BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah remaja umur 10-24 tahun sekitar 64 juta atau 26,67% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam kelompok remaja awal dan remaja tengah dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai memperhatikan keadaan tubuh, berpikir abstrak serta berfantasi mengenai seksualitas. Keadaan transisi yang dialami remaja mengakibatkan remaja berisiko tinggi terhadap berbagai perilaku menyimpang diantaranya adalah perilaku (1, 2) seksual remaja. Perilaku seksual pranikah merupakan suatu penyimpangan perilaku seksual remaja yang marak terjadi di era modern. Perkembangan dan kemudahan akses media massa mengakibatkan remaja dengan mudah terpapar mengenai seksualitas, sehingga remaja akan cenderung untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan apabila tidak adanya pengawasan dari orang tua. Menurut Sarwono 2010 perilaku seksual pranikah merupakan tingkah laku yang berhubungan dengan dorongan seksual bersama lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya tali perkawinan yang sah baik secara agama maupun hukum. (3) Hasil survei tahun 2004 dari beberapa negara di Dunia didapatkan bahwa perilaku seksual pada remaja yaitu 13,2% berperilaku seksual aktif sejak usia 15 tahun dengan jumlah responden 33.943 pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa. Penelitian serupa dilakukan oleh Nuss dan Luckey di beberapa negara yaitu Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman dan Norwegia dengan hasil 74,8% remaja laki-laki 1

2 dan 62,8% remaja remaja perempuan melakukan hubungan seksual dan negara Inggris merupakan negara dengan peringkat pertama. Merujuk kepada penelitian Tenceuli 2010, Di Indonesia diperkirakan ada satu juta remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah, sedangkan di seluruh dunia diperkirakan 15 juta remaja (4, 5) setiap tahunnya hamil, 60% diantaranya hamil di luar nikah. Data survey Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2008 yang dilakukan di 18 propinsi dengan mengambil 38 kabupaten di 72 SMP dan 72 SMA didapatkan hasil yang melakukan hubungan seks SMP 5,3%, dan SMA 10,3%. Penelitian yang dilakukan di empat kota besar seperti Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya berdasarkan data Depkes RI tahun 2009 menunjukkan 35,95% remaja mempunyai teman yang sudah melakukan hubungan seks dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks. (6) Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Dapat diketahui dari laporan data SKRRI 2007 dan SKRRI 2012 berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka, diantaranya berpegangan tangan tahun 2007 perempuan 68,3% menjadi 72% pada tahun 2012 dan laki-laki 69% menjadi 80%. Berciuman laki-laki 41,2% menjadi 48% dan perempuan 29,3 menjadi 30%. Meraba/merangsang, laki-laki 26,5% menigkat menjadi 30% sedangkan perempuan 9,1% menjadi 6% pada tahun 2012. Remaja perempuan memiliki persepsi bahwa keperawanan bagi seorang perempuan lebih penting (77%) dibandingkan laki-laki (66%) persepsi ini lebih (7, 8) rendah bila dibandingkan data SKRRI 2007 (masing-masing 99% dan 98%). Berdasarkan penelitian 1000 remaja di Padang tahun 2009, terdapat 11% remaja berhubungan seks bebas. Penelitian serupa dilakukan Didi Rahadi 2009 didapatkan 19% remaja pernah melakukan hubungan seksual sampai menyebabkan kehamilan. Sedangkan tahun 2013 merujuk kepada data Perkumpulan Keluarga

3 Berencana Indonesia (PKBI) Cemara, didapatkan data 10,5% remaja Kota Padang berperilaku seksual aktif. (9) Pada awal tahun 2016 diketahui bahwa terdapat 3 orang remaja di Kota Padang yang diamankan polisi terkait prostitusi yang diantaranya telah melakukan perilaku seksual tersebut dari SMP. Berdasarkan wawancara dengan ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sumatera Barat didapatkan informasi bahwa dari tahun 2015-Februari 2016 terdapat 17 kasus perilaku seksual pranikah pada remaja di Sumatera Barat, tujuh diantaranya siswa SMP dan 10 orang siswa SMA. Tujuh belas kasus perilaku seksual ini 80% diantaranya terjadi di Kota Padang. Fakta ini menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja sudah dimulai dari SMP, sehingga siswa SMP yang merupakan masa usia remaja awal perlu mendapatkan perhatian khusus karena lebih rentan terhadap pengaruh perilaku seksual remaja. (10) Akibat dari perilaku seksual pranikah diantaranya adalah tingginya angka kehamilan pada remaja, aborsi dan penularan berbagai penyakit menular seksual. Hasil dari Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Republik Indonesia (SKRRI) tahun 2012, 10% remaja wanita umur 15-19 tahun pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama. Remaja merupakan kelompok umur yang berisiko tinggi ketika hamil (8, 11) dan melahirkan yang menyumbang peningkatan angka kematian ibu. Badan Kependudukan dan Keluarga berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 menyatakan Kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa pertahun. satu sampai 1,5 juta (41-6%-62,5%) diantaranya dilakukan oleh remaja. Total kasus Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrom (HIV/AIDS) di Indonesia yang dilaporkan pada satu Januari sampai 30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.225 kasus AIDS, dengan 45% diantaranya diderita oleh remaja. Angka kehamilan, aborsi dan HIV/AIDS pada remaja diperkirakan lebih

4 besar di lapangan karena masih banyaknya kasus yang belum teridentifikasi dan banyaknya kasus baru yang bermunculan. (3) Perilaku seksual pranikah yang dilakukan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor Self System meliputi tingkat pengetahuan, sikap, umur remaja, perkembangan pubertas, jenis kelamin, serta ras yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja, self esteem, harga diri dan religuisitas. The Family System seperti pengaruh struktur keluarga dan pengaruh proses dalam keluarga, pengawasan orang tua dan hubungan orang tua dengan remaja. Ekstrafamiliar system mencakup pengaruh dari lingkungan diluar keluarga yang meliputi, teman sebaya, tetangga, kondisi sekolah, dan pelabelan atau norma yang dianut dalam masyarakat dan media pornografi. (12, 13). Hasil penelitian Novia 2013, gambaran perilaku seksual remaja di Kabupaten Agam dari 359 responden perilaku seksual yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah berpegangan tangan (100%) dan bersandar di bahu/kepala dengan pacar/lawan jenis (37,8%) dan berpelukan dengan pacar atau lawan jenis (19,78%). Penelitian Enizar 2015 di Sipora Kabupaten Mentawai didapatkan 1 orang (0,3%) responden yang melakukan hubungan seksual, seks oral sebanyak 2,6% dan perilaku seksual berisiko tinggi yang paling banyak dilakukan adalah berciuman bibir ke bibir dengan menggunakan lidah sebanyak 16,7%. Mencium daerah sensitif dan menempelkan kemaluan 5,1%. (14) Orang tua merupakan sumber informasi awal bagi remaja untuk memperoleh pengetahuan mengenai seksual sebagaimana penelitian Kurniawan 2010 didapatkan ada hubungan bermakna komunikasi orang tua dan anak remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah, dengan p value 0,011. Pengetahuan nantinya akan menentukan sikap yang akan mempengaruhi perilaku seksual remaja.

5 Penelitian Dewi 2009 didapatkan hubungan bermakna perilaku seksual remaja dengan sikap yaitu p value 0,000. Berdasarkan penelitian Kusmiran 2003 peran teman sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi memberi peluang 1,5 kali berhubungan dengan sikap setuju remaja mengenai hubungan seksual pranikah. Analisis keeratan hubungan dua variabel tersebut didapatkan OR 1.5. Penelitian Pontoan dkk 2015 menunjukkan pengetahuan yang baik akan memiliki perilaku seksual pranikah remaja yang baik sebesar 2,05 kali lebih besar dari pada pengetahuan yang kurang baik dan terdapat hubungan bermakna antara peran media (6, 15) massa dengan perilaku seksual remaja dengan OR 4,65. Berdasarkan hasil survey awal dengan guru BK SMPN 28 Padang dan SMPN 5 Padang didapatkan informasi perilaku seksual yang banyak dilakukan remaja adalah berpegangan tangan, dan berciuman. Pada umumnya remaja sudah terpapar dengan media massa dan media sosial seperti penggunaan hand phone android dan juga penggunaan media sosial facebook, tweeter. Efek yang diakibatkan dari kemudahaan akses media dan penggunaan sosial media adalah, rentannya remaja untuk menonton video porno, serta terdapat kasus remaja yang membagikan foto dan video mesra seperti berciuman dengan lawan jenis di facebook. Berdasarkan paparan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah 1. Laporan SKRRI tahun 2007 dan tahun 2010 menggambarkan bahwa perilaku seksual remaja mengalami peningkatan yang dikawatirkan akan mengakibatkan tingginya angka kehamilan berisiko pada remaja, kasus aborsi yang meningkat pada usia remaja, dan kasus HIV/AIDS pada remaja.

6 2. Pada tahun 2015-Februari 2016 terdapat 17 kasus perilaku seksual pranikah pada remaja di Sumatera Barat yang berhasil didata KPAI Sumatera Barat. tujuh diantaranya siswa SMP dan 10 orang siswa SMA. Tujuh belas kasus perilaku seksual ini 80% diantaranya terjadi di Kota Padang. 3. Angka itu diperkirakan lebih besar dilapangan karena tidak adanya surveilans perilaku seksual remaja yang mencatat dan melaporkan perilaku seksual remaja. 4. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, komunikasi dengan orang tua, komunikasi dengan teman sebaya dan paparan media masa dengan perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMPN Di Kota Padang Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan Khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 2. Mengetahui distribusi frekuensi sikap remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 3. Mengetahui distribusi frekuensi komunikasi dengan orang tua remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016.

7 4. Mengetahui distribusi frekuensi komunikasi dengan teman sebaya remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 5. Mengetahui distribusi frekuensi paparan media massa cetak dan elektronik remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 6. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 7. Mengetahui hubungan tingkat pengetahun terhadap perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 8. Mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 9. Mengetahui hubungan komunikasi dengan orang tua terhadap perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 10. Mengetahui hubungan komunikasi dengan teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 11. Mengetahui hubungan paparan media massa terhadap perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 12. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapan memberikan manfaat dan memperkaya keilmuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual remaja. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang, sehingga dapat digunakan

8 sebagai data dasar dalam upaya pencegahan perilaku berisiko remaja untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan periaku seksual remaja yaitu aborsi, tingginya angka kehamilan pada remaja, dan penyakit menular seksual HIV/AIDS. 2. Bagi Sekolah Sebagai informasi gambaran perilaku seksual remaja, sehingga menjadi langkah awal dalam pembinaan kesehatan reproduksi dan konseling remaja di sekolah. 3. Bagi Peneliti Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam melaksanakan penelitian, serta menjadi bahan acuan ilmiah bagi penelitian selanjutnya mengenai pengetahuan tentang perilaku seksual remaja SMPN. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil perwakilan populasi urban dan rural untuk gambaran perilaku seksual remaja SMPN di Kota Padang. Berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwodarminto (1972), rural diartikan seperti desa, seperti di desa dan urban diartikan dari kota, seperti di kota, sehingga Rural yang secara umum di terjemahkan menjadi Perdesaan bukanlah desa (village) demikian pula urban atau yang umum diterjemahkan menjadi perkotaan, juga bukan kota (town, city). Perbedaan antara urban dan rural diantaranya mata pencahararian di urban lebih bervariasi sedangkan di rural bertani dan berkebun. Perbedaan yang lain yaitu daerah urban proporsi anak lebih sedikit, sedangkan di rural proporsi anak lebih banyak. (16) Pada penelitian ini peneliti memilih kriteria urban dan rural berdasarkan Kecamatan dengan proporsi remaja terbanyak dan paling sedikit di kota padang.

9 Kecamatan yang menjadi daerah urban adalah Kecamatan Padang Timur dengan proporsi remaja 53,30% dan rural yaitu kecamatan Kuranji dengan proporsi remaja 65,78%. Berdasarkan Random SMPN 28 Padang di kecamatan Kuranji terpilih sebagai populasi rural dan SMPN 5 di kecamatan Padang Timur terpilih sebagai populasi urban untuk mewakili remaja SMPN di Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada SMPN 5 Padang dan SMPN 28 Padang tahun 2016. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret hingga bulan Juni 2016. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan memperoleh data melalui angket yang diisi oleh responden.