja karena seorang remaja menghadapi tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) sehubungan dengan perubahanperubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu antara lain adalah menerima kondisi fisiknya (yang berubah) dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin manapun, menerima

4 peranan seksual masing-masing (laki-laki atau perempuan) serta mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Menurut Hurlock (2002) pada masa remaja minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks meningkat. Oleh karena itu remaja mencari berbagai informasi mengenai seks dari berbagai sumber seperti dari teman-teman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama. Menurut Conger (dalam Sari, 2008 ) keputusan untuk melakukan hubungan seks tersebut tidak dengan konsekuensi yang kecil, terutama untuk remaja putri. Perasaan-perasaan negatif seperti hilangnya keperawanan, rasa malu, rasa bersalah, rasa berdosa, kotor, takut, khawatir akan timbul setelah melakukan hubungan seksual pranikah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian Subandriyo ( 2001) perilaku seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri seorang wanita yaitu penderitaan kehilangan keperawanan (82%), rasa bersalah (51%), merasa dirinya kotor (63%), tidak percaya diri (41%), dan rasa takut tidak diterima (59%). Gambaran diri negatif juga berhubungan dengan aktivitas seksual. Beberapa remaja yang aktif secara seksual terdorong untuk melakukan hubungan seks karena kurang menghargai dirinya sendiri. Berperilaku seks yang salah akan berakibat munculnya eksploitasi dan justru semakin meningkatnya perasaan tidak berarti ( Santrock, 2007). Rendahnya harga diri pada remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah dapat dilihat dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 30 September 2013 terhadap Mahasiswi di

5 suatu Perguruan Tinggi Negeri di Pekanbaru, seperti yang dituturkan sebagai berikut: setelah kejadian itu (melakukan hubungan intim), rasanya aku takut kalau temen-temen dan orang tuaku sampai tau mbak. Makanya aku banyak milih menghindar atau dekat dengan temenku yang senasib, kalau sampai tau temen-temen yang alim atau ngerasa dirinya suci, aku takut di cemooh atau dibilang cewek gampangan, dan kalau orang tuaku sampai tau aku bisa-bisa gak dianggap anak mereka lagi (P: 19-21). Pada umumnya remaja memasuki usia remajanya tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks. Selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasiinformasi yang salah, yakni sumber-sumber yang tidak akurat, khususnya teman (Sarwono. 2013). Hal tersebut juga terbukti dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh penulis masih pada mahasiswi yang sama sebagai berikut: awalnya sih aku takut mbak untuk ngelakuin itu, tapi lama-lama aku ngeliat hal kayak gitu udah wajar di kalangan temen-temen, ya akhirnya aku jadi ngikut, apalagi kalau ngumpul sering bahas masalah gituan (P:19-21). Menurut Sarwono (2013) diperlukan waktu lama untuk terjadinya hubungan seks antar remaja (yang pertama kali) karena dibutuhkan suasana hati tertentu untuk dapat melakukan hal itu. Khususnya pada remaja putri, harus timbul perasaan cinta, perasaan suka, percaya, menyerah dan sebagainya terhadap pasangannya. Tetapi, sekali perasaan itu timbul, apalagi kalau pihak laki-lakinya cukup tekun dan sabar untuk merayu pacarnya, remaja putri sering kali tidak dapat lagi mengendalikan diri dan terjadilah hubungan seks itu. Steinberg (dalam Sari, 2008 ) juga mengatakan bahwa harga diri merupakan konstruk yang penting dalam kehidupan sehari-hari juga berperan

6 serta dalam menentukan tingkah laku seseorang. Dalam hal ini remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah akan menimbulkan perilaku yang berdampak pada harga dirinya. Menurut Brock (dalam Sari, 2008) d ampak dari hubungan seksual pranikah yang berkaitan dengan harga diri ditandai oleh perasaan ragu terhadap dirinya, tidak percaya diri, merasa bersalah, kotor, rasa takut tidak diterima, serta penghinaan terhadap masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan mengangkat tema tentang Makna Harga Diri pada Remaja Putri Yang Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Pekanbaru. B. Pertanyaan Penelitian Dari uraian di atas terdapat beberapa pertayaan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penilaian diri remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah terhadap dirinya sendiri? 2. Dampak dari hubungan seksual pranikah yang dilakukan terhadap harga diri? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna harga diri remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah di Pekanbaru. D. Keaslian Penelitian Penulis menggunakan pijakan dan kajian dari peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang sama dengan kajian penulis yaitu perilaku seksual dan harga diri remaja sebagai bahan untuk membantu peneliti dalam

7 menyempurnakan hasil penelitian ini. Diantara penelitian tersebut sebagai berikut : Prihatin (2007), meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sikap Siswa SMA Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di Kota Sukuharjo, penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan hasil penelitiannya bahwa ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosi (EQ), pengetahuan kesehatan reproduksi, peran orangtua dan teman sebaya, peran media massa dengan sikap siswa SMA terhadap hubungan seksual (intercourse) pranikah di Kota Sukoharjo. Selanjutnya penelitian oleh Sari (2008), mengenai Harga diri pada Remaja Putri yang Melakukan Seks Pranikah. Penelitian yang telah dilakukannya menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dengan hasil subjek memiliki gambaran harga diri yang rendah. Subjek merasa dirinya tidak dapat diterima apa adanya oleh pasangannya, setelah subjek terbuka dengan pasangannya, subjek merasa pasangannya tidak ada yang dapat menerima subjek apa adanya. Selanjutnya penelitian terkait oleh Kisriyati (2012), mengenai Makna Hubungan Seksual Dalam Pacaran Bagi Remaja di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, penelitian yang dilakukan oleh Kisriyati tersebut menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interaksionisme simbolik. Hasil dari penelitiannya adalah makna pacaran bagi remaja yaitu sebagai gaya hidup atau tren yang harus diikuti, sebagai naluri kebutuhan seks dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mengarah pada keadaan saling memberi dan saling menerima. Selanjutnya penelitian tentang gambaran perilaku seks bebas

8 pada remaja pada tahun 2013 oleh Rahman, Sabrina, dan Woferst, penelitiannya berisi mengenai perilaku seksual remaja di Pekanbaru yang semakin bebas yang dilakukan dari tahap awal hingga sampai berhubungan seksual sebelum menikah. Kemudian, penelitian yang terbaru setahun belakangan oleh Pawestri (2012), mengenai Gambaran Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Pelaku Seks Pranikah di Universitas X Semarang. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan Pawestri adalah bahwa pelaku seks pranikah merasa bersalah dan berdosa tetp tetap saja melakukannya karena pengaruh dari teman-teman, penelitian Pawestri ini lebih melihat dari sisi perilaku seks pranikahnya. Secara umum yang membedakan antara penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan sampel remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah yang berusia 18-21 tahun yang belum menikah, sedangkan pada penelitian sebelumnya usia subjek tidak dibatasi. Secara metodologi penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan pendekatan studi kasus. Yang menjadi perbedaan adalah letak daerah penelitiannya yakni di Pekanbaru. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat. Bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, dan psikologi sosial mengenai harga diri dan yang berkaitan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja putri serta menambah pengetahuan atau referensi untuk bahan penelitian selanjutnya.

9 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca hasil penelitian ini mengenai makna harga diri pada remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah di Pekanbaru. b. Memberikan gambaran pengaruh seks bebas terhadap pertumbuhan aspek psikologis, khususnya harga diri. c. Hasil penelitian juga dapat dimanfaatkan untuk menambah sumber informasi untuk penelitian yang terkait dengan penelitian ini, seperti dalam hal lain (prestasi dan coping) yang dapat mempengaruhi harga diri.