PENELITIAN PENYEBAB PERSALINAN PRETERM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia lebih atau sama dengan 35 tahun. Kelompok usia ini sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

Promotif, Vol.2 No.1 Okt 2012 Hal KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANGAN KASUARI RSU ANUTAPURA PALU

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

Transkripsi:

PENELITIAN PENYEBAB PERSALINAN PRETERM Riyanti Imron *, Amrina Oktaviana * Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait dengan mortalitas dan morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot kurang dari 2500 gram saat lahir, bayi prematur juga rentan terhadap kompresi kepala dikarenakan lunaknya tulang tenggkorak dan immaturitas jaringan otak, perdarahan intrakranial 5 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur, dapat terjadi sindrom distres respirasi (RDS) yang menyebabkan 44% bayi meninggal pada bayi kurang dari 1 bulan, jika berat bayi kurang dari 100 gram angka kematian sebesar 74%, bayi kuning (jaundice), necrotising enterocolitis (radang usus, hipoglikemia, hipotermi, dan infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan preterm sebanyak 226 orang. Sampel yang digunakan total populasi. Data yang di kumpulkan adalah data sekunder. Alat ukur dalam penelitian ini adalah checlist dengan melihat catatan medical record pasien, analisis yang di gunakan adalah univariat dengan menggunakan prosentase. Hasil penelitian didapatkan persalinan preterm yang terbanyak adalah responden berusia <20 - >35 tahun (59,3%), memiliki pendidikan rendah (61.9%), memiliki paritas primipara (59%), melakukan pekerjaan berat (48,2%), terbanyak memiliki riwayat penyakit kronis (51,3%). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa persalinan preterm dapat pengaruhi oleh faktor usia, pendidikkan, paritas, pekerjaan. Untuk itu di sarankan kepada masyarakat khususnya ibu hamil untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan KIE dan pelayanan kepada ibu hamil yang beresiko. Kata Kunci : Penyebab Persalinan Preterm LATAR BELAKANG Data terakhir pada tahun 2010 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target MDGs. Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah nasional (RPJMN), tahun 2010 2014, sasaran pembangunan kesehatan adalah menurunnya AKI sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup, meningkatnya harapan hidup (72 tahun), menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 15 %. Salah satu faktor yang memunculkan kasus mortalitas adalah persalinan prematur atau penghentian kehamilan sebelum waktunya, yaitu pada usia kehamilan antara 20-36 minggu. Akibatnya akan lahir bayi prematur dengan berat lahir antara 500 gram sampai kurang dari 2.500 gram. (Krisnadi, 2009) Penyebab sekitar 50% kelahiran kurang bulan tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan kurang bulan terjadi setelah ketuban pecah dini (Preterm Premature Rupture Of Membranes). Komplikasi kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan kurang bulan, meliputi kehamilan ganda, hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi tertentu seperti polinefritis dan korioamnonitis (Andersen, Merkatz, 1990). Faktor penyebab persalinan kurang bulan diantaranya ibu dengan paritas pertama dan paritas kelima atau lebih, karakteristik ibu yang mengalami persalinan kurang bulan yaitu paritas atau interval atau jumlah kehamilan, usia dibawah 18 20 tahun dan diatas 35 tahun dan ibu yang bekerja berat. Selain itu ada riwayat reproduksi yang menjadi faktor persalinan preterm yaitu pernah mengalami persalinan preterm sebelumnya, pernah mengalami ketuban pecah dini dan pernah mengalami keguguran. Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait dengan mortalitas dan morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot

kurang dari 2500 gram saat lahir, bayi prematur juga rentan terhadap kompresi kepala dikarenakan lunaknya tulang tenggkorak dan immaturitas jaringan otak, perdarahan intrakranial 5 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur, dapat terjadi sindrom distres respirasi (RDS) yang menyebabkan 44% bayi meninggal pada bayi kurang dari 1 bulan, jika berat bayi kurang dari 100 gram angka kematian sebesar 74%, bayi kuning (jaundice), necrotising enterocolitis (radang usus, hipoglikemia, hipotermi, dan infeksi. Dari hasil penelitian tahun 2006, RSUD Ujung Berung atau kini telah berganti nama RSUD Kota Bandung, angka kejadian persalinan kurang bulan pada tahun 2010 sebanyak 165 kasus (11,53%) dari 1431 kejadian persalinan normal. Hal ini merupakan angka 2 tertinggi kejadian persalinan kurang bulan dari 6 Rumah Sakit di Kota dan Kabupaten Bandung setelah RSUD Cibabat sebanyak 205 kasus (11,57%) dari 1702 kasus persalinan normal.pada tahun 2007, RSUD Kota Bandung terdapat 164 kasus (11.5%) persalinan preterm dari 1402 persalinan normal. Berdasarkan data presurvei di Provinsi Lampung di dapatkan data tentang terjadinya prematur pada Tahun 2010 sebanyak 1130 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2010). Persalinan prematur yang ada di RSUD Abdoel Moelok Provinsi Lampung diketahui tahun 2009 sebanyak 232 kasus, Tahun 2010 sebanyak 373 kasus (16,67%). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penyebab persalinan preterm. METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian untuk mengetahui penyebab persalinan preterm seperti usia, pendidikan, paritas, pekerjaan dan riwayat penyakit. Penelitian dilakukan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Populasi adalah seluruh ibu bersalin dengan persalinan preterm sebanyak 266 responden yang melahirkan di Ruang Delima RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2011 dan semua populasi di ambil sebagai sampel. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2012. Data yang dikumpulkan data sekunder yang di ambil dari catatan medical record pasien. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar Checklist. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dengan menggunakan frekuensi dan prosentase. HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia f % <20 - >35 134 59,3 20-35 92 40,7 Jumlah 226 100 Tabel 1 diketahui bahwa yang terbanyak mengalami persalinan preterm adalah usia <20->35 tahun yaitu sebanyak 134 responden (59,3%). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan f % Rendah 157 61,9 Tinggi 126 38,1 Jumlah 226 100 Tabel 2 diketahui pendidikan responden yang terbanyak adalah pendidikan rendah yaitu sebanyak 140 responden (61.9%). Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Paritas f % Primipara 157 59 Multipara 109 41 Jumlah 266 100 Tabel 3 diketahui responden yang terbanyak adalah primipara yaitu sebanyak 157 responden (59%).

Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan f % Berat 117 51,8 Tidak berat 109 48,2 Jumlah 266 100 Tabel 4 diketahui responden yang terbanyak adalah yang memiliki pekerjaan berat yaitu sebanyak 117 responden (51,8%). Tabel 5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit kronis Riwayat Peny. kronis f % Ada 116 51,3 Tidak ada 110 48,7 Jumlah 266 100 Tabel 5 diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah yang memiliki riwayat penyakit kronis yaitu sebanyak 116 responden (51,3%). PEMBAHASAN Usia terbanyak adalah berusia usia <20 - >35 tahun yaitu sebanyak 134 responden (59,3%), sisanya berusia 20 35 sebanyak 92 responden ( 40,7%). Usia reproduksi sehat menurut Sarwono (1999:23) adalah 20-29 tahun, usia yang beresiko di bawah 20 tahun dan kembali beresiko 30-35 tahun dan lebih dari 35 tahun (Manuaba, 1998). Beberapa penelitian yang dilakukan dimana karakteristik ibu yang mengalami persalinan kurang bulan yaitu umur dibawah 18 20 tahun dan diatas 35 tahun dan ibu yang bekerja berat. Dari literatur lain pun mengatakan bahwa pada ibu muda atau ibu hamil dengan umur kurang dari 20 tahun merupakan risiko tinggi yang dapat mengancam ibu dan bayi. Hal ini disebabkan pada ibu muda atau ibu hamil dengan umur kurang dari 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal dan secara psikologis belum tercapai emosi kejiwaan yang cukup matang, sehingga akan mempengaruhi pada penerimaan/persiapan kehamilan, yang pada akhirnya akan berdampak pada pemeliharaan perkembangan janin yang dikandungnya, hal ini juga salah satu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya persalinan kurang bulan (Muchtar Rustam, 1998) Begitu pula pada ibu yang berumur tua terutama ibu hamil dengan umur lebih dari 30 tahun merupakan risiko tinggi untuk terjadinya persalinan kurang bulan karena akan menimbulkan komplikasi pada kehamilan dan merugikan perkembangan janin selama dalam periode kandungan, hal ini karena adanya kemunduran fungsi fisiologis dan reproduksi secara umum. (Sarwono, 2001). Selain itu ibu yang berusia tua tidak menutup kemungkinan mempunyai riwayat obstetri, seperti riwayat persalinan kurang bulan, riwayat abortus atau primi tua. Riwayat obstetri ini dapat meningkatkan insidensi persalinan kurang bulan. Hasil penelitian tentang karakteristik ibu yang melahirkan bayi prematur di RS St. Elisabeth Medan tahun 1999-2004 didapatkan hasil kelompok umur <20->35 tahun sebanyak (74,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di RSUD Kota Bandung Tahun 2007, persalinan kurang bulan tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 35 tahun dan paling rendah pada kelompok usia kurang dari 19 tahun. diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan yang terjadi pada usia muda < 20 tahun ataupun > 35 tahun lebih cendrung beresiko mengalami persalinan preterm di bandingkan dengan usia 20-35 tahun. Untuk itu di sarankan pada tenaga kesehatan untuk terus menerus memberikan penyuluhan pada remaja atau kelompok ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun agar menunda kehamilannya

dan pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun agar mengakhiri kehamilannya untuk mencegah kehamilan atau persalinan resiko tinggi. maupun tidak langsung (brosur, buku KIA) pada kelompok ibu hamil agar dapat menambah pengetahuan terutama tentang cara menjaga kehamilan dengan baik. Pendidikan terbanyak adalah responden yang mempunyai pendidikan rendah yaitu sebanyak 140 responden (61.9%), sisanya responden dengan pendidikan tinggi yaitu 126 (38,1%). Menurut beberapa ahli salah satunya Dictionory of Education pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Ihsan Fuad, 2005). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan dalam menjaga kesehatan terutama dalam kehamilan. Hasil penelitian oleh Eka Putra di RSUD kota Bandung tahun 2009 berdasarkan kelompok pendidikan, yang tertinggi yaitu kelompok pendidikan SMP sebanyak 194 kasus (59,7%) Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seseorang atau ibu dapat berpengaruh dengan persalinan preterm, hal ini di sebabkan karena ibu yang mempunyai pendidikkan yang rendah cendrung malas untuk mencari informasi yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan bayi sewaktu hamil sehingga ia malas untuk memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan. Untuk itu di sarankan pada tenaga kesehatan untuk terus menerus memberikan penyuluhan baik langsung Paritas terbanyak adalah responden primipara yaitu sebanyak 157 responden (59%), sisanya multipara sebanyak 109 responden (41%). Kehamilan remaja akan meningkatkan kejadian persalinan preterm, persalinan preterm lebilh sering terjadi pada primipara (Prematuritas, 2009). Terjadinya persalinan kurang bulan, pada primipara terutama yang berumur belasan tahun diduga disebabkan kehamilan pertama merupakan sebuah percobaan berat terhadap kemampuan reproduksi ibu, dimana akan timbul penyulit kehamilan. Penyulit kehamilan ini dapat disebabkan dengan komplikasi yang menyertainya misalnya ketuban pecah dini, infeksi selaput ketuban, gemeli, perdarahan antepartum ataupun stress yang berhubungan dengan lingkungan yang memungkinkan untuk terjadinya persalinan kurang bulan baik secara persalinan spontan maupun buatan, karena tidak memungkinkannya kehamilan tersebut untuk dipertahankan. Hasil penelitian menyatakan bahwa seorang ibu dengan paritas 1 lebih sering beresiko tinggi di bandingkan dengan paritas lebih dari 4 untuk mengalami persalinan preterm, namun pada peneliti mendapatkan hasil persalinan preterm terbanyak terjadi pada usia muda < 20 tahun hal tersebut di karenakan alat reproduksi yang belum siap dalam kehamilan. diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan pada primipara akan lebih beresiko terjadinya kesulitan dan semakin meningkatkan kejadian persalinan preterm. hal ini kemungkinan terjadi disebabkan karena ketidaksiapan alat reproduksi pada

usia muda serta kesadaran ibu-ibu untuk memeriksakan kehamilannya. Dari hasil penelitian diatas sangat dianjurkan untuk memberikan konseling berupa mengikuti program keluarga berencana sehingga jumlah anak dan jarak kehamilan dapat diatur agar kehamilan selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan amam sehingga kematian maternal dan neonatal dapat menurun. Pekerjaan terbanyak adalah responden yang memiliki pekerjaan berat yaitu sebanyak 117 responden (48,2%), sisanya responden yang tidak mempunyai pekerjaan berat yaitu 109 responden (48,2%). Ibu rumah tangga dengan pekerjaan di rumah yang berat. Pekerjaan yang terlalu berat akan mempengaruhi kondisi ibu disaat hamil. Kelelahan yang berlebihan dapat diakibatkan oleh beban kerja terlalu berat dan posisi tubuh saat bekerja. Kebiasaan mengangkat barang-barang berat didalam pekerjaan sehari-hari pada wanita hamil akan menyebabkan gangguan kesehatan yaitu gangguan tulang punggung dan tulang belakang. Hal ini akan membahayakan kehamilannya dan kemungkinan terjadinya persalinan kurang bulan. Pekerjaan ibu rumah tangga yang berat seperti mengangkat beban yang terlalu berat akan meningkatkan risiko persalinan kurang bulan, karena mengangkat beban yang berat bisa meningkatkan tekanan intra abdomen yang akibatnya meningkatkan kontraksi uterus. (UNPAD FK D4 Kebidanan, 2005). Selain itu jenis pekerjaan yang dapt berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian persalinan preterm adalah bekerja terlalu lama, pekerjaan fisik yang berat dan pekerjaan yang menimbulkan stres seperti berhadapan dengan konsumen atau terlibat dengan masalah uang/kasir (Krisnadi,2009). diatas maka dapat di simpulkan pekerjaan ibu rumah tangga yang berat seperti mengangkat beban yang terlalu berat akan meningkatkan risiko persalinan kurang bulan, karena mengangkat beban yang berat bisa meningkatkan tekanan intra abdomen yang akibatnya meningkatkan kontraksi uterus. Untuk itu sangat dianjurkan agar tenaga kesehatan khususnya bidan memberikan konseling untuk mengurangi pekerjaan berat selama hamil serta rutin melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama hamil, hal ini dikarenakan pekerjaan ibu dapat meningkatkan kejadian persalinan preterm melalui kelelahan atau stress yang timbul akibat pekerjaanya (Krisnadi, 2009). Riwayat Penyakit kronis terbanyak adalah responden yang memiliki riwayat penyakit kronis yaitu sebanyak 116 responden (51,3%), sisanya responden yang tidak memiliki riwayat penyakit yaitu 110 responden (48,7%). Peneliti dari universitas Bergen di Norwegia mendapatkan anak yang lahir dari wanita yang menderita penyakit infeksi seperti keputihan dan menderita pre-eklampsi dan eklampsi, ibu bersalin dengan placenta Previa mengalami lebih dari dua kali beresiko menderita persalinan preterm kelainan dibandingkan dengan yang lainnya (www.medicastore.com). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan di Rumah sakit Dr. H Soewondo Kendal (2006) dan didapatkan 100 kasus persalinan preterm di sebabkan karena pre-eklampsi berat dan menderita penyakit infeksi. Beradasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa hampir setengah responden yang mempunyai riwayat preeklampsia sebanyak 43,6%. Menurut Sarwono (2009), penyebab terjadinya persalinan preterm 2% adalah penyakit kronis yang diderita ibu bersalin, sehingga memperburuk keadaan ibu disaat hamil seperti riwayat preterm sebelumnya,

KEK, eklamsi dan eklamsi adalah diabetes melitis tipe 2, hypertensi, gagal ginjal,tbc,dan penyakit degeneratif seperti lupus, srtuma, kusta, riwayat preterm terdahulu. diatas maka dapat di simpulkan penyakit kronis yang pernah di derita ibu saat hamil berhubungan dengan terjadinya persalinan kurang bulan. Untuk itu sangat dianjurkan agar tenaga kesehatan khususnya bidan memberikan konseling untuk menganjurkan ibu agar rajin memeriksakan kesehatan ibu dan bayi selama hamil minimal 4 kali selama hamil, agar kesehatan ibu terjamin hingga waktu persalinan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persalinan preterm dialami ibu-ibu berusia <20 - >35 tahun yaitu sebanyak 134 responden (59,3%), memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 140 responden (61.9%), memiliki paritas primipara yaitu sebanyak 157 responden (59%), melakukan pekerjaan berat yaitu sebanyak 117 responden (51,8%), dan memiliki riwayat penyakit kronis yaitu sebanyak 116 responden (51,3%). * Dosen pada Prodi Kebidanan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia 2005, Depkes RI, Jakarta. 2008. Dinkes Provinsi Lampung, Profil Kesehatan Lampung Tahun 2006, Dinkes Provinsi Lampung, Lampung. 2007. Khoman, J. Slamet. Perdarahan Hamil Tua Dan Perdarahan Post Partum. Jakarta, 1992 Krisnadi, Dkk. 2009. Prematuritas. Rshs : Bandung Krisnadi Sr. Kelainan Lama Kehamilan. Obstetri Patologi Ed2. Ecg: Bandung Machfoed, Ircham.2007. Statistika Deskriptif. Fitramaya: Jakarta Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Egc. Jakarta. 1998. Mochtar, Rustam Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jilid I Ed. Ke-2. Dr. Delfi Lutan Sp.Og Editor. Egc. Jakarta. 1998. Rudi A, Rizani A, Marwansyah, 2007. Tinjauan Angka Dan Faktor Risiko Persalinan Preterm Di Rumah Sakit Dr.Moh.Hoesin Palembang. Unsri Sulistiyowati, Andriani, 2008. Hubungan Antara Faktor Determina Ibu Dengan Kejadian Persalinan Prematur di RSU. Dr. Saiful Anwar Malang. Unair Universitas Padjajaran, 2006. Obstetri Fisiologi. ECG: Jakarta Purniawatun.2010.KTI Karakteristik Ibu Bersalin Yang Mengalami Persalinan Preterm Di Rsud Pringsewu Tahun 2009. Poltekkes Tanjung Karang.