KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1982 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 Tentang : Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 55 TAHUN 1991 (55/1991) TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1975 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA DAN BADAN URUSAN PIUTANG NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 1999 TENTANG BADAN KESEJAHTERAAN SOSIAL NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1998 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI LEMBAGA PEMERINTAH NON-DEPARTEMEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1981 TENTANG PENYEMPURNAAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI INTELIJEN NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 152/1999, BADAN KESEJAHTERAAN SOSIAL NASIONAL *49252 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 152 TAHUN 1999 (152/1999)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 1999 TENTANG BADAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 5 TAHUN 2000 (5/2000) TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN MOBILITAS PENDUDUK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1981 TENTANG PENYEMPURNAAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI INTELIJEN NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1997 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TAHUN 1995 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA MADIUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1975 TENTANG PENYEMPURNAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT PROVINSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 1998 TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LANDAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPPRES 52/1997, SEKRETARIAT BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK *47366 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 52 TAHUN 1997 (52/1997)

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG KOORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR: KEP- 115/J.A/10/1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA DEWAN ENERGI NASIONAL,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Nomor : 04/P/M.KOMINFO/5/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1983 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN ENERGI NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka usaha meningkatkan pendayagunaan dalam pelaksanaan tugas Kejaksaan Republik Indonesia, maka dianggap perlu untuk meninjau kembali susunan organisasi Kejaksaan sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1971 tentang Penyempurnaan Pokok-Pokok Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Agung, dan Kejaksaan Daerah ; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ; 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 254, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2298) ; 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 255, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2299) ; 4. Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 26/U/Kep/9/1966 ; M E M U T U S K A N : Dengan mencabut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1971 Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA BAB I SUSUNAN ORGANISASI KEJAKSAAN Pasal 1 Susunan Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Kejaksaan, terdiri dari : (1) Kejaksaan Agung ; (2) Kejaksaan Tinggi ; (3) Kejaksaan Negeri ;

BAB II KEJAKSAAN AGUNG Bagian pertama Jaksa Agung Pasal 2 (1) Kejaksaan Agung dipimpin oleh seorang Jaksa Agung. (2) Jaksa Agung mempunyai tugas : a. Memimpin Kejaksaan sesuai dengan tugas, pokok yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan membina aparatur Kejaksaan agar berdaya guna dan berhasil guna ; b. Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan bidang penegakan hukum dalam Negara Republik Indonesia yang secara fungsionil menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku dan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden ; c. Membina dan melaksanakan kerjasama dengan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Lembaga-lembaga Negara, Instansi dan organisasi lainnya untuk memecahkan persoalan yang timbul, terutama yang menyangkut bidang tanggungjawabnya ; Pasal 3 (1) Jaksa Agung dibantu oleh 4 (empat) Jaksa Agung Muda yang masing-masing bertugas memimpin : 1. Bidang Pembinaan ; 2. Bidang Pengawasan Umum ; 3. Bidang Intelijen ; 4. Bidang Operasi ; (2) Dalam hal Jaksa Agung berhalangan, ia diwakili oleh Jaksa Agung Muda menurut tata cara yang diatur oleh Jaksa Agung. Pasal 4 Para Jaksa Agung Muda bertanggungjawab langsung kepada Jaksa Agung. Bagian Kedua Bidang Pembinaan Pasal 5 (1) Bidang Pembinaan Kejaksaan, selanjutnya disebut Bidang Pembinaan, dipimpin oleh seorang Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan.

(2) Bidang Pembinaan adalah unsur pembantu pimpinan Kejaksaan. Pasal 6 Tugas pokok Bidang Pembinaan ialah menyelenggarakan pembinaan administrasi, organisasi, dan ketatalaksanaan terhadap seluruh unsur dilingkungan Kejaksaan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Kejaksaan, memberikan pelayanan teknis, dan administrasi kepada Bidang Pengawasan Umum, Bidang Intelijen, dan Bidang Operasi, serta satuan-satuan organisasi lainnya dilingkungan Kejaksaan untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya masingmasing. Pasal 7 Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada Pasal 6, bidang pembinaan mempunyai fungsi : a. Mengkoordinasi dalam arti mengatur dan membina kerja sama, mengintegrasikan, dan mensinkronisasikan seluruh administrasi Kejaksaan baik teknis maupun administratip bagi seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Kejaksaan ; b. merencanakan dalam arti mempersiapkan rencana, menelaah, mengolah, dan mengkoordinasikan perumusan kebijaksanaan sesuai dengan tugas pokok Kejaksaan ; c. membina administrasi dalam arti membina urusan tatausaha, mengelola, dan membina kepegawaian, mengelola keuangan, dan peralatan seluruh Kejaksaan ; d. membina organisasi dan tatalaksana dalam arti membina dan memelihara seluruh kelembagaan dan ketatalaksanaan Kejaksaan serta pengembangannya. Bidang Pembinaan terdiri dari : 1. Biro Perencanaan ; 2. Biro Kepegawaian ; 3. Biro Keuangan ; 4. Biro Peralatan ; Pasal 8 Bagian Ketiga Bidang Pengawasan Umum Pasal 9 (1) Bidang Pengawasan Umum Kejaksaan, selanjutnya disebut Bidang Pengawasan Umum, dipimpin oleh seorang Jaksa Agung Muda Bidang

Pengawasan Umum. (2) Bidang Pengawasan Umum adalah unsur pengawasan dilingkungan Kejaksaan. Pasal 10 Tugas pokok Bidang Pengawasan Unum ialah pelaksanaan penilikan dan pengawasan umum dalam lingkungan Kejaksaan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur Kejaksaan agar supaya dapat berjalan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik tugas yang bersifat rutin maupun tugas pembangunan. Pasal 11 Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada Pasal 10, Bidang Pengawasan Umum mempunyai fungsi : a. melakukan penilikan dan pemeriksaan terhadap setiap unsur/instansi dilingkungan Kejaksaan yang dipandang perlu yang meliputi bidang administrasi umum, administrasi keuangan, intelijen, operasi, hasil-hasil fisik dari pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, dan lain-lain ; b. melakukan pengujian serta penilaian atas hasil laporan berkala atau sewaktu-waktu dari setiap unsur/ instansi dilingkungan Kejaksaan atas petunjuk Jaksa Agung ; c. melakukan pengusutan mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dan pelaksanaan tugas dibidang administrasi umum, administrasi keuangan, intelijen, dan operasi yang dilakukan oleh unsur/instansi dilingkungan Kejaksaan ; Pasal 12 Bidang Pengawasan Umum membawahi : 1. Inspektur Intelijen dan Operasi ; 2. Inspektur Organisasi dan Kepegawaian ; 3. Inspektur Keuangan dan Peralatan ; 4. Inspektur Tugas Umum ; Bagian Keempat Bidang Intelijen Pasal 13 (1) Bidang Intelijen Kejaksaan, selanjutnya disebut Bidang Intelijen, dipimpin oleh seorang Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen.

(2) Bidang Intelijen adalah unsur pelaksana yang melaksanakan sebagian tugas pokok Kejaksaan di bidang intelijen. Pasal 14 Tugas pokok Bidang Intelijen ialah melaksanakan sebagian tugas pokok Kejaksaan di bidang kegiatan intelijen untuk mengamankan kebijaksanaan Pemerintah, menghilangkan segala bentuk gangguan, hambatan maupun ancaman terhadap Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara stabilitas nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung. Pasal 15 Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut pada Pasal 14, Bidang Intelijen mempunyai fungsi : a. merumuskan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan dan pembinaan intelijen, sesuai dengan kebiijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; b. melakukan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan ; c. mengadakan administrasi intelijen ; d. menyelenggarakan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung dan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; Pasal 16 Bidang Intelijen terdiri dari : a. Direktorat Politik dan Keamanan ; b. Direktorat Ekonomi dan Pembangunan ; c. Direktorat Sosial Budaya ; d. Direktorat Administrasi Intelijen ; Bagian Kelima Bidang Operasi Pasal 17 (1) Bidang Operasi Kejaksaan, selanjutnya disebut Bidang Operasi, di pimpin oleh seorang Jaksa Agung Muda Bidang Operasi. (2) Bidang Operasi adalah unsur pelaksana yang melaksanakan sebagian tugas pokok Kejaksaan di bidang operasi.

Pasal 18 Tugas pokok Bidang Operasi ialah melaksanakan sebagian tugas pokok Kejaksaan dibidang penegakan hukum serta pemeliharaan ketenteraman, keamanan dan ketertiban umum berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung. Pasal 19 Untuk-melaksanakan tugas pokok tersebut pada Pasal 18, Bidang Operasi mempunyai fungsi : a. merumuskan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan, pembinaan, supervisi, pengendalian, pengawasan, dan koordinasi terhadap eselon bawahan serta instansi-instansi lainnya dalam menyelenggarakan operasi justisi sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; b. merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan penyidikan, penuntutan, penyelesaian perkara beserta pengadministrasiannya, riset, penyimpanan surat/dokumen (filing), dan statistik ; c. mempersiapkan konsepsi, bahan-bahan pertimbangan, rencana, pendapat dan saran bagi kebijaksanaan yang akan diambil oleh Jaksa Agung dalam/mengenai tugas-tugas Kejaksaan pada umumnya dan tugastugas operasi pada khususnya ; d. memberikan pertimbangan/saran kepada Jaksa Agung dalam segala urusan bantuan hukum, analisa hukum dan analisa kriminalitas ; e. mengkoordinasi penyusunan peraturan-peraturan perundang-undangan dalam arti mengkoordinasikan perumusan peraturan-peraturan perundang-undangan yang menyangkut tugas pokok Kejaksaan dalam bidang operasi justisi ; f. pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; Bidang Operasi terdiri dari : 1. Direktorat Penyidikan ; 2. Direktorat Penuntutan ; 3. Direktorat Penyelesaian ; 4. Direktorat Khusus ; Pasal 20 Bagian Keenam Sekretariat Kejaksaan Agung

Pasal 21 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya, Pimpinan Kejaksaan dibantu oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Kejaksaan Agung. (2) Sekretaris Kejaksaan Agung bertanggungjawab langsung kepada Jaksa Agung. (3) Sekretariat Kejaksaan Agung secara administratif berada di dalam lingkungan Bidang Pembinaan. Pasal 22 Sekretariat Kejaksaan Agung mempunyai tugas : menyelenggarakan bantuan dan pelayanan kepada Jaksa Agung dan semua Bidang di lingkungan Kejaksaan Agung dalam hal surat-menyurat, dokumentasi dan tata usaha, rumah tangga, keamanan dan ketertiban, hubungan telekomunikasi, persandian, penyelenggaraan tugas-tugas protokol serta hubungan masyarakat. Bagian Ketujuh Susunan Biro, Inspektur dan Direktorat pada Bidang-Bidang, Sekretariat Kejaksaan Agung, dan Bagian Sekretariat pada Bidang-Bidang Pasal 23 (1) Setiap Biro terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima) bagian dan setiap Bagian terdiri dari. sebanyak-banyaknya 4 (empat) Sub Bagian. (2) Setiap Inspektur membawahi sebanyak-banyaknya 5 (lima) Inspektur Pembantu dan setiap Inspektur Pembantu membawahi beberapa Pemeriksa yang jumlahnya ditentukan menurut kebutuhan. (3) Setiap Direktorat terdiri sebanyak-banyaknya 5 (lima) Sub Direktorat dan setiap Sub Direktorat terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Seksi. (4) Sekretariat Kejaksaan Agung terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima) Bagian dan setiap Bagian terdiri dari sebanyak-banyak 4 (empat) Sub Bagian. (5) Bidang Pembinaan, Bidang Pengawasan, Bidang Intelijen, dan Bidang Operasi masing-masing mempunyai Bagian Sekretariat yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Sub Bagian.

Bagian Kedelapan Pusat dan Satuan Pelaksana Pasal 24 (1) Sebagai pelaksana tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup baik oleh unsur pembantu pimpinan, unsur pelaksana, maupun unsur pengawasan di lingkungan Kejaksaan dapat dibentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan, Pusat Pendidikan dan Latihan serta sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Satuan Pelaksana. (2) Pelaksanaan ayat (1) ditetapkan oleh Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang penertiban dan penyempurnaan Aparatur Negara. Bagian Kesembilan Staf Ahli dan Staf Jaksa Agung Pasal 25 (1) Apabila dipandang perlu Jaksa Agung dapat dibantu oleh Staf Ahli yang terdiri dari sebanyak banyaknya 6 (enam) orang. (2) Staf Ahli adalah Jaksa yang mempunyai persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung dan bertugas mengolah dan menelaah masalahmasalah secara keahlian atas petunjuk Jaksa Agung. (3) Staf Ahli diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung. (4) Staf Ahli bertanggungjawab langsung kepada Jaksa Agung dan secara administratif berada dalam lingkungan Bidang Pembinaan. Pasal 26 (1) Untuk membantu Jaksa Agung secara langsung dalam hal yang bersifat khusus, dapat diadakan Staf Jaksa Agung. (2) Staf Jaksa Agung bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya langsung kepada Jaksa Agung. (3) Staf Jaksa Agung secara administratif berada dalam lingkungan Bidang Pembinaan.

BAB III KEJAKSAAN TINGGI Pasal 27 (1) Kejaksaan Tinggi adalah instansi vertikal di wilayah yang berkedudukan di tiap-tiap ibukota Propinsi dengan daerah hukum yang sama dengan wilayah administratif Propinsi yang bersangkutan. (2) Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang Kepala Kejaksaan Tinggi yang bertanggungjawab kepada Jaksa Agung. BAB IV KFJAKSAAN NEGERI Pasal 28 (1) Kejaksaan Negeri adalah instansi vertikal di wilayah yang berkedudukan di tiap-tiap ibukota Kabupaten/Kotamadya dengan daerah hukum yang sama dengan Wilayah administratif Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan. (2) Kejaksaan Negeri dipimpin oleh seorang Kepala Kejaksaan Negeri yang bertanggungjawab kepada Kepala Kejaksaan Tinggi. (3) Apabila dipandang perlu di dalam wilayah/daerah hukum Kajaksaan Negeri dapat di bentuk cabang Kejaksaan Negeri menurut kebutuhan. BAB V TATA CARA KERJA Pasal 29 (1) Semua unsur Kejaksaan dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Kejaksaan sendiri maupun dalam hubungan antar Departemen, Lembagalembaga Pemerintah Non Departemen, Lembaga-lembaga Negara, dan instansi-instansi lainnya untuk kesatuan gerak yang sesuai dengan tugas pokoknya. (2) Dalam melaksanakan tugasnya pejabat-pejabat Kejaksaan bertanggungjawab kepada pimpinannya masing-masing sesuai dengan hubungan hierarki dilingkungan pekerjaannya. (3) Dalam melaksanakan tugasnya Kejaksaan berpedoman kepada azas satu dan tidak terpisah-pisahkan.

BAB PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Pasal 30 (1) Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (2) Para Jaksa Agung Muda diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Jaksa Agung. (3) Pimpinan satuan organisasi lainnya dilingkungan Kejaksaan diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung. BAB VIII LAIN-LAIN Pasal 31 (1) Perumusan dan perincian tugas, fungsi, dan susunan organisasi Biro, Inspektur, Direktorat, Sekretariat Kejaksaan Agung, Pusat Penelitian dan Pengembangan, Pusat Pendidikan dan Latihan, Satuan Pelaksana, Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan satuan-satuan dibawahnya ditetapkan oleh Jaksa Agung setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang penertiban dan penyempurnaan Aparatur Negara. (2) Penyimpangan atas susunan dan jumlah Satuan Organisasi, dalam lingkungan Kejaksaan ditetapkan oleh Presiden. BAB VIII PENUTUP Pasal 32 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 24 Juni 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd S O E H A R T O JENDERAL TNI