PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T

dokumen-dokumen yang mirip
Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

Persentasi Tugas Akhir

Jig and Fixture FIXTURE)

Analisa Pengaruh Ketebalan Terhadap Distorsi Pada Gusset Joint Dengan Menggunakan Pengelasan MIG Secara Manual

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

ALAT BANTU PEGANG FLEKSIBEL UNTUK PROSES PENGGERINDAAN INTISARI

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB III METODOLOGI. Modular fixture ini meaipkan alat bantu yang digunakan untuk memegang benda

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN ALAT PENEPAT UNTUK PENGELASAN PADA PAGAR RANJANG RUMAH SAKIT EKONOMIS DENGAN METODE MEJA PUTAR (PROSES PEMBUATAN)

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

PERHITUNGAN BIAYA PENGELASAN TERHADAP KETEBALAN PELAT DAN JENIS SAMBUNGAN LAS di PT. B

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

Bab 6 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB III METODE PEMBUATAN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Transkripsi:

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T Anhara Syadda dan Fusito Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang - Prabumulih Km 32, Inderalaya (OI) Telp/Fax. (0711) 580272 Email: anharasyadda@yahoo.com ABSTRAK Proses las merupakan suatu ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair, pada penelitian ini jenis sambungan yang digunakan yaitu sambungan T dengan tujuan merancang dan membuat alat bantu pegang (fixture) untuk mendapatkan hasil pengelasan sambungan T dan membandingkan distorsi yang terjadi antara menggunakan fixture dan tanpa menggunakan fixture. Pada penelitian ini digunakan jenis pengelasan SMAW dengan merek A.C ARC WELDER bertipe Bz-300F-3 dan RD-260 AWS A5.1 E6013 berdiameter 3,2mm sebagai elektrodanya. Kajian dibatasi pada perancangan dam pembuatan alat serta pengukuran distorsi yang dilakukan sebanyak 18 kali. Pengukuran distorsi menggunakan alat dial indikator dengan titik awal/titik nol pada ujung benda uji dan titik akhir pada daerah sambungan las. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu pegang (fixture) dapat mengurangi terjadinya distorsi. Didapat nilai terkecil distorsi menggunakan alat bantu pegang (fixture) yaitu sebesar 0,33 derajat, sedangkan nilai terkecil distorsi tanpa penggunann fixture yairu sebesar 1,33 derajat. Serta penggunaan alat bantu pegang dapat mereduksi waktu setup dan dapat meningkatkan volume produksi yang berakibat pada penurunan biaya produksi, sehingga cukup layak dari segi ekonomi. Kata Kunci : Proses las, Distorsi, Fixture, SMAW, Sambungan T, Proses Produksi. 1. Latar Belakang Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kemajuan industri manufaktur yang diharuskan untuk dapat menghasilkan produk dengan cara yang lebih mudah, cepat, dan murah. Untuk itu banyak perusahaan dibidang industri manufaktur mencoba mencari cara untuk menekan biaya produksi dan mempercepat proses produksi tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Contoh nyata yang paling mudah untuk dilihat di antaranya adalah banyaknya bermunculan alat-alat bantu yang dapat membantu dan bahkan menggantikan pekerjaan manusia tersebut. Namun tidak semua pekerjaan yang ada sekarang sudah memiliki alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan tersebut. Bahkan dalam beberapa kegiatan produksi manufaktur terdapat beberapa pekerjaan yang menuntut adanya penggunaan alat bantu, salah satunya adalah pengelasan (Arifin dkk, 2014). Dengan memperhatikan kenyataan diatas maka perlu dilakukan perancangan dan pembuatan alat bantu cekam (fixture) dalam proses pengelasan sambungan-t yang mampu menjamin hasil pengelasan yang benar, dengan proses yang cepat dan mudah (Saptono, 2004). Dengan kata lain pengerjaan proses pengelasan akan lebih mudah untuk mendapatkan kualitas produk yang lebih tinggi dengan tidak adanya cacat pada bagian benda kerja, ataupun laju produksi yang lebih tinggi. Dengan demikian, efisiensi proses pengelasan suatu produk dapat ditingkatkan (mereduksi waktu setup) melalui perancangan alat bantu pegang (fixture) pada proses pengelasan sambungan-t. (Arifin, 2008). 2. Tinjauan Pustaka Fixture adalah peralatan produksi yang menempatkan, memegang dan menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan yang diperlukan bisa dilakukan (Arifin, 2008). Fungsi utama dari fixture las adalah memegang benda yang akan dilas pada saatnya ataupun sebelumnya. 1

3. Metode Penelitian dan Eksperimen Mulai Studi Pustaka Perancangan Alat Analisa Desain (Stress Analysis) f. Menggunakan material alat bantu yang menjamin umur. g. Pemakaian yang cukup. h. Menjamin keamanan kerja operator. 5. Hasil dan Analisa 5.1. Analisa Pada Clamp Posisi pencekam selalu bersentuhan dengan benda kerja pada posisi yang rigid. Untuk menghindari defleksi benda kerja harus ditahan menggunakan alat bantu. Pembuatan Alat Pengujian Alat: Membandingkan hasil pengelasan sambungan T dengan menggunakan fixture dan tanpa menggunakan fixture dengan menghitung nilai distorsi Gambar 2. Daerah clamp yang bersentuhan dengan benda kerja. Material: Baja karbon rendah Panjang komponen: 143,23 mm Lebar komponen: 50 mm Tegangan pada clamp Tidak Berha sil? Maka, (4) Ya Analisa dan Kesimpulan Selesai Gambar 1. Langkah-langkah Perancangan Alat Gerinda Silindris = 253,77 N/mm 2 5.2. Analisa pada set-block Sebagai alat yang memposisikan benda kerja pada fixture agar benda kerja menjadi rigid atau kaku. 4. Eksperimen Desain alat bantu selalu berkembang karena tidak ada satu alat yang mampu memenuhi seluruh proses manufaktur. Dari sini ditentukan konsep alat bantu yang dirancang harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Sederhana, mudah dioperasikan. b. Menurunkan biaya manufaktur. c. Menghasilkan part berkualitas tinggi secara konsisten. d. Menaikkan laju produksi. e. Foolproof, mencegah penggunaan/pemasangan yang salah. Gambar 3. Daerah set-block yang bersentuhan dengan benda kerja. Material: Baja karbon rendah Panjang komponen: 100 mm Lebar komponen: 60 mm Tegangan pada clamp Maka, = 302,9 N/mm 2 2

5.3. Analisa Pada Batang Penggerak Batang penggerak digunakan untuk menggerakkan clamp, batang ini memiliki ulir sehingga dapat mendorong dan menarik clamp. Gambar 4. Batang penggerak. Maka, Toleransi yang terjadi pada ulir batang penggerak yaitu sebesar 174 µm untuk ulir luar dan 229 µm untuk ulir dalam. Bagian-bagian yang telah dirancang dan dibuat akan digabungkan dengan komponenkomponen utama lainnya. Berikut ini merupakan alat bantu pegang (fixture) yang telah selesai dibuat dan di rangkai. Material: Baja karbon rendah Massa: 20,164 Kg eter komponen: 20 mm Tegangan pada clamp Gambar 6. Alat bantu pegang (fixture). Maka, = 5787,94 N/mm 2 5.4. Analisa Toleransi Pada Ulir Untuk ulir luar daerah toleransinya adalah e, g dan h. Sedangkan untuk ulir dalam daerah toleransinya adalah G dan H. Gambar 5. Posisi daerah toleransi ulir luar dan ulir dalam. 6. Pengujian Alat Adapun pengujian pada alat ini adalah untuk mengetahui apakah elemen-elemen yang ada pada alat bantu pegang (fixture) proses pengelasan sambungan T dapat bekerja dengan baik, dengan membandingkan hasil pengelasan yang pendinginannya menggunakan fixture dan tanpa fixture. Adapun proses-proses pengujian alat meliputi: persiapan mesin dan alat, persiapan benda uji, analisa, kesimpulan dan selesai. 6.1. Persiapan Benda Uji Benda kerja yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pelat besi yang berukuran 3mm dengan ukuran panjang 200 mm. Ulir yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjenis M20 dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 1. Spesifikasi Ulir M 20 Ulir luar eter eter Ga tenga nomi ng eter h nal P terke d d = D 2 = cil D 2 d 3 18,37 M 20 2,5 6 Ulir dalam eter terke cil D 3 eter mata bor 16,93 17,29 17,5 Gambar 7. Pelat besi. 6.2. Persiapan Alat Adapun alat-alat yang digunakan guna menunjang penelitian adalah sebagai berikut: a. Mesin Las Jenis mesin las yang digunakan pada pengujian alat bantu pegang ini adalah pengelasan SMAW (Shield Metal Arc 3

Welding) atau biasa disebut las busur listrik. b. Dial Indikator Dial indikator adalah alat ukur yang dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar, bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. pengukuran. e. Didapatkan selisih ukuran yang merupakan nilai dari distorsi. 7. Pelaksanaan Pengujian Tahapan Pengujian : 1. Tahap awal pengujian yaitu menyiapkan alat-alat yang akan digunakan selama proses pengujian. 2. Benda uji yang digunakan dipotong panjangnya menjadi 200 mm, sedangkan tebal benda uji yaitu 3 mm. 3. Pada pengujian pengelasan menggunakan fixture, benda uji ditempatkan pada 2 buah sisi sehingga benda uji tersebut memiliki sudut 90 0, lalu keratkan benda uji dengan memutar batang penggerak agar clamp dapat menahan benda uji. 4. Pada pengujian pengelasan tanpa menggunakan fixture, 2 buah benda uji diletakkan diatas permukaan datar, gunakan mistar siku untuk mendapatkan sudut 90 0. Benda uji siap dilakukan proses pengelasan. 5. Setelah benda uji siap, proses pengelasan dapat dilakukan dengan menggunakan elektroda berjenis E6013, Voltase 20 30 V, travel speed 60 mm/min serta variasi Arus (A) yaitu 100 A, 125 A dan 150 A. 6. Menjalankan proses pengelasan sesuai dengan parameter dan variasi yang telah ditentukan. 7. Ketika menjalankan proses, hitung perbandingan waktu setup dan waktu proses pengelasan. 8. Mengukur distorsi dari setiap benda uji dengan menggunakan dial indikator. Pengukuran distorsi dapat dilakukan sebagai berikut: a. Benda uji yang telah dilas diletakkan diatas meja datar. b. Agar benda kerja tidak bergerak, maka di cekam. c. Benda uji diukur dengan dial indikator pada ujung benda uji yang mana menjadi titik 0 (nol) atau titik awal pengukuran. d. Dial indikator mengukur daerah las dari benda uji yang merupakan titik akhir Gambar 8. Pengukuran distorsi 9. Mengolah data hasil pengelasan dan hasil pengukuran yang diperoleh secara statistik. 10. Memasukkan nilai tersebut kedalam tabel dan kemudian dibuat grafik masing-masing variasi terhadap nilai distorsi. Menganalisa hasil penelitian untuk mendapatkan kesimpulan dari setiap variasi parameter tersebut dan menentukan apakah fixture yang dibuat berhasil menahan laju distorsi pada benda uji. 9. Hasil Pengujian Alat Pada pengujian ini didapat waktu setup dan waktu proses pengelasan, dimana hasil pengujian memperlihatkan perbandingan waktu yang terjadi antara menggunakan fixture dan tanpa menggunakan fixture. Kemudian setelah membandingkan waktu dengan menggunakan fixture dan tanpa menggunakan fixture, dilakukan analisa kelayakan ekonomis yang gunanya agar mengetahui apakah alat bantu pegang atau fixture yang dibuat layak untuk digunakan secara ekonomi. 11.1. Analisis Perbandingan Waktu Setelah melakukan proses perhitungan waktu setup tanpa menggunakan fixture dan waktu setup dengan menggunakan fixture pada saat pengujian alat, maka dapat diketahui perbandingan waktu setup yang terjadi. Selain itu, terdapat juga waktu proses pengelasan yang dilakukan dengan perbandingan proses pengelasan tanpa menggunakan fixture dan proses pengelasan menggunakan fixture. Perbandingan waktu setup dan waktu proses dapat dilihat pada tabel berikut. 4

Tabel 2. Perbandingan waktu setup dan waktu proses Menggunakan Fixture Tanpa Menggunakan Fixture Spesimen I III V II IV VI Waktu Setup (detik) 26,112 43,088 Waktu Proses (detik) 25,804 20,581 Total (detik) 51,916 63,669 Gambar 9. Penggambaran grafik perbandingan waktu setup dan waktu proses pengelasan. Dengan melihat grafik diatas dapat disimpulkan bahwa, waktu setup dengan menggunakan fixture sebesar 21,619 detik, lebih cepat dibandingkan dengan tanpa menggunakan fixture yang memiliki waktu setup sebesar 43,088 detik. Hal ini dikarenakan fixture yang dibuat memudahkan operator dalam melakukan setup, sehingga waktu setup menggunakan fixture lebih efisien. Sedangkan waktu proses pengelasan menggunakan fixture sebesar 25,765 detik, lebih lama dibandingkan dengan tanpa menggunakan fixture yang memiliki waktu proses pengelasan sebesar 20,581 detik. Hal ini dikarenakan ruang gerak las yang sempit, sehingga proses pengelasan mengunakan fixture dilakukan 2 kali. 11.2. Analisis Kelayakan Ekonomis Alat Bantu Pegang Untuk dapat menganalisis apakah fixture yang dibuat cukup layak secara ekonomis, maka dilakukan pengujian dengan cara membandingkan ongkos dan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengelasan menggunakan alat bantu pegang (fixture) dan tanpa menggunakan alat bantu pegang (fixture), dengan ukuran lot produksi sebanyak 2000 unit. Tabel 3. Hasil Analisis Kelayakan Ekonomis Kriteria Tanpa Menggunakan Menggunakan Fixture Fixture Ukuran lot produksi 2000 unit 2000 unit Jumlah benda kerja 69 unit / jam 57 unit / jam perjam Ongkos pembuatan Rp. 286,- Rp. 346,- per unit Ongkos tenaga kerja Rp. 570.000,- Rp. 692.000,- Hasil perbandingan menunjukkan bahwa penggunaan fixture dapat meningkatkan volume produksi yang berakibat pada penurunan biaya pembuatan produk. 11.3. Analisis Distorsi Setelah proses pengujian alat bantu pegang (fixture) pada benda uji berbentuk pelat strip dilakukan, benda uji tersebut akan diuji penyimpangannya atau distorsi dengan menggunakan dial indikator. Uji distorsi diambil dengan mengukur titik awal yang berarti titik nol pada ujung pelat strip dan diakhir pada titik akhir yaitu pada sambungan las. Parameter yang digunakan pada saat pengujian dapat dilihat pada tabel 4. 5

Tabel 4. Parameter pengujian Travel Voltase Specimen speed (V) (mm/min) Arus (A) 100 125 150 Pengelasan menggunakan fixture Pengelasan tanpa fixture I 20-30 60 II 20-30 60 III 20-30 60 IV 20-30 60 V 20-30 60 VI 20-30 60 Tabel 5. Hasil pengukuran distorsi Menggunakan Fixture Tanpa Menggunakan Fixture Spesimen I III V II IV VI 0.55 0.58 0.66 1.97 1.33 2.51 Distorsi 0.50 0.65 0.33 1.50 1.96 2.40 (derajat) 0.88 0.59 0.35 1.81 2.20 3.68 Rata-rata 0.65 0.61 0.45 1.76 1.83 2.86 (derajat) Tabel 5. Merupakan hasil pengukuran pada pengujian benda uji pelat strip setelah dilakukan proses pengelasan menggunakan alat bantu pegang (fixture) dengan variasi arus. Gambar 10. Penggambaran grafik pengukuran distorsi. 10. Kesimpulan dan Saran 12.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari perancangan dan pembuatan alat bantu pegang (fixture) untuk proses pengelasan sambungan T yang sudah dilakukan pengujian alat adalah sebagai berikut: a. Pembuatan alat bantu pegang (fixture) yang dihasilkan yaitu: Base plate berbentuk segi empat dengan dimensi 400 x 300 x 10 mm dengan jumlah lubang 8 buah yang dibuat ulir M10. Clamp berbentuk menyerupai huruf V dengan dimensi 255 x 110 x 50 mm. Batang penggerak berbentuk silinder dengan panjang 330 mm dengan diameter 14 mm yang dibuat ulir M20 dengan jarak pitch 2,5 mm. Lokator berbentuk segi enam dengan dimensi 300 x 280 x 10 mm, dengan jumlah lubang 4 buah. Dua buah Set-block berbentuk siku dengan dimensi 100 x 60 x 10 mm dengan 2 buah lubang pada salah satu penampangnya. b. Alat bantu pegang (fixture) dapat meningkatkan produktivitas melalui waktu setup serta meningkatkan efisiensi penggunaan melalui penggunaan yang berulang-ulang. c. Alat bantu pegang (fixture) dapat mengurangi distorsi yang terjadi pada proses pengelasan sambungan T. d. Pada proses pengelasan menggunakan fixture, nilai distorsi terendah terjadi pada variasi arus 150 A, yaitu sebesar 0,33 derajat. Sedangkan nilai distorsi tertinggi terjadi pada variasi arus 100 A, yaitu sebesar 0,88 derajat. e. Pada proses pengelasan tanpa menggunakan fixture, nilai distorsi terendah terjadi pada variasi arus 125 A, yaitu sebesar 1,33 derajat. Sedangkan nilai distorsi tertinggi terjadi pada variasi arus 150 A, yaitu sebesar 3,68 derajat. f. semakin besar arus pada proses pengelasan menggunakan alat bantu pegang (fixture) maka semakin kecil distorsi yang terjadi. Sedangkan pada proses pengelasan tanpa menggunakan alat bantu pegang (fixture) semakin besar arus yang digunakan maka semakin besar pula distorsi yang terjadi. 2

12.2. Saran Berdasarkan pengujian dan hasil yang didapatkan dari perancangan dan pembuatan alat bantu pegang (fixture) untuk proses pengelasan sambungan T, maka penulis dapat memberikan saran yaitu : 1) Didalam melakukan perancangan alat tambahan pada mesin manufaktur perlu di perhatikan bentuk disain, ukuran dan dimensi alat. Agar alat dapat digunakan sesuai dengan apa yang diharapkan. 2) Alat bantu pegang (fixture) ini dapat disempurnakan oleh peneliti selanjutnya, misalnya dengan memvariasikan jenis sambungan las. 11. Daftar Pustaka ASM Handbook Commite. 1993. Welding, Brazing and Soldering. Vol. 6. ASM International. Cross, Nigel. 1994. Engineering design methods: Strategies for product design. 2nd. ed. Chichester (Wiley). Ginting, Rosnani. 2008. Perancangan Produk. Medan: Departemen Teknik Industri USU. Hoffman, Edward G. 2004. "Jig and Fixture, Fifth Edition". Delmar, cangage learning, USA. IS 14962. 2001. ISO General Purpose Metric Screw Threads-Tolerances: Part 1 Principles And Basic Data. Manak Bavan; Bureau Of Indian Standards. New Delhi 110002, India. Rochim, T., 2007. PROSES PEMESINAN BUKU 1 Klarifikasi Proses, Gaya & Daya Pemesinan. Penerbit : ITB. Bandung. Wiryosumarto, Harsono dan Toshie Okumura. 2000. Teknologi Pengelasan. Cet.8. Jakarta: Pradnya Paramitha. Yanis, Muhammad dkk. 2015. Perancangan dan Pembuatan Alat Bantu Cekam Pada Mesin Sekrap Untuk Mengerjakan Proses Freis. Jurnal. 3