BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

bahwa kaum lelaki yang memegang 1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

Bentuk Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek),

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. dampak kemajuan teknologi dan informasi, serta perubahan gaya hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai Negara hukum, pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban untuk mengatur semua peri kehidupan warga negaranya termasuk dalam hal perkawinan. Pemerintah menganggap penting untuk mengeluarkan suatu Undang-undang yang mengatur kehidupan berkeluarga yang merupakan sendi dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor I (satu) Tahun 1974, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019. Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami-istri yang saling bantu melengkapi dan saling mengembangkan kepribadian atas dukungan dan dorongan pasangannya. Dalam perkawinan juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan keturunan serta kehidupan biologis berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Perkawinan juga ditunjuk sebagai suatu lembaga sosial untuk mewujudkan kebahagiaan keluarga sejahtera spiritual-materiil. Perkawinan yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berisi: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara tegas pula, Pasal 30-34 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 membedakan tugas dan kewajiban suami istri, yaitu suami sebagai kepala rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah tangga. 1

2 Sudah diketahui bahwasannya Indonesia adalah suatu masyarakat yang patriarkhal, dan kondisi faktual ini tidak dapat diingkari. Patriarkhal sebagai suatu struktur komunitas bahwa kaum lelaki yang memegang kekuasaan, dipersepsi sebagai struktur yang menderogasi perempuan, yang dalam kenyataan tergambar baik dalam kebijakan pemerintah maupun dalam perilaku masyarakat 1, dan tindakan kekerasan yang terjadi terhadap istri lebih sering terjadi karena sistem budaya patriarkhal. Secara kultural masyarakat Indonesia masih ada persepsi mengenai status dan peran laki-laki dianggap lebih dominan dari pada status dan peran perempuan. Kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, sering terjadinya masalah dalam suatu rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga banyak dilakukan oleh suami terhadap istri. Berbagai kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri ialah berupa penyiksaan fisik, omongan kasar, pelecehan seksual, omelan sampai pembunuhan. Penyebab eksternal timbulnya tindak kekerasan terhadap istri berkaitan dengan hubungan kekuasaan suami-istri dan diskriminasi jender di kalangan masyarakat. Kekuasaan merupakan kata serapan dari kata potere bermakna saya dapat, yang secara esensi berarti menguasai. Saya dapat melakukan sesuatu untuk mendapatkan kekuasaan. Saya dapat menghasilkan efek pada sesuatu atau seseorang (Fathul Djanah, 2003: 16) 2 Sebagai sumber hukum formal KUHP memberi definisi tentang kekerasan pada Pasal 89. Menurut Pasal 89, yang dimaksud dengan 1 Achie SudiartiLuhulima,S.H.,M.A. Pemahaman Bentuk -Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Pemecahannya, P.T.ALUMNI, Jakarta, 2000, hlm. 76 2 Dr. Hj. Fathul Djanah, S.H. MS., dkk, Kekerasan Terhadap Istri, LkiS,Yogyakarta, CIDE- ICIHEF, Jakarta, 2003, hlm. 16

3 kekerasan, yaitu membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi. Pasal yang khusus mengatur mengenai kekerasan tidak terdapat lagi dalam KUHP, meskipun dalam Pasal 356 KUHP memberikan pemberatan hukuman, yaitu ditambah sepertiganya apabila penganiayaan dilakukan terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya. KUHP tidak mengatur secara khusus mengenai kekerasan terutama terhadap istri. Kekerasan menurut KUHP disamakan dengan kejahatan kesusilaan dan atau penganiayaan. Keadaan ini dapat diartikan bahwa pemerintah belum memahami masalah yang dihadapi kaum perempuan yang merupakan mayoritas jumlah penduduk Indonesia. Masalah yang paling mendasar adalah masalah jender yang mempunyai akibat bagi kedudukan perempuan di masyarakat maupun pemerintah. Banyak kekerasan yang terjadi terhadap istri yang dilakukan oleh suami tanpa mendapatkan sanksi yang tegas. Tidak dapat dipungkiri bahwa aparat penegak hukum masih kurang peduli atas masalah tindakan kekerasan terhadap istri. Aparat beranggapn bahwa rumah tangga bukan wilayah kerja mereka. Tindakan kekerasan ditempatkan sebagai bukan kejahatan, seperti halnya perampokan, pembunuhan, maupun penculikan. Padahal penderitaan korban mungkin lebih sakit dari pada dirampok. Tidak ada perempuan yang mengharapkankehidupan rumah tangganya diwarnai kekerasan. Seorang istri pasti mengaharapkan kebahagiaan lahir batin dari seorang suaminya. Tindakan kekerasan di dalam rumah tangga tersebut dapat berakibat fatal bagi para korbannya, salah satunya apabila

4 sampai korbannya tersebut menjadi cacat yang permanen, maka dapat dibayangkan bagaimana penderitaan yang dialami korban tersebut karena harus mengalami cacat seumur hicupnya. Selain itu dapat juga menimbulkan trauma yang berkepanjangan bagi para korbannya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga? 2. Apa kendalanya dalam perlindungan hukum terhadap istri sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang perlindungan apa saja yang diberikan oleh hukum kepada istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. 2. Mengetahui dan memperoleh data tentang kendala dalam perlindungan hukum terhadap istri sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai upaya-upaya untuk menyelesaikan kekerasan terhadp istri, serta perlindungan hukum pidana terhadap istri yang menjadi korban kekerasan.

5 2. Bagi Pengetahuan Penulisan hukum ini diharapkan dapat atau mampu memberikan suatu referensi tentang penyelesaian kekerasan terhadap istri, serta perlindungan hukum pidana terhadap istri yang menjadi korban kekerasan. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu pengertian yang lebih mendalam tentang perlindungan hukum pidana dan penyelesaian terhadap kekerasan terhadap istri. E. Batasan Konsep Pada penelitian ini, adapun memiliki batasan konsep adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan Hukum Perbuatan yang didasarkan pada peraturan perundang undangan untuk memberikan tempat berlindung bagi seseorang yang membutuhkan sehingga merasa aman terhadap ancaman sekitarnya. 2. Istri Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang sah yang berjenis kelamin wanita yang dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan itu masing-masing. 3. Korban Korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohaninya. 4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Dalam Rumah Tangga yang dimaksud Kekerasan

6 Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam Iingkup rumah tangga. F. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian hukum yang digunakan pada penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang berfokus pada norma yang berlaku. Penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. 2. Sumber Data Bahan hukum yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum positif yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan: 1) Undang-undang Dasar 1945 2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana 3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

7 b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Di dalam penelitian ini, penulis mengambil data dari buku-buku ataupun literatur yang berhubungan dengan permasalahan hukum yang diteliti, dan juga dari hasil penelitian yang penulis lakukan di LSM yang menangai perempuan yang menjadi korban dalam rumah tangga, serta data juga diambil dari pendapat hukum yang berhubungan dengan permasalahan hukum yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini, metode pengumpulan data di dalam penelitian hukum normatif adalah dengan cara : 1) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah mengkaji suatu informasi-informasi tentang hukum, yang berasal dari berbagai macam sumber, dan hasil dari studi kepustakaan tersebut dipublikasikan secara luas kepada masyarakat, yaitu dengan dilakukannya suatu kajian tentang literatur, dan juga karangan-karangan ilmiah. 2) Wawancara Dengan Hidayatun Rahayu SH Wawancara dengan narasumber adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis ataupun peneliti kepada narasumber yang berfungsi untuk mendapatkan informasi-informasi berupa pendapat

8 hukum untuk permasalahan hukum yang diteliti yang berhubungan dengan perlindungan hukum dan juga kendalanya dalam kekerasan dalam rumah tangga. 4. Metode Analisis Pada penelitian hukum normatif ini digunakan analisis kualitatif yaitu data mengenai permasalahan hukum yang diteliti yang sudah didapat kemudian dikumpulkan, dikelompokkan secara sistimatis sehingga memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai permasalahan hukum yang diteliti. G. Sitematika Penulisan Hukum BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian. BAB II : TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP ISTRI SEBAGAI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Dalam bab ini membahas tentang perlindungan istri sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga yaitu terdiri sub-sub bab, antara lain yaitu tinjauan hukum pidama dalam memberikan perlindungan hukum, tinjauan umum kekerasan dalam rumah tangga, dan bentuk

9 perlindungan hukum bagi istri sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga. BAB III : PENUTUP Bab yang terakhir ini terdiri dari sub bab pertama berupa kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang diperoleh dari hasil analisia secara kualitatif. Keseluruhan dari penulisan hukum ini dan pada sub bab kedua berisi tentang saran yang berhubungan dengan kesimpulan terakhir.