BAB I PENDAHULUAN Judul Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

WEDDING CENTRE DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

PELATIHAN ANIMASI DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul " Surakarta Comic Art Center Surakarta : Sebuah kota yang terletak di wilayah otonom provinsi Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. 2 (dua) orang Sarjana Arsitektur yaitu Ir. Muhammad Hasan (alm) dan Ir. M.

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

GAME CENTRE DI YOGYAKARTA (Transformasi Game DotA Warcraft III The Frozen Throne)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INDUSTRI ANIMASI INDONESIA

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULLUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

Redesain Kantor Bupati Kabupaten Sukoharjo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran

FASILITAS KOMUNITAS KOMIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. Latar belakang. Ayuningtyas Fitri A - L2B LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

KOMPLEKS GEDUNG OLAHRAGA DI WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Bagas Laksawicaka Gedung Bioskop di Kota Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh apapun seperti yang di temui pada kehidupan sehari-harinya. besarnya investas dan rutinitas sumber daya manusia yang ada.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

leather, dll. Surakarta Makerspace ini nantinya dirancang dengan memadukan konsep arsitektur modern kontemporer.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

PUSAT ANIMASI SEBAGAI RUMAH PRODUKSI, PENDIDIKAN, DAN HIBURAN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki teknologi yang bagus. Jenis mainan di bedakan menjadi 2 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III METODE PERANCANGAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

SEMARANG MUSIC CENTER

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan & Perancangan Arsitektur Tugas Akhir Periode 135

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bebas tanpa hambatan tarif maupun non-tarif. Dari total. penduduk Indonesia. Indonesia dengan SDM dan SDA nya

Pusat Apresiasi Film DI YOGYAKARTA

RELOKASI KAMPUS AKADEMI SENI DAN DESAIN INDONESIA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

GALERI FOTOGRAFI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH TECH

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN

SEKOLAH TINGGI SENI MUSIK DI SEMARANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

Gigih Juangdita

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun hiburan, umumnya sering digunakan pada aplikasi game.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN. G ame Centre di Yogyakarta

PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR TA 127

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Judul Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme 1.2. Pengertian Judul Solo Studio Animasi dengan penekanan ekspresionisme adalah sarana yang mengelola produksi animasi lokal khususnya, untuk mengembangkan potensi lokal dalam dunia animasi dari proses awal sampai akhir, dari proses pembuatan sampai dengan pemasarannya. Dimana animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan (Ibiz Fernandez McGraw-Hill/Osborn, California, 2002) Selain sebagai tempat produksi, berfungsi juga sebagai sarana pembelajaran mengenai animasi sehingga mampu menciptakan tenaga kerja animasi yang berkompeten dan juga sebagai wadah berkumpulnya para komunitas animasi baik animasi lokal ataupun global agar lebih terkoodinasi dan menjadi sarana hiburan baru di Surakarta. Penekanan ekspresionisme merupakan pemberi identitas bangunan secara keseluruhan sekaligus sebagai batasan perencanaan dan perancangan. 1.3. Latar Belakang 1.3.1. Umum Arsitektur tidak hanya sebuah proses menganalisis sebuah permasalahan dan bagaimana menemukan solusisya, namun merupakan sebuah cara untuk mewujudkan angan-angan yang dipikirkan atau diimajinasikan oleh seorang arsitek. Jadi, ide atau imajinasi itu bisa muncul dari berbagai macam sumber dan nantinya akan mempengaruhi desain bangunan yang dirancangnya. Arsitektur termasuk golongan seni yaitu seni terapan atau desain yang merupakan paduan antara seni dan keterampilan. Desain arsitektur merupakan desain yang digunakan untuk menciptakan bangunan agar bangunan tersebut tampak indah, praktis, dan menyenangkan untuk dihuni sesuai dengan fungsi dari bangunan tersebut. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa arsitektur memberikan ruang bebas untuk berkarya, berekspresi, ataupun mencoba hal-hal yang belum pernah ada dan diwujudkan ke Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 1

dalam bentuk. Dalam arsitektur, ekspresi suatu desain dapat dilihat langsung dalam bentuk fisiknya. Ekspresi menjadi sebuah media komunikasi untuk memperlihatkan apa fungsi bangunan tersebut, apa guna ruangannya, dan lainnya ketika seseorang melihat bangunan tersebut. Jadi, bentuk visual bangunan merupakan faktor yang berperan penting untuk memunculkan pendapat mengenai tema yang akan disampaikan pada bangunan tersebut. Layaknya juga seperti dalam sebuah seni, baik itu seni lukis/rupa, yang mampu mengkomunikasikan gambar kepada orang yang melihat. Dalam kaitannya dengan media komunikasi, sebuah ekspresi tidak lepas dari sebuah bentuk. Bentuk itu sendiri memiliki unsur, yaitu garis, lapisan, volume, tekstur, dan warna. Gabungan dari keseluruhan unsur tersebut dan diselaraskan dengan skala, irama, dan proporsi yang tepat nanti akan menghasilkan sebuah ekspresi dan memunculkan citra pada bangunan. 1.3.2. Khusus Potensi bisnis animasi baik secara global maupun lokal kian menjanjikan, berdasarkan data global tahun 2012, nilai lisensi animasi menjadi penyumbang terbesar ekonomi. Manfaat ekonomi yang bisa didapat dari lisensi karakter animasi dapat dituangkan dalam berbagai bentuk, tidak harus berawal dari tayangan televisi, karakter animasi bisa dikembangkan ke beberapa konten seperti : merchandise, game, komik, karikatur, action figure, dan lainnya. Gambar 1.1 Action Figure Gambar 1.2. Merchandise Gambar 1.3. Komik Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 2

Selain keperluan televisi, animasi dibutuhkan juga untuk mencipta permainan, baik permainan online ataupun permainan pendek biasa yang biasanya ada di handphone atau gadget lainnya. Dan dilihat dari perkembangannya, game atau permainan online banyak memiliki peminat dan mendatangkan keuntungan. Gambar 1.4. Game Di Indonesia, industri animasi belum berkembang secara optimal. Hal yang menyebabkan hal demikian terjadi adalah tidak ada dukungan dari pemangku kepentingan animasi nasional. Beberapa faktor lainnya adalah satu, motivasi melahirkan karya akan kecintaan terhadap profesinya. Dua, menekankan pada kerja sebuah tim dalam mendirikan sebuah industri animasi. Tiga, kemasan, pemasaran, dan distribusi. Banyak produk animasi yang tidak terjual sehingga tidak ada pemasukan dan menyebabkan daya tahan industri animasi tidak bertahan lama. Para pekerja industri harus bisa mengemas sebuah karya animasi dengan baik kemudian dipasarkan melalui media-media untuk mempromosikan dan juga mendistribusikan karya-karyanya ke daerah-daerah yang sekiranya dapat memberikan peluang mencari keuntungan. Biaya produksi sebuah animasi sangat besar dan inilah yang menyebabkan kebangkrutan para animator. Kemandirian produksi yang belum terjadi pada film animasi lokal, menjadikan profesi animator belum dipercaya sebagai media berekspresi dan sebagai profesi. Menciptakan karya juga memerlukan dukungan teknologi yang memadai dan hal tersebut memerlukan investasi yang sangat besar sehingga campur tangan pemerintah juga diperlukan untuk membuat industri animasi sebagai industri kreatif yang dikembangkan. Padahal dilihat di Indonesia sendiri, banyak memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui dunia animasi seperti halnya kebudanyaan atau hal-hal lain yang memiliki unsur khas Indonesia sendiri. Banyak karakter yang bisa dimunculka seperti tokoh perwayangan, legenda, Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 3

atau lainnya. Dan hal tersebut masuh bisa dikembangkan lebih lagi dengan alur kisah yang berbeda, tergantung dengan tema. Animasi dapat ditujukan untuk anak-anak, remaja, dewasa atau juga sebagai sarana komersil. Yang diutamakan untuk anak-anak adalah animasi yang mendidik. Sehingga menghilangkan kesan negatif dari dampak animasi yang telah ada sekarang ini. Perkembangan animasi kurang terkontrol dan memberi dampak yang kurang baik seperti game online yang menyita waktu belajar anak-anak sekolah padahal jika itu dapat dikontrol, hal tersebut tidak akan berdampak buruk. Mungkin dibuat game yang lebih mendidik dan memberi dampak baik. Seperti game yang berbau dengan pelajaran atau hal yang dipelajari di sekolah. Gambar 1 5. Animasi denganmodel tokoh Wayang Gambar 1.6. Animasi membawa cerita tentang Surabaya Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 4

Gambar 1.7. Animasi anak-anak(catatan Dian) Hasil karya animasi masih belum dikemas dalam bentuk industri karena pemilik produksi masih menempatkan animator sebagai tenaga kerja outsourching. Padahal kenyataannya, Indonesia memiliki animator-animator yang menghasilkan karya animasi. Gambar 1.8. Animator Gambar 1.9. Animator Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 5

Masih banyak lagi para animator Indonesia yang memiliki kemampuan dan menghasilkan karya serta terlibat dalam pembuatan film-film di luar negeri. Namun perkembangan Indonesia sendiri belum maksimal dan kurang memanfaatkan potensi yang ada. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan dana dan juga peralatan. Terkait dengan tenaga kerja, maka diperlukan wadah yang menyediakan pendidikan animasi tentang bagaimana langkah-langkah dasar sampai tahap yang selanjutnya untuk menghasilkan sebuah karya animasi. Sehingga nantinya, peserta didik dapat menjadi calon tenaga animasi yang berkompeten dalam sebuah produksi. Dengan standar pendidikan informal didampingi dengan tenaga yang sudah ahli. Institusi pendidikan di bidang visual communication (desain grafis, animasi, & film). IDS menyediakan pendidikan bagi peserta yang ingin menyiapkan diri dan meningkatkan kompetensi untuk bekerja di industri visual communication Gambar 1.10. International Design School (Jakarta) Adanya komunitas-komunitas tentang animasi pun mewarnai dunia animasi Indonesia, namun masih dalah lingkup animasi global. Gambar 1.11. Komunitas Cosplay Anime Jepang Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 6

sebagainya. Ataupun komunitas animasi lainnya. Seperti komikus, karikatur, dan lain lain Gambar 1.12. Komunitas Komikus Surabaya Ketua Animasolo, Agus Doni mengatakan selama ini para animator dan pecinta animasi di Kota Benganan banyak bergerak di bawah tanah karena minimnya wadah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Perkembangan animasi di Surakarta belum secepat perkembangan di kota-kota besar seperti Yogyakarta yang telah memiliki beberapa studio animasi berskala nasional. Pemerintah kota memegang peranan penting dalam mewadahi bakat para anak muda daerah untuk menumbuhkan dunia animasi. Seperti di kota Bandung yang di mana Pemda memiliki anggaran dana untuk memfasilitasi komunitas animasi dan kemudian membuatnya menjadi komunitas yang dapat mendatangkan keuntungan. Selain komunitas animasi yang menyukai karakter atau tokoh kartun tertentu ada juga komunitas animasi game yang juga membutuhkan wadah untuk pengembangan. Surakarta merupakan kota yang terletak diantara daerah-daerah lainnya seperti Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, dsb, yang menjadikan kota Surakarta menjadi pusat kota yang ramai dan bisa dibilang memiliki letak yang strategis. Surakarta atau lebih akrab disapa dengan Solo ini merupakan sebuah kota yang kental dan sarat akan budaya Jawanya. Dengan kemurnian seni yang ada dapat dijadikan potensi untuk membawa nama kota Surakarta sendiri dalam bentuk animasi dan akan menjadi pemacu untuk berkembangnya animasi lokal di daerah lainnya. Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 7

Surakarta juga memiliki banyak cerita yang bisa diangkat dan dituangkan untuk membentuk ide serta memunculkan karakter animasi yang beragam sesuai dengan cerita yang dibawa didukung kreatifitas masing-masing animator. Berdasarkan data-data yang sudah ditemukan dan dijelaskan di atas, dapat disimpulkan, kota Surakarta merupakan kota yang memiliki talenta-talenta dibidang seni yang dapat dikembangkan ke dalam model animasi sehingga nantinya mampu mengangkat animasi lokal ke tingkat yang lebih tinggi dalam sejarah industri animasi lokal di Indonesia. Didukung juga dengan pembentukan karakter animator yang akan dibina serta adanya komunitas-komunitas yang nantinya dapat menjadi promotor animasi kepada khalayak umum, tidak hanya animasi global tapi animasi lokal pun dapat dipromosikan. Diwujudkan dalam sebuah Studio Animasi yang dirancang dengan penekanan Ekspresionisme diambil sebagai unsur yang dipakai dalam pengolahan bangunan. Membawa sebuah ekspresi ke dalam perancangan sebuah bangunan. Dimana pengertian dari ekspresi sendiri adalah sebuah gambaran yang diwujud nyatakan dengan berbagai bentuk yang menunjukkan perasaan atau sebuah kondisi dari sesuatu hal yang diadaptasi dan dituangkan dalam sebuah karya, kali ini ke dalam sebuah karya arsitektur yang juga memiliki kapasitas yang dapat menampung seluruh aktivitas dalam bangunan tersebut dengan proyeksi ke depan sehingga lebih representatif, baik dalam fungsi maupun penampilannya. 1.4. Permasalahan dan Persoalan 1.4.1. Permasalahan Bagaimana merancang Solo Animasi Studio dengan penekanan ekspresionisme yang mampu mewadahi seluruh kegiatan di dalamnya? 1.4.2. Persoalan Dari perumusan permasalahan di atas dapat ditarik persoalan perencanaan dan perancangan sebagai berikut : a. Bagaimana merencanakan sebuah studio animai yang memfasilitasi dari segi produksi, pembelajaran, serta pengkoordinasian komunitas-komunitas animasi dengan penekanan ekspresionisme? b. Bagaimana menentukan pelaku dan pola kegiatan yang diwadahi dalam bangunan serta merencakan dimensi ruang, zonasi ruang, dan hubungan ruang dalam bangunan yang sesuai berdasarkan penekanan ekpresionisme? Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 8

c. Bagaimana merencanakan bentuk/massa, tampilan bangunan, dan pengaplikasian warna bangunan yang mampu emnunjukkan karakter ekspresi yang unik dan menarik serta menunjukkan jati diri bangunan menggunakan penekanan ekspresionisme? 1.5. Tujuan dan Sasaran 1.5.1. Tujuan Mewujudkan sebuah wadah yang melingkupi segala aktivitas di dalamnya yang berhubungan dengan animasi dengan menggunakan penekanan ekspresionisme sebagai pedoman rancang bangun, seperti : a. Memberikan sebuah wadah bagi kegiatan produksi animasi lokal khususnya yang disajikan dalam macam-macam konten di Surakarta. Tentunya memberikan kekhasan karakter yang memiliki unsur lokal untuk diperkenalkan kepada masyarakat. b. Memberikan wadah untuk kegiatan belajar dan praktik pendalaman ilmu mengenai animasi untuk menciptakan tenaga kerja animasi yang memiliki potensi menciptakan kreasinya. c. Menyediakan wadah untuk berkumpulnya komunitas-komunitas pecinta animasi baik animasi lokal maupun global supaya lebih ternaungi dnegan baik dan mampu memberikan sarana hiburan baru. 1.5.2. Sasaran a. Tersusunnya konsep studio animasi yang sesuai dengan teori dan persyaratan optimal untuk kebutuhan produksi animasi dengan penekanan ekspresionisme b. Konsep kegiatan yang diwadahi dalam studio animasi serta dimensi, zonasi ruang, dan hubungan ruang yang dibutuhkan dalam studio animasi yang sesuai berdasarkan penekanan ekpresionisme c. Penerapan bentuk/massa, tampilan bangunan, dan pengaplikasian warna bangunan studio animasi yang mampu menunjukkan luapan ekspresi yang unik dan menarik serta mampu menunjukkan jati diri bangunan melalui penekanan ekspresionisme 1.6. Lingkup dan Batasan Pembahasan 1.6.1. Lingkup Pembahasan Lingkup yang akan dibahas adalah konsep dan teori yang berkaitan dengan animasi, studio animasi, kota Surakarta, ekspresionisme, danteori lainnya yang mendukung dalam perencanaan dan perancangan Solo Studio Animasi dengan penekanan Ekspresionisme. Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 9

Pembahasan yang dilakukan melingkupi dalam bidang kajian arsitektur dan menyesuaikan dengan tujuan dan sasaran untuk merencanakan dan merancang Solo Studio Animasi 1.6.2. Batasan Pembahasan Pembahasan dibatasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan jawaban permasalahan arsitektural seperti pengolahan massa, hubungan ruang, tampilan bangunan, dan lansekap Solo Studi Animasi, serta permasalahan yang lain dan masih berkaitan namun diluar permasalahan arsitektural dapat dijadikan sebagai teori pendukung. Sedangkan pratinjau mengenai kriteria tentang pemilihan site/hanya dipengaruhi oleh kriteria yang sudah mutlak yaitu peraturan daerah. Pembatasan juga diberlakukan mengenai keikutsertaan pemerintah kota dalam rangka pengembangan obyek nantinya tidak dibahas dalam konsep. Jumlah dana serta keuntungan yang diperoleh juga tidak akan dibahas dalam konsep perencanaan dan perancangan nantinya 1.7. Metoda Pembahasan 1.7.1. Gagasan Awal a. Gagasan Awal Berawal dari fenomena mengenai perkembangan animas, khususnya animasi lokal yang masih belum berkembang maksimal. Meskipun ada beberapa studio animasi di Indonesia, belum memasuki kota Surakarta, sehingga studio animasi direncanakan di Surakarta dengan memakai potensi yang sudah ada. Dengan kondisi Surakarta adalah sebuah kota yang sarat akan budaya dan seni diarahkan menuju seni animasi yang bisa menjadikan pemacu berkembangnya animasi lokal yang dilakukan dengan produksi karakter animasi yang bisa diambil dari cerita lokal maupun budaya Jawa, sejarah, dan lain-lain. Dilakukan juga pembinaan dengan kursus mengenai pembuatan animasi dari ilmu dasar agar menghasilkan animator yang handal dan mampu ikut serta mengembangkan animasi lokal. Selain itu, komunitas-komunitas yang menyukai animasi lebih dapat terorganisasi dan dapat digunakan sebagai ajang promosi mengenai animasi ke masyarakat umum ditunjukkan dengan even yang diadakan secara rutin. Tidak hanya mengenalkan dunia animasi lokal, namun animasi luar. Animasi dari luar ini dipakai sebagai contoh atau pedoman untuk menghasilkan karakter animasi sendiri tentunya memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda. b. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan sebuah proses mengumpulkan data, informasi, dan dokumentasi yang berkaitan dengan animasi, studio animasi, Surakarta, ekspresionisme, Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 10

dan data lainnya yang membantu untuk menghasilkan sebuah konsep perencanaan dan perancangan. Diperoleh melalui: 1) Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan cara mencari, membaca, dan memahami buku, jurnal, artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan animasi, proses pembuatan animasi, animasi lokal, studio animasi lokal dan global, dan ekspresionisme 2) Informasi Teknologi Informasi dalam hal ini adalah informasi yang didapatkan engan menggunakan teknologi internet. Browsing informasi dapat diperoleh dari jurnal ilmiah, e- book, e-encyclopedia, dan website yang berkaitan dengan animasi, animasi lokal, studio animasi lokal dan global, dan ekspresionisme. 3) Studi Empiris Studi empiris dilakukan untuk menambah informasi berupa preseden berkaitan dengan studio animasi dan kursus animasi yang dapat dijadikan acuan. Studi empiris ini dilakukan dengan mengeksplorasi objek-objek yang sudah ada sebelumnya sehingga dapat dijadikan pembelajaran dan perbandingan. Objek yang dijadikan acuan yaitu Walt Disney company, International Design School, dan Hicca Studio Animasi c. Analisis Data Tahap analisis data merupakan proses pengolahan data dari semua informasi yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya dan merangkum hasil pengolahan data pada setiap akhir pembahasan 1.7.2. Langkah Analisis Konsep Perencanaan dan Perancangan a. Analisa Merupakan tahapan analisa dari analisa fungsional, analisa performansi, dan analisa arsitektural 1) Analisa Fungsional Merupakan tahap penerjemahan tujuan pengguna melakukan suatu kegiatan. Dari hasil trategi awal yang dipakai untuk masukan dalam strategi ini adalah meliputi identifikasi pengguna, identifikasi tujuan dan oyek kegiatan yang diwadahi dalam Solo Studio Animasi, dan indentifikasi pengaturan kegiatan. Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 11

Dari bahan masukan tersebut, dianalisis sehingga menghasilkan data pola gerak dan pengelompokan kegiatan pengunjung dalam bangunan. Dari identifikasi tersebut, dianalisa lagi dnegan meninjau aspek fungsi Solo Studio Animasi hingga nanti diperoleh temuan berupa program ruang pada rancang bangun. 2) Analisa Performansi Proses menerjemahkan secara sistematik kebutuhan calon pengguna bangunan dalam persyaratan tertentu. Meliputi identifikasi persyaratan calon pengguna, kebutuhan calon pengguna, dan identifikasi lingkungan serta perilaku pengguna yang diharapkan. Lalu dianalisa sehingga didapatkan temuan berupa persyaratan ruang 3) Analisa Arsitektural Merupakan tahapan penggabungan dari analisa fungsional dan performansi. Analisa ini mengarah ke programatik ruang pada site berupa pembentukan siteplan, meliputi : tampilan bangunan, pengolahan site, pola sirkulasi, pemilihan bentuk, material, struktur, dan utilitas bangunan yang dilatarbelakangi oleh ekspresionisme sebagai penekanan. Analisa ini dipakai sebagai dasar penyusunan konsep perencanaan dan perancangan. b. Sitesis Pada tahap ini analisa program fungsional, program performansi, dan proram arsitektural untuk menghasilkan kesimpulan sebagai upaya untuk mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan yang sesuai. Kesimpulan yang didapatkan selanjutnya akan diproses sebagai dasar transformasi desain dan desain Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme. 1.7.3. Penerapan dalam Desain Dari strategi awal dan strategi antara didapat hasil berupa konsep perencanaan dan perancangan Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme. Dalam penerapannya tidak semua kategori perancangan arsitektural dapat didasari dengan metode ekspresionis. Sehingga aplikasi penekanan Ekspresionisme pada konsep perancangan Solo Studio Animasi difokuskan pada ruang dan bentuk tampilan/fasad a. Aplikasi desain pada bentuk tampilan / fasad pada bangunan Peran ekspresionisme dalam program bentuk berupa pegolahan bentuk eksterior bangunan dengan mengacu pada unsur visual dan karakteristik sifat sebuah animasi. Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 12

Pengolahan bentuk, diambil dari sifat animasi yaitu emosi dimana sifat animasi yang irasional dengan bentuk abstrak dan dapat memunculkan imajinasi bagi para pengamatnya Pengolahan fasad, memunculkan kesan yang sesuai dengan karakteristik animasi yang unik, menarik, komunikatif, dan kreatif. Perwujudan karakteristik animasi ke dalam fasad bangunan dibantu dengan penerapan ekspresionisme dengan pengaplikasian warna dan bentuk-bentuk yang unik serta kreatif yang ada pada karakter salah satu contoh animasi dan diterapkan pada fasad bangunan. b. Aplikasi ruang dalam bangunan Ekspresionisme juga berperan pada program ruang. Dimana peruangan diatur dan didesain dengan baik dengan sifat animasi yang bersifat visual dan imajinatif sehingga nantinya setiap peruangan memiliki cerita dan kesan yang berbeda dengan menggunakan warna ataupun tekstur yang sesuai. 1.8. Sistematika Pembahasan Berikut merupakan pembahasan pada penulisan konsep perencanaan dan perancangan Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme yang tersusun dalam lima bab sesuai dengan kronologi pemunculan ide sampai dengan hasil konsep perancangan. BAB 1 : PENDAHULUAN Pembahasan dalam bagian ini meliputi judul, pemahaman judul, latar belakang yang menjadi landasan perancangan, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran pembuatan konsep, lingkup dan batasan, metode perancangan, sistematika pembahasan, dan kajian pustaka. BAB 2 BAB 3 : LANDASAN TEORI Memaparkan tinjauan dan pemahaman umum tentang materi yang terkait dengan judul, yaitu tentang Studio Animasi serta bangunan preseden yang berkaitan dan tentang Ekspresionisme yang dipakai sebagai penekanan perancangan bangunan. : TINJAUAN SURAKARTA Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 13

BAB 4 BAB 5 Pembahasan mengenai dasar pemilihan site yang dipakai sebagai obyek pendirian Studio Animasi, yang terdiri dari letak geografis, tata guna lahan, dan peraturan lain yang terkait. Serta perkembangan animasi di Surakarta sendiri. : ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO STUDIO ANIMASI DENGAN PENEKANAN EKSPRESIONISME Merupakan tahapan penyusunan analisis penekanan perencanaan dan perancangan Solo Studio Animasi denga Penekanan Ekspresionisme yang meliputi analisis kegiatan peruangan, analisis pemilihan lokasi dan site, analisis tata ruang, analisis klimatologi, analisis tampilan bangunan, dan analisis strukturutilitas. : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO STUDIO ANIMASI DENGAN PENEKANAN EKSPRESIONISME Merupakan konsep perencanaan dan perancangan Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme I- 14