BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola. satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan the key person in the classroom. Berarti guru adalah sosok yang

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Terdahulu, (g) Kerangka Pemikiran, dan (h) Sistematika Pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Berdasarkan Undang-Undang RI No.20 tahun yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kode Etik Guru Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi faktor. penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Peran guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu, guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam rangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen meningkatkan mutu pendidikan nasional. 3 Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik. Modal dasar berkomunikasi dengan sesame adalah kesediaannya menghargai partner, bersikap terbuka, menguasai teknik 1 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 313-314. 2 Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, PT PustakaRizki Putra, Semarang, 2013, hlm. 12 3 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 39 1

2 berkomunikasi (terutama dalam menggunakan bahasa secara efektif-efisien) dan ikut mampu memahami gejolak serta warna perasaan dari partner komunikasinya (empati). Dalam interaksi sosial, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakininya. Dalam hal ini guru diharapkan mampu menghargai pribadi orang lain yang berbeda dengan dirinya. Pergaulan atau persahabatan hendaknya menjadi transaksi nilai hidup seseorang serta pengembangannya. Seluruh pergaulan yang dialami oleh guru hendaknya dilandasi dengan kesopanan dan kesusilaan.4 Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang semakin kompleks sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kretif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru tidak lagi menjadi satusatunya orang yang paling berpengetahuan luas terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Pada masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang paling pandai di tengah-tengah siswanya. Oleh karena itu, jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, maka akan terpuruk secara professional. Guru akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Dengan demikian guru harus berpikir secara antisipatif dan pro aktif. Artinya guru harus melakukan pembaharuan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus-menerus.5 Asal munculnya sekolah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak-anaknya secara sempurna dan lengkap. Karena itu dibutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal ini lembaga pendidikan, untuk mengembangkan anak-anaknya 4 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, RaSAIL Media Group, Semarang, 2008, hlm. 151 5 Rusdiyana dan Yeti heryati, Pendidikan Profesi Keguruan (Menjadi Guru Inspiratif dan Inovatif), CV Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 81

3 secara relatif sempurna, cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan para personalia sekolah masih memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu dipelajari dan perjuangkan di sekolah.6 Guru sebagai makhluk sosial tentu senantiasa berhubungan dengan orang lain. Sebagai pendidik di sekolah, setiap hari guru selalu bergaul dan menghadapi orang lain, baik siswa, sesama guru, kepala sekolah/madrasah, staf tata usaha, orang tua siswa dan masyarakat. Di kelas guru harus mampu berinteraksi dengan siswa, di sekolah guru harus mampu berinteraksi dengan teman sejawat, sesama guru, kepalasekolah/madrasah sebagai atasan dan karyawan, di luar sekolah guru mampu berinteraksi dengan wali murid dan masyarakat.7 Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai empat kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Guru harus bersungguh-sungguh dalam menguasai empat kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Salah satu dari keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang terkait dengan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya guru harus dituntut memiliki keterampilan berinteraksi dengan masyarakat.8 Guru harus mampu menempatkan diri dimanapun berada, serta dapat membaur dengan masyarakat. Untuk itu kompetensi sosial perlu dimiliki oleh seorang guru, kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat 6 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 168 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 3-4 8 M. Saekhan Muchith, Op. Cit, hlm. 149 7

4 sekitar.9 Seorang guru yang memiliki kompetensi sosial akan diterima baik di lingkungan masyarakat sekitar hal tersebut terjadi karena dapat berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat, dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat dimana guru bertugas, serta mampu mengatasi masalah sosial yang timbul di masyarakat. Oleh sebab itu kompetensi sosial perlu dimiliki oleh setiap guru agar nantinya ia mampu beradaptasi dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah perangkat perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara objektif dan efisien. Ini merupakan penghargaan guru di mayarakat. Kompetensi sosial mencakup perangkat perilaku yang menyangkut :kemampuan interaktif yaitu kemampuan yang menunjang efektivitas interaksi dengan orang lain seperti ketrampilan ekspresi diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain ; keterampilan memecahkan masalah kehidupan seperti mengatur waktu, uang, kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan dan sebagainya. Dengan demikian indicator kemampuan sosial guru adalah mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesame pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali murid, masyarakat dan lingkungan sekitar.10 Observasi sementara yang dilakukan, bahwa di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu Pati dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam, guru Pendidikan Agama Islamnya berusaha meningkatkan kompetensi sosialnya, usaha yang dilakukan diantaranya berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik (mengajar, Pembina ekstra), sesama guru (diskusi), orang tua wali (rapat orang tua wali), masyarakat sekitar (kunjungan langsung kemasyarakat). Hal tersebut agar dapat 9 Burhanuddin Salam, Op. Cit, hlm. 4 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 39 10

5 mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga guru-guru menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat.11 Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara khusus tentang kompetensi sosial, dengan harapan guru Pendidikan Agama Islam di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu Pati akan mampu memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial di masyarakat dan lingkungannya. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis terdorong untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Studi Analisis Kompetensi Sosial Guru PAI di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu Pati Tahun Pelajaran 2015/2016 B. Fokus Penelitian Penelitian kualitatif ini memiliki batasan-batasan tertentu dengan tujuan agar dalam pelaksanaan penelitian ini tidak melebar jauh pada obyekobyek yang tidak relevan. Batasan ini merupakan penjelasan terhadap ketepatan ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Maka perlu dikemukakan tentang fokus yang akan diteliti.12 Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada Studi Analisis Kompetensi Sosial Guru PAI di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu Pati Tahun Pelajaran 2015/2016 C. Rumusan Masalah Berdasarkan focus penelitian di atas dirumuskan diantaranya sebagai berikut : 1. Bagaimana kompetensi sosial guru PAI di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu? 2. Bagaimana faktor yang mendukung dan menghambat kompetensi sosial guru PAI di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu? 11 Wawancara Ibu Siti Fathimah, S.Pd.I selaku waka Kurikulum di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu-Pati, pada hari sabtu, Tanggal 10 April 2016 12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 285

6 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kompetensi sosial guru PAI di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu-Pati. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kompetensi sosial guru PAI di MTs Miftahul Falah Jepat Lor Tayu-Pati E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi khazanah keilmuwan, terutama yang berkaitan dengan kompetensi sosial guru PAI 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepala madrasah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan usaha dalam meningkatkan kompetensi sosial guru PAI. b. Bagi Guru Penelitian ini untuk memberikan motivasi dan meningkatkan kapasitas guru serta pengetahuan dan strategi dalam mengajar dan mendidik di MTS Miftahul Falah Jepat Lor Tayu-Pati.