BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Bagi investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sejalan dengan semakin berkembangnya industrialisasi yang selanjutnya juga turut

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai principal (Hendriksen dan Van Breda dalam Aziz, 2014). Agency. perusahaan (Ferial dan Handayani, 2016).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penerapan good corporate governance terhadap pengungkapan sustainability

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) memunculkan kesadaran baru dimana hal

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang di sekeliling yang menggunakannya. Akan tetapi sekarang hutan. emas dan batubara (Akuntan Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (profit) yang sebesar-besarnya (Megawati, 2009:1). Menurut Kurniati, (2011:18),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pesatnya perkembangan dunia bisnis menyebabkan perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Hasil penelitian ini memberikan simpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu


BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan kreditor merupakan pihak yang memberikan dana untuk operasional perusahaan dimana investor dalam bentuk pembelian saham perusahaan dan kreditor dalam bentuk pinjaman. Menurut Munawir (2002:8) menyatakan bahwa pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi dividen, karena dengan informasi tersebut pemegang saham dapat memutuskan untuk mempertahankan sahamnya, menjual atau bahkan menambahnya. Bagi pihak kreditor informasi dalam laporan keuangan perusahaan diperlukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham, semakin besar nilai perusahaan yang juga nilai pemegang saham mencerminkan publik telah menilai harga pasar saham perusahaan diatas nilai bukunya (Megawati, 2009:1). Pentingnya posisi investor dan kreditor bagi kelangsungan

perusahaan menyebabkan laporan keuangan lebih diorientasikan kepada kedua pihak tersebut (shareholder oriented). Manajemen perusahaan lebih mengutamakan pengungkapan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang berorientasi terhadap kepentingan shareholder, namun pada kenyataanya keberhasilan perusahaan tidak sepenuhnya diukur dari keberhasilan keuangannya saja. Informasi non-keuangan juga penting untuk keberhasilan perusahaan, Beattie (2000:3) menyatakan bahwa pengungkapan informasi non-keuangan juga berkaitan dengan faktor-faktor penentu keberhasilan perusahaan. Kurniati (2011:1) menyatakan bahwa dalam konteks pembangunan saat ini, keberhasilan sebuah perusahaan bukan lagi diukur dari keuntungan bisnis semata, melainkan juga dilihat dari sejauhmana kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Di dalam aspek sosial, perusahaan dituntut untuk mampu menjalin hubungan yang baik dengan para stakeholder, perusahaan harus mampu menjamin hak-hak para stakeholder agar tidak merasa dirugikan. Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan, perusahaan harus dapat mengelola limbah industrinya agar tidak mencemari lingkungan sekitar, bagi perusahaan yang menggunakan sumber daya alam sebagai bahan baku harus dapat menjaga kelestarian lingkungan, jangan sampai keberadaan perusahaan justru mengakibatkan kerusakan lingkungan. Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan kedua aspek tersebut sehingga berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan merugikan masyarakat, sebagai contoh kasus TPST Bojong di Bogor, kasus PT Newmont di Buyat, kasus PT Freeport Indonesia di Papua dan kasus PT Lapindo Brantas di Sidoarjo (Santoso, 2011:234). Berbagai kasus yang

terjadi pada perusahaan-perusahaan tersebut mempertegas pentingnya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). CSR tidak hanya memperhatikan kinerja keuangan perusahaan tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Susanto (2007:11) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal). Ke dalam tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan, ke luar tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Perusahaan mulai menyadari pentingnya CSR karena pada saat ini kinerja perusahaan tidak hanya dinilai dari kinerja keuangan tetapi juga kinerja sosial dan lingkungan. Pentingnya pengungkapan CSR bagi dunia usaha maka pemerintah mengeluarkan regulasi terhadap kewajiban praktik dan pengungkapan CSR di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007. Pada pasal 66 ayat (2) bagian C disebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pada pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Kurniati, 2011:18). Sejak tahun 2005 di Indonesia telah berkembang pengungkapan laporan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam Sustainability Report. Sustainability

Report berisi mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Report semakin mendapat perhatian dalam praktek bisnis global dan menjadi salah satu kriteria dalam menilai tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Para pemilik dan manajemen perusahaan-perusahaan di dunia semakin menyadari bahwa pengungkapan laporan yang lebih komprehensif akan mendukung strategi perusahaan. Pengungkapan sustainability report juga dapat meningkatkan kinerja keuangan dan membangun legitimasi perusahaan. Sustainability report disusun dengan berpedoman pada standar Global Reporting Initiative (GRI) dimana pelaporannya disusun secara terpisah dari laporan keuangan atau annual report (6 th Indonesia Sustainability Reporting Award 2010). Di Indonesia sejak tahun 2005 telah terbentuk National Center for Sustainability Reporting (NCSR) yang mempromosikan dan mendukung serta memberi pelatihan dalam rangka mengenali laporan keberlanjutan sesuai GRI (www.ncsr-id.org). NCSR merupakan lembaga nonprofit dan menjadi anggota GRI sejak 2006. Di Indonesia ada sekitar 35 perusahaan yang telah membuat Laporan Keberlanjutan sesuai dengan standar GRI. Sejak Mei 2011 NCSR menjadi GRI Certified Training Partner yang pertama untuk wilayah Malaysia, Indonesia dan Thailand serta mengadakan penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) secara tahunan (7 th Indonesia Sustainability Reporting Award 2011). Penilaian terhadap prinsip Good Corporate Governance yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, independency, responsibility dan fairness telah

mendorong CSR semakin dibutuhkan dalam dunia bisnis (Sutedi, 2011:11). Tata kelola perusahaan yang baik akan selalu memperhatikan kepentingan para stakeholder. Tujuan utama dari penerapan tata kelola perusahaan yang baik adalah menciptakan sistem pengendalian perusahaan untuk mencegah adanya penyalahgunaan sehingga pertumbuhan perusahaan tercapai. Perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik tidak hanya mengutamakan kepentingan shareholder tetapi juga para stakeholder, hal ini menunjukan bahwa tata kelola perusahaan dan pengungkapan CSR mempunyai prinsip yang sama yaitu bertanggung jawab terhadap stakeholder. Penerapan Good Corporate Governance diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Daniri, 2008) Utama (2007) menyatakan bahwa mekanisme dan struktur governance di perusahaan dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan CSR di Indonesia. Menurut Monks (2003) dalam Waryanto (2010:3) Good Corporate Governance (GCG) akan bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga terciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Untuk mendukung hal tersebut, pelaksana GCG harus memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya masing-masing untuk kepentingan perusahaan. Struktur corporate governance terdiri dari organ utama, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dewan direksi dan dewan komisaris. Organ perusahaan lain yang membantu terwujudnya Good Corporate Governance

(GCG) seperti sekretaris perusahaan, komite audit, dan komite-komite lain yang membantu pelaksanaan GCG. Dewan komisaris bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Dewan komisaris bertugas mengawasi dan memastikan kinerja manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan. Dewan komisaris memiliki wewenang terhadap kinerja manajemen. Manajemen bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen, (FCGI, 2002). Berdasarkan penelitian Utami (2008) dan Terzaghi (2012) menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Dengan kekuasaan yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh terhadap manajemen agar mengungkapan CSR. Selain ukuran dewan komisaris proporsi komisaris independen juga diharapkan mampu mempengaruhi pengungkapan CSR. Komisaris independen yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas dan direktur serta tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya diharapkan mampu memberikan kebijakan yang benar-benar diperlukan demi pencapaian tujuan perusahaan, dalam hal ini komisaris independen juga dapat memberikan usulan tentang pengungkapan CSR kepada manajemen perusahaan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sudana (2011) yang menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dalam menjalankan tugasnya dewan komisaris dapat

membentuk komite-komite yang mendukung tercapainya pelaksanaan GCG, salah satunya adalah komite audit. Komite audit bertugas membantu komisaris dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas audit dan eksternal audit (Sutedi, 2011: 153). Komite audit dituntut untuk bertindak secara independen karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara auditor eksternal dengan perusahaan dan menjembatani fungsi pengawasan dewan komisaris dengan auditor internal perusahaan. Komite audit harus bersikap adil dalam pengambilan keputusan, hal ini ditujukan kepada semua pihak, terutama dalam penelaahan terhadap kesalahan asumsi maupun pelanggaran terhadap resolusi direksi (Sutedi, 2011:154). Berdasarkan penelitian Purwanti (2012) komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Oleh karena itu, diharapkan keberadaan komite audit dapat mendorong manajer untuk melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Konsep corporate governance dilatarbelakangi oleh adanya teori agensi yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principles) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada profesional (agent) yang lebih mengerti dan memahami cara untuk menjalankan suatu usaha (Sutedi, 2011:2). Dengan adanya pemisahan fungsi tersebut timbul masalah agensi, yaitu terjadinya konflik antara pemilik dan manajer sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Kepemilikan manajerial merupakan salah satu bentuk struktur kepemilikan yang dapat mengatasi masalah agensi yang menyebabkan terciptanya konsep GCG. Jensen & Meckling (1976) dalam Waryanto (2010:5) membentuk suatu teori yang

menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian Murwaningsari (2007) dan Achmad (2012) menunjukan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Diharapkan dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen perusahaan memiliki kepentingan yang sama dengan para investor dalam menciptakan nilai perusahaan, salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan mengungkapkan laporan sustainability report. Selain struktur kepemilikan manajerial struktur kepemilikan yang lain adalah kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah suatu kepemilikan saham yang dimiliki oleh suatu institusi. Institusi dalam hal ini adalah suatu lembaga baik milik swasta maupun pemerintah. Pemilik saham institusional dianggap lebih memahami tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga jika manajemen melakukan kecurangankecurangan maka pemilik saham ini akan lebih mudah mengetahuinya. Berdasarkan penelitian Murwaningsari (2007) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Diharapakan dengan adanya kepemilikan institusional pemanfaatan sumber daya perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dengan adanya kepemilikan institusional dapat mendorong pengungkapan CSR oleh manajemen perusahaan. Selain dipengaruhi oleh tata kelola perusahaan (corporate governance) pengungkapan sustainability report juga dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.

Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka diharapkan tingkat pengungkapan sustainability report juga akan semakin besar. Berdasarkan penelitian Cahya (2010:59) menemukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Hadi (2011:7) tingkat tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki dampak terhadap peningkatan kinerja ekonomi perusahaan, seperti meningkatkan penjualan, legitimasi pasar, meningkatkan apresiasi investor di pasar modal, meningkatkan nilai bagi kesejahteraan pemilik dan sejenisnya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Cahya (2010) dan Santoso (2011) yang menunjukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial. Perusahaan yang menerapkan CSR diharapkan dapat memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang, dalam hal ini perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik akan berusaha untuk mengungkapkan CSR yang lebih luas. Kusuma (2012:15) menyatakan bahwa perusahaan peraih penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) menunjukan kinerja keuangan yang lebih tinggi dibandingkan sebelum melakukan pelaporan CSR. Hal tersebut mengindentifikasikan bahwa alasan pengungkapan CSR bukan hanya sebatas kepatuhan terhadap peraturan tetapi CSR sudah merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan. Adanya pengungkapan CSR diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Manajemen dapat mengukur kinerja keuangan perusahaan dan manilai kinerja operasional dalam memanfaakan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aset dengan menggunakan rasio Return on Asset (ROA). Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Keberadaan aset merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan karena pembiayaan aset yang cukup mahal diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Kegitan operasional yang bekerja secara optimal dapat berdampak terhadap laba yang diperoleh perusahaan karena operasional perusahaan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Hubungan kinerja keuangan terhadap pengungkapan CSR menurut Bowman dan Haire (1976) dalam Fahrizqi (2010:6) bahwa kepekaan sosial membutuhkan gaya manajerial yang sama sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat perusahaan menguntungkan (profitable). Penelitian yang dilakukan oleh Bowman dan Haire (1976) serta Preston (1978) dalam Fahrizqi (2010:6) mendukung hubungan profitabilitas dengan pengungkapan CSR. Jumlah pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan di dalam sustainability report semakin meningkat setiap periodenya. Berdarsarkan data yang diperoleh dari Report of The Judges (7 th Indonesia Sustainability Reporting Award 2011) yang merupakan sebuah ajang pemberian penghargaan terhadap penilaian sustainability report perusahaan menunjukan bahwa pelaporan sustainability report perusahaan-perusahaan di Indonesia mengalami peningkatan

dari tahun 2005 tercatat hanya dua perusahaan meningkat menjadi 35 perusahaan di tahun 2011 dan 40 perusahaan di tahun 2012 (ISRA, 2012). Meningkatnya jumlah perusahaan yang berpartisipasi dalam Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) menunjukan bahwa dengan adanya ISRA juga dapat mendorong perusahaan untuk melaporkan sustainability report. Berdasarkan penelitian Armin (2011:74) menunjukan bahwa pengumuman ISRA berpengaruh terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham yang dapat dilihat dari adanya perbedaan abnormal return dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah tanggal pengumuman diterima. Hubungan antara Good Corporate Governance, kinerja keuangan dan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) pada akhirnya akan mempengaruhi luas pengungkapan sustainability report perusahaan. Perusahaan yang memiliki prisip Good Corporate Governance akan memperhatikan luas pengungkapan sustainability report sebagai pertanggungjawaban kepada para stakeholder untuk keberlangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan ingin membangun citra sebagai perusahaan yang peduli terhadap kondisi sosial dan lingkungan akan berusahan memaksimalkan sustainability report sebagai cara untuk membangung citra perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini meneliti tentang pengaruh ISRA terhadap pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan di dalam sustainability report. Hal ini berdasarkan peningkatan jumlah perusahaan yang ikut berpartisipasi dalam ISRA.

Secara tidak langsung ISRA juga memberikan pengaruh terhadap pengungkapan sustainability report perusahaan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana mekanisme GCG, kinerja keuangan dan ISRA dapat mempengaruhi pengungkapan sustainability report perusahaan. Oleh karena itu penulis mengambil penelitian dengan judul Pengaruh Corporate Governance, Kinerja Keuangan dan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) Terhadap Luas Pengungkapan Sustainability Report. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah diungkap sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report? 2. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report? 3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report? 4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report?

5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report? 6. Apakah kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report? 7. Apakah ISRA berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan secara umum untuk memverifikasi teori yang telah ada dalam menjelaskan mengenai hubungan antara karakteristik GCG, kinerja keuangan dan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) terhadap luas pengungkapan sustainability report. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh karakteristik Good Corporate Governance yang diukur dengan ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris, komite audit, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report. 2. Untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report. 3. Untuk menguji pengaruh ISRA terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Memberikan kontribusi praktis kepada perusahaan atau manajemen tentang manfaat dan penerapan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) serta kinerja keuangan perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam sustainability report. 2. Memberikan kontribusi teoritis terhadap pengembangan ilmu Akuntasi Keuangan terutama mengenai bagaimana penerapan GCG dan kinerja keuangan dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial di dalam sustainability report. 3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga penyusun standar akuntansi dalam meningkatkan kualitas standard dan peraturan yang sudah ada. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sehubungan dengan penelitian tentang pengaruh corporate governance, kinerja keuangan dan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) terhadap luas pengungkapan sustainability report maka populasi penelitian ini mencakup seluruh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI yang menerbitkan sustainability report dan ikut berpartisipasi dalam Indonesia

Sustainability Reporting Award (ISRA). Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2009-2011.