BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2011, hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm5

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw. tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat Pendidikan merupakan proses pengembangan kreatif peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah, berkepribadian muslim, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi dan berbudi luhur. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 1 Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. 2 Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. 3 Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. 4 Usaha pendidikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah ini merupakan lembaga dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga sehingga 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 2. 2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 3 3 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2 4 Ibid, hlm. 5 1

2 mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya, dan diselenggarakan secara formal. 5 Sebagai lembaga pendidikan formal, tentu sekolah memiliki pengelolaan yang baik dari segi pembelajaran dan manajemennya yang akan menghasilkan output yang berkualitas, sedangkan sekolah yang manajemennya kurang baik tidak akan memberikan kualitas yang baik pula, banyak sekolahan yang tidak terkelola dari segi sistem pembelajaran dan manajemennya sehingga sekolah tersebut tidak maju dan kurang bermutu. Menurut Ahmad Supardi, yang dikutip oleh Hamdani bahwa, pendidikan yakni usaha membina dan membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT, cinta kasih kepada orang tua, kepada sesama manusia, kepada tanah air sebagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT. 6 Melalui pendidikanlah manusia dapat mengenyam ilmu umum maupun ilmu agama, mulai dari yang mereka tidak ketahui menjadi tahu. Karena konsep pendidikan merupakan kegiatan yang unik bagi setiap manusia. Keunikan pendidikan terletak pada bagaimana manusia mendidik kaumnya sendiri, dari hal-hal buruk yang seharusnya mereka tinggal menuju hal-hal baik yang seharusnya mereka lakukan. Konsep pendidikan perlu dikaitkan dengan ilmu pendidikan, karena keduanya menyangkut masalah hakikat manusia yang menjelaskan kedudukan peserta didik dan pendidik dalam interaksi pendidikan. 7 Jika kita berbicara tentang pendidikan itu masih bersifat umum, maka akan lebih kita khususkan lagi pada pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam sering diartikan dengan pendidikan yang berdasarkan dengan ajaran Islam. Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan agama Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Dimana pembelajaran agama Islam, dalam konteks kebijakan pendidikan nasional identik dengan pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan formal di semua jenjang pendidikan, mulai pendidikan anak usia dini, dasar, menengah dan pendidikan tinggi. 5 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar -dasar Ilmu Mendidik), Rineka Cipta, 2000, hlm. 15 6 Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 20. 7 Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hlm. 19.

3 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapakan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber kitab suci Al Qur an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 8 Pendidikan agama Islam juga bisa diartikan sebagai proses pembantuan pencapaian tingkatkesempurnaan, yaitu manusia yang mencapai tingkat keimanan dan berilmu yang disertai dengan melakukan amal shaleh. Dan konsep-konsep nilai dalam pendidikan Islam adalah nilai-nilai agama Islam yang berlandaskan Al-Qur an dan Hadits. Menurut Achmad D. Marimba, yang dikutip oleh Ismail SM, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam. 9 Pada intinya, semua pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan islam dasarnya adalah Al Qur an dan Hadits. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Shaad Ayat 29 : Artinya: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. Menurut Al-Syaibani yang dikutip oleh Muhammad Nuquib al-attas bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut 8 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 201. 9 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media Group, Semarang, 2009, hlm. 36.

4 dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran. 10 Pendidikan Islam dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, baik dalam lembaga formal, non formal dan informal. Antara pendidikan formal, non formal dan informal tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya saling berhubungan dan tidak dapat difonis mana yang lebih dominan.karena semuanya penting untuk mencapai tujuan daripada pendidikan. Tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk insan kamil yang mempunyai beberapa karakter sehingga dapat mengarahkan manusia pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan secara umum, tujuan pendidikan Islam adalah arah yang diharapkan setelah subyek didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Dunia pendidikan formal tidak bisa lepas dari pembelajaran. Pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Penyediaan kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau ditemukan sendiri oleh individu (belajar secara otodidak). 11 Dalam proses belajar mengajar dibutuhkan seorang pendidik yang berkompeten. Salah satunya yakni dalam mengembangkan model, strategi dan metode yang harus disesuaikan dengan sasaran pembelajaran agar tercipta kondisi belajar yang menyenangkan dan mudah tercapainya tujuan pembelajaran. 12 Tujuan pembelajaran yang dimaksud disini yakni hasil pembelajaran/evaluasi hasil belajar. Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, maka untuk mengukur atau menilai sejauhmana peserta didik dapat menguasai materi sesuai tujuan pendidikan, perlu adanya penilain atau evaluasi yang selaras. Menurut Ralph Tyler, yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, 10 Muhammad Nuquib al-attas, Konsep Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir, Mizan, Bandung, 1994, hlm. 60. 11 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 40. 12 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 19.

5 dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. 13 Perumusan evaluasi hasil belajar mengacu pada taksonomi Bloom. Karena tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada ketiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) Ranah proses berpikir (cognitive domain), (2)Ranah nilai atau sikap (affective domain), (3) Ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi belajar, maka ketiga ranah atau domain itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi belajar. 14 Hingga sampai saat ini taksonomi bloom banyak dipakai sebagai dasar pengembangan tujuan instruksional diberbagai kegiatan latihan dan pendidikan. Tujuan evaluasi dikategorikan menjadi dua, yaitu: untuk meningkatkan kualitas proses dan untuk menentukan apakah program diteruskan atau tidak. 15 Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah program atau kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses pendidikan tersebut mencapai tujuan pendidikan yang ingi dicapai. Apabila ada kendala dalam proses pendidikan, maka harus segera ditangani. Mana yang menjadi sebabnya dan bagaimana cara memperbaikinya. Menurut Oemar Hamalik, sasaran evaluasi hasil belajar dalam ranah keterampilan, yaitu keterampilan kognitif, psikomotor, reaktif dan interaktif. 16 Pembahasan kali ini, penulis akan membahas tentang kemampuan psikomotorik saja. Kemampaun psikomotor adalah kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.hasil belajar psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah yang hlm. 49. 15 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 3. 14 Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Djemari Mardapi, Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2012, hlm. 31. 16 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 162.

6 dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik. 17 Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Penilaian melalui kemampuan psikomotor ini dapat diterapkan dalam pembelajaran materi hafalan doa harian pada tingkatan kanak-kanak. Tujuannya agar peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai atau dapat mempraktekkan, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.untuk itu, guru perlu mampu mengembangkan model dan metode pembelajaran yang tepat. Guru untuk mengembangkan kemampuan motorik anak dapat dipergunakan metode-metode yang menjamin anak tidak mengalami cedera. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menentang, bahan dan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, tidak menimbulkan rasa takut, dan cemas dalam menggunakannya.berbagai bahan dan alat yang dipergunakan juga menentang anak untuk melakukan berbagai aktivitas motorik. 18 Diharapkan dari pembelajaran hafalan doa harian tidak sekedar dihafalkan, akan tetapi langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu bimbingan dan kerja sama dari guru dan orang tua. Karena usia kanak-kanak masih perlu bimbingan dan arahan dalam setiap waktunya. Perlu kita ketahui bahwa fakta dilapangan yang ada, pendidikan pada anak usia kanak-kanak cenderung monoton, padahal anak seusia kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir itu membutuhkan inovasi-inovasi dalam setiap pembelajarannya. Jadi, pengembangan model pembelajaran perlu diterapkan. Seperti penerapan model mnemonik. Model mnemonik yaitu cara menghapal dengan menggunakan dua prinsip utama, yaitu imajinasi dan asosiasi. Karena usia kanak-kanak rasa ingin tahunya tinggi dan akan merasa cepat bosan jika model pembelajarannya tidak berubah-ubah. Kemungkinan besar peserta didik sulit menerima apalagi menerapkan dalam kehidupan seharihari.sehingga tujuan pembelajaran melalui evaluasi hasil belajar peserta didik pada ranah psikomotor belum bisa tercapai. Padahal, salah satu tujuan 17 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm 32. 18 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 10.

7 pendidikan adalah jenis perilaku yang diharapkan muncul setelah mengikuti sebuah kegiatan belajar yaitu perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor. 19 Hal ini berarti memberikan pandangan bahwa pendidikan tidak cukup pada ranah mengetahui dan menghafal. Akan tetapi pemahaman, penanaman nilai, pembiasaan atau praktik (keterampilan psikomotor) juga harus dicapai. Karena salah satu tujuan pendidikan adalah sebagai bekal mereka ketika terjun di lingkungan masyarakat. Sebagaimana pembelajaran yang dilakukan di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus yang menerapkan model pembelajaran mengingat dan menghafal (Mnemonik) agar memudahkan peserta didik menerima pembelajaran untuk pengembangan kemampuan psikomotorik melalui pembiasaan atau praktik. Berdasarkan permasalahan diatas penulis akan melakukan penelitian di RA NU Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus yang berjudul : Penerapan Model Mnemonik untuk Pengembangan Kemampuan Psikomotorik Peserta Didik dalam Pembelajaran Materi Hafalan Do a Harian (Studi Kasus di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017). B. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah batasan masalah yang menjadi titik perhatian atau penelitian. 20 Adapun fokus penelitian terkait dengan skripsi penulis tentang penerapan model mnemonik untuk pengembangan psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran materi hafalan do a harian (studi kasus di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017) adalah: penerapan model mnemonik dalam bentuk lagu-lagu pada pembelajaran materi hafalan do a harian di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus, yang ditandai dengan kegiatan memproses kemampuan psikomotor siswa dalam hafalan do a harian agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 19 Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit, hlm. 51. 20 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005, hlm. 141.

8 C. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. 21 Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model mnemonik untuk pengembangan kemampuan psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran materi hafalan do a harian di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model mnemonik pada materi hafalan do a harian di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017? 3. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk megatasi kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model mnemonik pada materi hafalan do a harian di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah tujuan secara umum dari penelitian. 22 Berdasarkan permasalahan yang diajukan diatas maka tujuan yang hendak dicapai didalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memaparkan Bagaimana penerapan model mnemonik untuk pengembangan kemampuan psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran materi hafalan do a harian di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model mnemonik pada materi hafalan do a hariandi RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam megatasi kendala yang dihadapi oleh guru dalam penerapan model mnemonik pada materi 21 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R dan D, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 288. 22 Ibid, hlm. 162.

9 hafalan do a hariandi RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis, untuk memberikan pengetahuan tentang pengembangan kemampuan psikomotorik peserta didik dalam materi hafalan do a harian melalui penerapan model pembelajaran mnemonik. 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan dapat dijadikan bahan acuan untuk seluruh civitas dan lembaga pendidikan terkait. Khususnya bagi pendidik, peserta didik dan penulis. a. Bagi pendidik: untuk menghimbau dan mengarahkan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan psikomotoriknya, agar tujuan pembelajaran tercapai maksimal. b. Bagi peserta didik: agar memperoleh pengetahuan dan motivasi untuk mengamalkan nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan seharihari. c. Bagi penulis: dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai proses belajar mengajar dan penerapan model mnemonik untuk pengembangan kemampuan psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran materi hafalan do a harian di RA Tsamrotul Huda Tergo Dawe Kudus Tahun pelajaran 2016/2017. Sehingga dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk proses kedepan.