PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KEDALEMAN WETAN

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords: Make A Match model, Graphic Media, civic education learning

PENERAPAN METODE PERMAINAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD N 2 JATINEGORO TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Keywords: Open Ended Learning Models, Multimedia, Learning, Natural Science.

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL ASSURE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 AMBALRESMI TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TEAM QUIZ DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD N 3 GUNUNGMUJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KASEGERAN

PENGGUNAAN MODEL BAMBOO DANCING

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA

PENGGUNAAN MIND MIND DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KEDUNGWINANGUN

PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE

Kata kunci: Talking Stick, Handout, IPS

PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DISERTAI MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN 2 WONOYOSO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNANAN METODE QIRA ATI DENGAN MEDIA PAPAN FLANEL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TEAM QUIZ DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN 2 KRAKAL TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA REALIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS V SDN 2 BANJURPASAR TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

PENGGUNAAN METODE COURSE REVIEW HORAY

PENGGUNAAN STRATEGI GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWERS

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 5 KUTOSARI TAHUN AJARAN

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 2 GRENGGENG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN AUDIO VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN METODE MENDONGENG DENGAN MEDIA SCRABBLE DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS I SD NEGERI 2 KALIREJO TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN 1 PEJAGOAN TAHUN AJARAN

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN MEDIA REALIA

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KARANGTANJUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 1 SIKAYU TAHUN 2015/2016

Keyword:Question and answer, word card

PENGGUNAAN MODEL RESOURCE BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 2 PEJAGOAN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2012/2013

Keywords: Concept Sentence, puzzle media, writing skills. menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Candiwulan.

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KRACAK

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA KELAS V SDN TIRTOMOYO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR KELAS V SD

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH

Keywords: Quantum Teaching model, visual media, science, learning

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENIGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA PADA SISWA KELAS V SD

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KEDAWUNG

PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARDS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE GUIDED NOTE TAKING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DENGAN MEDIA FLANELGRAF DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BOJONGSARI TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN IRINGAN MUSIK KLASIK DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA UNTUK SISWA KELAS V SD

PENERAPANMODEL KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK

Keyword: CIRC, Learning, Phoem

hidup; e) membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan ilmu IPS sesuai dengan

Keywords: Pair Check, concrete media, fraction

PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE

PENENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KUWARASAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Keywords: Audiovisual media, writing skills, folklore

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN BOROWETAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HORAY DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN DI KELAS IV SD

PENERAPAN TEKNIK INFO BERANTAI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KARANGSARI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE

PENGGUNAAN METODE SCRAMBLE

662 Aplikasi Model Sains...

PENERAPAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI GADUNGREJO

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN BAHAN BACAAN KORAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SDN PENEKET TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Keywords: Directed-Reading-Thinking-Activity (DRTA), images, reading comprehension

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

Kata kunci: Index Card Match, kartu gambar, Bahasa Inggris

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V

Keywords: Index Card Match, card number, Learning Mathematics

PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 3 DOROWATI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 1 SIDOMUKTI

PENERAPAN MODEL RESEARCH BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS V SDN I SIKAYU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWAKELAS V SDN 1 PATUKGAWEMULYO

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KEDALEMAN WETAN Mahmudahtul Amani 1), Harun Setyo Budi 2), Joharman 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Panjer Kebumen Email aam_amy@ymail.com 1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2.,3. Dosen PGSD FKIP UNS Abstract: Application of Experiential Learning Model in Sains Learning Improved for State Elementary School Students In Sixth Grade 1 Kedaleman Wetan Puring Subdistrict In Academic Year 2013/2014. This study aims to: (1) describe the application of Experiential Learning model, (2) know the sains learning improved by apply Experiential Learning model, (3) find the obstacles and solutions in the application of Experiential Learning model. This research is Classroom Action Research in three cyclus consist planning, action, observation,reflection. The conclusions of this research is application of experiential learning model by correct measure can upgrade sains learning for state elementary school students in sixth grade 1 Kedaleman Wetan Puring Subdistrict in academic year 2013/2014. Keywords: Experiential Learning model, sains learning Abstrak: Penerapan Model Experiential Learning Dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Kedaleman Wetan Kecamatan Puring Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penerapan model experiential learning, (2) mengetahui peningkatkan pembelajaran IPA dengan menerapkan model experiential learning, (3) menemukan kendala dan solusi penerapan model experiential learning. Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 3 siklus dengan tahan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model experiential learning dengan pelaksanaan langkah yang benar dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas VI SD Negeri 1 Kedaleman Wetan Kecamatan Puring Tahun Ajaran 2013/2014. Kata Kunci: model Experiential Learning, pembelajaran IPA. PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya. IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk mengusai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. IPA bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Idealnya, 1 pembelajaran IPA digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk menjadi ilmuwan, terutama siswa SD. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan betapa pentingnya mata pelajaran IPA bagi siswa untuk memahami alam dan lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa model pembelajaran yang digunakan guru masih monoton dan peran guru masih sangat dominan. Guru lebih sering menggunakan model-model lama dan bersifat konvensional. Guru belum terlihat mengembangkan model pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, siswa juga kurang mendapat kesempatan untuk aktif

terlibat dalam materi-materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, banyak siswa yang tidak dapat menerima materi yang disampaikan guru secara optimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal. Hal tersebut berdampak pada perolehan nilai proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan data nilai proses dan hasil belajar siswa setelah diadakan pretest, maka diperoleh data bahwa sebagian besar siswa belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70. Dengan adanya kondisi tersebut maka perlu diadakan penelitian untuk memecahkan masalah terkait rendahnya nilai belajar IPA siswa. Solusi yang dirasa paling tepat sesuai dengan kondisi tersebut adalah dengan merubah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Dewey dalam Joyce dan Weil (1986) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran dan untuk menajamkan materi pembelajaran (Majid, 2013: 13). Model pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan kondisi pembelajaran siswa kelas VI SD Negeri 1 Kedaleman Wetan adalah model Experiential Learning. Majid berpendapat bahwa Experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung (2013:93). Langkah pembelajaran model Experiential Learning adalah pengalaman konkret, pengamatan reflektif, konseptualisasi abstrak, dan percobaan aktif. Dengan diterapkannya langkah model Experiential Learning dengan baik, maka siswa akan dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang muncul yaitu 1) bagaimana penerapan model experiential learning dalam peningkatan pembelajaran IPA? 2) apakah penerapan model experiential learning dapat meningkatkan pembelajaran IPA? 3) apa kendala dan solusi penerapan model experiential learning dalam peningkatan pembelajaran IPA? Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan penerapan model experiential learning dalam peningkatan 2 pembelajaran IPA, 2) mengetahui peningkatan pembelajaran IPA dengan menerapkan model experiential learning, 3) menemukan kendala dan solusi penerapan model experiential learning dalam peningkatan pembelajaran IPA. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 1 Kedaleman Wetan Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Jumlah subyek penelitian 25 siswa yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2014 pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Adapun alat pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa lembar soal evaluasi hasil belajar siswa, sedangkan instrumen non tes terdiri dari lembar observasi dan pedoman wawancara yang digunakan sebagai alat pengumpul data terhadap jalannya pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA di kelas VI dengan menerapkan model Experiential Learning sesuai dengan RPP dan skenario pembelajaran yang telah disusun. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam menentukan tindakan sesuai dengan kondisi siswa kelas VI, kemudian pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas. Observer dalam penelitian ini terdiri dari dua orang teman sejawat dan peneliti sendiri. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data pra tindakan dan data tindakan yang berupa hasil penelitian. Data hasil penelitian berupa hasil observasi terhadap penerapan model Experiential Learning oleh guru, penerapan model Experiential Learning oleh siswa, dan hasil tes evaluasi siswa. Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan data kuantitatif berupa data nilai hasil belajar siswa tiap siklus dan analisis kualitatif yang mengacu pada pendapat Miles dan Hiberman (1984), meliputi tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, yang dilakukan selama dan

setelah pengumpulan data selesai (Sugiyono, 2012: 337-345). Untuk menguji dan menjaga keabsahan data, digunakan teknik triangulasi berupa triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan mempertimbangkan data yang bersumber dari guru, siswa, dan observer. Sedangkan dengan triangulasi teknik peneliti mempertimbangkan teknik observasi, wawancara, dan tes. Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas menurut Arikunto. Langkah atau prosedur penelitian tindakan kelas tersebut yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan koordinasi dengan guru kelas VI tentang pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model experiential learning, membuat RPP sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditentukan, konfirmasi jadwal pelaksanaan tindakan dengan guru yang bersangkutan dan menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer, menyiapkan ruang kelas, media pembelajaran, instrumen, dan alat dokumentasi. Pada tahap pelaksanaan menggunakan model Arikunto yang meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, dkk, 2012:16). Pada pelaksanaannya, tahapan ini selalu berhubungan dan berkelanjutan dalam prosesnya, serta mengalami perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil observasi dan refleksi hingga memenuhi hasil atau tujuan yang diharapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan pembelajaran IPA siswa kelas VI SD Negeri 1 Kedaleman Wetan dengan menerapkan model Experiential Learning dilaksanakan dengan tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, dengan alokasi waktu 2x35 menit setiap pertemuan. Data rata-rata hasil observasi yang diperoleh dari tiga orang observer terkait penerapan model Experiential Learning pada pembelajaran IPA oleh guru pada siklus I sampai siklus III adalah sebagai berikut: 3 Tabel 1. Hasil Observasi Pelaksanaan Model Experiential Learning Oleh Guru Pada Siklus I, II dan III Rataratan Keterang- SI SII SIII 2,47 3,07 3,65 3,06 Baik Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa skor rata-rata guru dalam melaksanakan model Experiential Learning pada siklus I mencapai 2,47, hal tersebut menunjukkan bahwa guru kurang memahami langkah-langkah pembelajaran Experiential Learning sehingga pelaksanaan pembelajaran belum berjalan dengan baik. Pada siklus II skor rata-rata guru dalam mengajar meningkat menjadi 3,07 yang menunjukan adanya upaya perbaikan terhadap pelaksanaan guru dalam mengajar. Hal tersebut senada dengan pendapat Padmono yang menjelaskan bahwa Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat meningkatkan pembelajaran dikelas secara profesional (2012:13). Sedangkan pada siklus III skor rata-rata guru menjadi 3,65. Hal ini menunjukan bahwa Experiential Learning sudah berjalan sesuai dengan perencanaan yang ditentukan oleh peneliti. Skor rata-rata guru dalam mengajar dengan menerapkan Experiential Learning pada siklus I, II dan III adalah 3,06 dengan kategori baik. Adapun hasil observasi tentang penerapan model Experiential Learning terhadap siswa pada siklus I sampai siklus III dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Observasi Pelaksanaan Model Experiential Learning Oleh Siswa Pada Siklus I, II dan III Rataratan Keterang- SI SII SIII 2,42 3,07 3,62 3,03 Baik Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa skor rata-rata penerapan model Experiential Learning oleh siswa pada siklus I mencapai 2,42. Hal tersebut disebabkan karena siswa masih beradaptasi dengan penerapan model

Experiential Learning dalam pembelajaran IPA. Pada siklus II aktifitas belajar siswa sudah menunjukan peningkatan, tampak dari skor rata-rata perolehan siswa menjadi 3,07. Namun pada siklus II siswa masih mengalami sedikit kesulitan untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam suatu kelompok. Sedangkan pelaksanaan siswa dalam belajar pada siklus III sudah berjalan dengan lebih baik jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata yang diperoleh sudah mencapai 3,62. Pada siklus III siswa sudah larut dalam aktifitas belajar yang aktif dan menyenangkan. Siswa juga sudah semakin kompak dan mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok. Hal tersebut senada dengan pendapat Majid yang menjelaskan bahwa Salah satu kelebihan model experiential learning adalah menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama dan berkompromi (2013: 95). Skor rata-rata penerapan model Experiential Learning oleh siswa pada siklus I, II dan III adalah 3,03 dengan kategori baik. Untuk perolehan rata-rata nilai proses belajar siswa pada pre test, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai beikut: Tabel 3. Perolehan Proses Belajar IPA Proses Belajar IPA Tindakan Tuntas Belum Tuntas Frek. % Frek. % Pretest 4 16 21 84 Sik. I 17 68 8 32 Sik. II 22 88 3 12 Sik. III 23 92 2 8 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa proses belajar IPA siswa kelas VI semakin baik. Hal tersebut ditunjukkan pada kegiatan sebelum tindakan, siswa yang nilai proses belajar KKM adalah 16% atau sebanyak 4 siswa. Setelah dilaksanakan tindakan dengan menerapkan langkahlangkah pembelajaran Experiential Learning maka kektuntasan hasil belajar siswa pada siklus I naik menjadi 68% atau 17 siswa. Selanjutnya, pada siklus II dilaksanakan upaya perbaikan dari kendala yang muncul pada siklus sebelumnya. Dengan adanya 4 upaya perbaikan tersebut maka ketuntasan proses belajar siswa meningkat menjadi 88% atau sebanyak 22 siswa mencapai KKM. Pada siklus III peneliti kembali menerapkan upaya perbaikan dari pelaksanaan siklus sebelumnya dengan lebih mengarahkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya upaya perbaikan tersebut maka persentase siswa yang mencapai ketuntasan proses belajar semakin meningkat menjadi 92% atau 23 siswa. Untuk perolehan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pra tindakan atau pre test, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai beikut: Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar IPA Hasil Belajar IPA Tindakan Tuntas Belum Tuntas Frek. % Frek. % Pretest 2 8 23 92 Sik. I 21 84 4 16 Sik. II 23 92 2 8 Sik. III 24 96 1 4 Berdasarkan tabel 4 tampak bahwa proses belajar IPA siswa kelas VI semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan pada kegiatan pretest, siswa yang mencapai nilai hasil belajar KKM adalah 8% atau 2 siswa. Setelah dilaksanakan tindakan dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran Experiential Learning maka kektuntasan hasil belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi 84% atau 21 siswa. Selanjutnya, pada siklus II dilaksanakan upaya perbaikan dari kendala yang muncul pada siklus sebelumnya. Hal tersebut senada dengan pendapat Padmono yang menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian yang dinamis dan tidak selalu pasti berhasil, untuk itu tindakan perlu dikaji ulang, diperbaiki dan diperkuat melalui suatu model penelitian siklus (2012: 64). Dengan adanya upaya perbaikan tersebut maka hasil belajar siswa meningkat menjadi 92% atau sebanyak 23 siswa mencapai KKM. Pada siklus III peneliti kembali menerapkan upaya perbaikan dari pelaksanaan siklus sebelumnya dengan lebih mengarahkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya upaya perbaikan tersebut maka persentase siswa

yang mencapai ketuntasan hasil belajar kembali meningkat menjadi 96% atau 24 siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian selama tiga siklus pada penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Experiential Learning Dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Kedaleman Wetan Kec. Puring Tahun Ajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa: 1) penerapan model experiential learning dalam upaya peningkatan pembelajaran IPA, diterapkan dengan langkah yang tepat yaitu pengalaman konkret, pengamatan reflektif, konseptualisasi abstrak, dan percobaan aktif; 2) penerapan model experiential learning dengan pelaksanaan langkah yang benar dapat meningkatkan pembelajaran IPA. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai proses pembelajaran IPA melebihi indikator kinerja (85%) yaitu mencapai 92% dan hasil belajar siswa yang mencapai nilai minimal KKM (70) sebesar 96%; 3) penerapan model experiential learning dalam peningkatan pembelajaran IPA mengalami kendala dan solusi, namun dapat diselesaikan sejalan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Selanjutnya dari hasil penelitian diatas, peneliti memberikan saran kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran Experiential Learning pada pembelajaran dikelas karena penerapan model pembelajaran Experiential Learning dengan langkah-langkah yang benar terbukti dapat meningkatkan nilai proses dan hasil belajar siswa. Selanjutnya peneliti juga memberikan saran kepada sekolah untuk melengkapi media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Padmono. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Pelangi Press Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta 5