POLA SPASIAL SEBARAN MATERIAL DASAR PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding PIT VII ISOI 2010 ISBN : Halaman POLA SPASIAL KEDALAMAN PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

POLA SPASIAL KARAKTERISTIK PANTAI DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR BUNGUS TELUK KABUNG, SUMATRA BARAT TAHUN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI PULAU WANGIWANGI, KABUPATEN WAKATOBI

GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KANDUNGAN TOTAL SUSPENDED SOLID DAN SEDIMEN DI DASAR DI PERAIRAN PANIMBANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB II TINJAUAN UMUM

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar 6. Peta Kabupaten Karawang

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DETERMINATION OF MARINE TOURISM REGION IN WANGI-WANGI ISLAND WITH

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS SEDIMEN PERMUKAAN DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU GILI LABAK KABUPATEN SUMENEP

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

Kandungan Unsur Tanah Jarang Sedimen Permukaan Dasar Laut di Perairan Kampar, Propinsi Riau. Abstract

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SEDIMENTASI TERHADAP PENYEBARAN TERUMBU KARANG DI TELUK WONDAMA, PAPUA

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

MAJUNYA GARIS PANTAI YANG DIAKIBATKAN OLEH PROSES SEDIMENTASI DI SEPANJANG PANTAI PERAIRAN KABUPATEN REMBANG

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

KETERDAPATAN EMAS DAN PERAK DALAM SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT DI PERAIRAN BAYAH DAN CIHARA, BANTEN SELATAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

Transkripsi:

POLA SPASIAL SEBARAN MATERIAL DASAR PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG Yulius, G. Kusumah & H.L. Salim Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati BRKP-DKP Jl. Pasir Putih I Ancol Timur-Jakarta 14430, Telp (021) 64711583, E-mail: chani_ok@yahoo.com dan yulius_wilnon@dkp.go.id ABSTRAK Teluk Bungus memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial dengan posisinya yang sangat strategis dekat dengan ibukota provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sebaran material dasar perairan dengan menggunakan SIG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis spasial.berdasarkan hasil analisis secara spasial, diperoleh bahwa untuk sebaran material dasar perairan pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) pasir dengan areal seluas 64,66 hektar, (2) karang berpasir dengan areal seluas 143,85 hektar, (3) pasir berlumpur dengan areal seluas 1145,14 hektar dan (4) berbatu dengan areal seluas 30,07 hektar. Kata kunci: Sistem Informasi Geografis (SIG), material dasar perairan, Teluk Bungus. ABSTRACT Bungus Bay has potential natural resources with strategic position near the capital of West Sumatra Province. The study aims to define sub-surfacesubstrates using GIS technique. The methods used in this study is spatial analysis using GIS.The result shows that sub-surface substratesat Bungus Bay area can be divided into four types, these are: (1) sand with area of 64,66 hectare, (2) coral sandwith area of 143,85hectare, (3) muddy sandwith area of 1145,14hectare and (4) rocky with area of 30,07hectare. Keywords: Geographic Information System (GIS), bottom substrates, Bungus Bay. Diterima (received): 27-8-2011; disetujui untuk publikasi (accepted): 6-10-2011 127

PENDAHULUAN Teluk Bungus memiliki panjang garis pantai 21.050 meter dan panjang teluk 5.418 meter, volume 223.255.052,2 m 3, memiliki bentuk permukaan yang cenderung membulat dan luas permukaannya1383,86 Ha (Kusumah dan Salim, 2008).Teluk ini termasuk dalam Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan merupakan salah satu kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang dengan luas 100,78 km 2 dan jumlah penduduk 23.400 jiwa (BPS, 2006). Secara astronomis kecamatan ini berada pada posisi 01 0 01 21 01 0 05 02 Lintang Selatan (LS) dan 100 o 21 58 100 0 26 36 Bujur Timur (BT) dan terletak di bagian barat pantai Pulau Sumatera. Kecamatan Bungus Teluk Kabung berada pada ketinggian rata-rata sekitar 0-5 m dpl untuk daerah pesisir, dan < 850 m untuk daerah perbukitan. Temperatur berkisar antara 22,5 C 31,5 C dan curah hujan 314,47 mm/bulan. Secara geografis berbatasan langsung dengan : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Pantai Barat Sumatera atau Samudera Hindia, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan. Secara administratif Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki 6 (enam) kelurahan, yaitu: Teluk Kabung Selatan, Bungus Selatan, Teluk Kabung Tengah, Teluk Kabung Utara, Bungus Timur dan Bungus Barat. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2004-2013 Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan daerah yang termasuk pada Sentra Pertumbuhan Selatan Kota Padang. Kawasan yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut ini direncanakan sebagai kawasan andalan pengembangan industri maritim, wisata bahari, dan daerah perlindungan (Pemerintah Kota Padang 2004). Teluk Bungus memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial dengan posisinya sangat strategis dekat dengan ibukota provinsi Sumatera Barat dan berada di selatan Teluk Bayur, tepatnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Teluk Bungus merupakan wilayah yang cukup memiliki keanekaragaman pemanfaatan laut terutama pesisirnya. Keanekaragaman itu terlihat dari adanya kawasan pelabuhan, industri, permukiman, perkebunan, wisata serta kawasan konservasi. Secara langsung maupun tidak langsung, jenis kegiatan yang berada di wilayah ini telah merubah sebaran material dasar perairannya, disamping perubahan yang diakibatkan oleh dinamika alami pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sebaran material dasar perairan di Teluk Bungus Kota Padang dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG). BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Teluk 128

Bungus, wilayah pesisir barat Kecamatan Bungus Teluk Kabung, selatan Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2006. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat penelitian yang digunakan yaitu; grab sampler untuk pengambilan contoh dasar laut, peta laut Teluk Bungus untuk orientasi di lapangan, GPS untuk mendapatkan posisi geografis, kamera digital untuk pemotretan kondisi eksisting di lapangan dan alat tulis. Pengumpulan Data Data yang digunakan meliputi data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan cara melakukan survei dan observasi langsung di lapangan (Tabel 1). Data sekunder diperoleh dari Bappeda Kota Padang, PRWLSDNH BRKP-DKP, PPGL dan AMS (Tabel 2). Dari data sekunder banyak diperoleh gambaran kondisi fisik dan garis pantai yang terdapat di Teluk Bungus secara menyeluruh. Penelitian ini dilakukan pada saat musim timur, sehingga tidak menutup kemungkinan pola sedimentasi akan berubah ketika memasuki musim barat, karena pergantian musim berpengaruh terhadap kekuatan angin, gelombang dan pola arus (Darlan, 1996). Agar lebih informatif, dari data sebaran sedimen tersebut selanjutnya dibuat Peta Sebaran Material Dasar Perairan daerah penelitian (Gambar 2). Tabel 1. Pengumpulan Data Primer. No. Jenis Data Teknik Pengumpulan 1. Data material dasar perairan Alat yang digunakan Lokasi Pengumpulan Data Grab Sampling Grab sampler Pantai Teluk Bungus 2. Posisi geografis Plotting GPS Garmin 12 XL Pantai Teluk Bungus 129

Gambar 2. Lokasi Pengamatan dan Sebaran Material Dasar Perairan Tabel 2. Pengumpulan Data Sekunder No. Jenis Data Teknik Pengumpulan 1. 2. 3. 4. Citra Ikonos (2005) Material Dasar Perairan (2006) Peta Topografi (1943) Peta RTRW (2004) Inventarisasi profil dasar daerah penelitian Skala/ Resolusi Resolusi 1m - 1:40.000 1:50.000 Sumber Data BRKP - DKP PPPGL, BRKP-DKP AMS Bappeda Kota Padang Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), yaitu sistem informasi spasial berbasis komputer dengan melibatkan perangkat lunak Arc View3.3. Pada analisis ini prinsipnya berupa basis data dari data primer maupun data sekunder dengan data aktual tahun 2006 seperti data fisikdan data garis pantai. HASIL DAN PEMBAHASAN Percontohan Dasar Laut Percontohan dasar laut dilakukan di dalam teluk secara acak serta khusus di wilayah sekitar PPI Bungus dengan rencana jarak interval 150 meter. Alat 130

yang digunakan dalam kegiatan ini adalah grab sampler dengan berat 5 kg (Gambar 3). Penelitian Teluk Bungus telah mengambil total sebanyak 55 buah contoh grab, yang dianggap telah mewakili seluruh sebaran sedimen di wilayah teluk serta sekitar PPI Bungus. Hasil percontohan sedimen dasar laut tersebut rata-rata terambil 75% dari volume alat grab. Kedalaman lokasi contoh tersebut bervariasi, dari kedalaman 1 meter hingga 29 meter. Gambar 3. Kegiatan pengambilan contoh dasar laut menggunakan grab sampler (foto: tim geologi Wilnon-DKP, 2006) Gambar 4.Diagram segitiga Folk (1980) Contoh sedimen dianalisis secara megaskopis dengan mempertimbangkan bahwa sedimen yang terambil hampir sebagian besar berukuran lanau hingga 131

lempung. Data besar butir tersebut dituangkan dalam peta sebaran sedimen dasar laut. Dasar dari klasifikasi besar butir adalah diagram segitiga yang menggambarkan perbandingan kerikil, pasir dan lumpur (lanau dan lempung) (Gambar 4). Berdasarkan perbandingan relatif dari ketiga sedimen ini, maka penamaan tekstur sedimen dapat dikelompokkan menjadi 15 (limabelas) tekstur sedimen seperti konglomerat pasiran, lumpur sedikit kerikilan atau pasiran dll. Klasifikasi tekstur ini dibuat oleh Folk (1980). Khusus untuk contoh yang diambil di sekitar PPI Bungus tampak jelas bahwa hampir seluruh wilayah teluk di sekitar PPI Bungus tertutup oleh sedimen berukuran lempung dan lanau, hanya di beberapa bagian terutama di muara sungai ditemukan sedimen berukuran material pasir. Sedimen permukaan dasar laut di sekitar PPI Bungus dapat dibedakan menjadi 3 satuan menurut klasifikasi Folk (1980), yaitu: a. Lempung Lempung Lanauan Satuan lempung tersebar di sebelah barat teluk, dari utara hingga selatan. Dari beberapa grab sampling yang dilakukan di luar wilayah ini, ternyata satuan ini mendominasi wilayah Teluk Bungus secara keseluruhan. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena cukup banyaknya sungai-sungai yang bermuara ke Teluk ini. Hasil pemerian megaskopis memperlihatkan bahwa satuan lempung memiliki warna kehitaman hingga kehijauan, beberapa mengandung material organik serta pecahan koral, tidak dijumpai foraminifera. b. Pasir Di teluk pada wilayah sekitar PPI Bungus, satuan ini tersebar di wilayah sebelah timur, terutama di sekitar muara sungai. Pasir terdiri dari pasir berukuran sangat halus hingga sangat kasar, berwarna putih kecoklatan hingga kekuningan. Satuan ini diperkirakan berasal dari hasil erosi batuan melalui sungaisungai yang mengalir melalui pegunungan di bagian daratan. c. Lanau Satuan ini tersebar terbatas dan didapatkan diantara satuan lempung dan satuan pasir dan diinterpretasikan terjadi karena percampuran antara kedua material tersebut. Material Dasar atau Sedimen Perairan Perairan Teluk Bungus saat ini mengalami sedimentasi dari daratan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya terumbu karang yang ditutupi oleh sedimen dan juga munculnya tumbuhan mangrove Rhizophora sebagai zona awal pada hutan mangrove yang ada di Teluk Bungus. Sedimentasi di Teluk Bungus saat ini juga ditunjukkan oleh tipe sedimen yang umumnya didominasi oleh material lempung dan lanau (pasir berlumpur). Berdasarkan parameter material dasar 132

perairan pada daerah penelitian, meliputi: pasir, karang berpasir, pasir berlumpur, dan berbatu seperti ditunjukan pada Gambar 4. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisa spasial untuk sebaran material dasar perairan, analisisnya digunakan dengan melakukan modifikasi antara data primer dengan data sekunder dari PRWLSDNH tahun 2006. Berdasarkan hasil analisis secara spasial, diperoleh bahwa untuk luas areal material dasar perairan pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi empat kelas, yaitu: (1) pasir dengan areal seluas 64,66 hektar (4,67%), (2) karang berpasir dengan areal seluas 143,85 hektar (10,40%), (3) pasir berlumpur dengan areal seluas 1145,14 hektar (82,76%) dan (4) berbatu dengan areal seluas 30,07 hektar (2,17%), seperti ditunjukan pada Tabel 3. Peta sebaran secara spasial material dasar perairan dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 3.Luas areal material dasar perairan No Material Dasar Perairan Luas (ha) Persentase (%) 1 Pasir 64,66 4,67 2 Karang 143,85 10,40 Berpasir 3 Pasir 1.145,14 82,76 Berlumpur 4 Berbatu 30,07 2,17 Luas Keseluruhan 1.383,72 100,00 Gambar 5. Peta material dasar perairan Teluk Bungus Kawasan material dasar perairan dengan kriteria pasir, merupakan daerah yang berada di dekat kawasan wisata pantai, yaitu, kawasan yang berada pada daerah wisata Pantai Carolina, Pantai Carlos, Pantai Cavery, Pantai Tintin dan Pantai Pesona. Kawasan material dasar perairan dengan kriteria karang berpasir 133

merupakan daerah yang berada pada ujung-ujung tanjung. Kawasan material dasar perairan dengan kriteria sesuai pasir berlumpur, merupakan daerah yang ditemukan tersebar hampir mendominasi di seluruh bagian teluk. Kawasan material dasar perairan dengan kriteria berbatu merupakan daerah yang berada pada daerah Teluk Kabung. Material sedimen penyusun dasar laut daerah penelitian terdiri dari material lanau dengan penyebaran yang sangat luas, berbatu dengan penyebaran pada daerah perairan dekat pantai dan terumbu karang (Sarmili et al. 2004). Berdasarkan hasil pengambilan contoh sedimen dasar laut yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Departemen Kelautan dan Perikanan di daerah sekitar dermaga pelabuhan perikanan Bungus, terjadi perubahan ukuran butir sedimen dengan berubahnya kedalaman. Pada daerah sekitar pantai dengan kedalaman kurang dari 5 meter material dasar laut tersusun oleh material pasir, pada daerah dengan kedalaman 5-10 meter tersusun oleh material lanau (pasir lempungan) dan pada daerah yang memiliki kedalaman > 10 meter material sedimennya adalah lempung. Substrat dasar Teluk Bungus berupa lumpur dan pasir yang berasal dari daratan dengan 2 (dua) muara yaitu Sungai Cindakir dan Sungai Bungus, akibatnya terjadi terjadi proses sedimentasi yang sangat tinggi di sekitar Muara Sungai Bungus yang mengakibatkan terbentuknya pulau delta dan sebuah tanjung hasil proses sedimentasi yang membawa material dari daratan, begitu pula dengan daerah Muara sungai Cindakir terjadi penambahan daratan yang sangat dinamis pada daerah ujung sungai dengan ciri fisik yang landai. Helfinalis (2000) mengemukakan bahwa aliran Sungai Bungus dan Sungai Cindakir serta arus pasang surut dari Samudera Hindia sangat berperan dalam pengendapan sedimen dasar permukaan Teluk Bungus. Pengaruh pasang surut dari Samudera Hindia terlihat dominan dibanding dengan kedua sungai tersebut. Sungai Bungus dan Sungai Cindakir tidak banyak mempengaruhi sedimen dasar permukaan Teluk Bungus ditunjukan oleh endapan sedimen umumnya lumpur (Helfinalis 2000). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis secara spasial, diperoleh bahwa untuk sebaran material dasar perairan pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) pasir dengan areal seluas 64,66 hektar (4,67%), (2) karang berpasir dengan areal seluas 143,85 hektar (10,40%), (3) pasir berlumpur dengan areal seluas 1145,14 hektar (82,76%) dan (4) berbatu dengan areal seluas 30,07 hektar (2,17%). Saran Saran yang dapat diberikan penulis untuk sebaran material dasar perairan Teluk Bungus adalah perlu dilakukan penelitian 134

lebih lanjut dan detail. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP atas bantuan dana untuk menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Monografi Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Padang: BPS Kota Padang. Darlan, 1996, Geomorfologi Wilayah Pesisir : Aplikasi Untuk Penelitian Kawasan Pesisir. P3GL, Bandung. Folk, R. L., 1980, Petrology of Sedimentary Rock, Hemphill Publishing Company Austin, Texas 78703. Helfinalis. 2000. Pergerakan Sedimen Di Perairan Teluk Bayur dan Bungus Provinsi Sumatra Barat. Di dalam: Teluk Bayur dan Teluk Bungus Kajian Tentang Zat Hara serta Kaitannya dengan Lingkungan dan Sumberdaya Hayati, editor. Jakarta: Balitbang Oseanografi, Puslitbang Oseanologi, LIPI; 63 71. Kusumah G, Salim H.L 2008. Kondisi Morfometri dan Morfologi Teluk Bungus Padang. Jurnal Segara, Vol. 4 No. 2 Jakarta: Desember 2008. Pemerintah Kota Padang. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kota Padang Tahun 2004-2013. Padang: Bappeda, Pemkot Padang. [PRWLSDNH] Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati. 2006. Laporan Akhir Inventarisasi Sumberdaya Kelautan Teluk Bungus. Jakarta: Tim Pelaksana Kegiatan PRWLSDNH, BRKP, DKP, tidak dipublikasikan. Sarmili, et al. 2004. Kajian Terpadu Lingkungan dan Sumberdaya Pesisir Padang dan Sekitarnya Sumatra Barat. Bandung: PPPGL, Proyek Penyelidikan Geologi Kelautan Sistematik Tahun Anggaran 2004. 135