BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil. Kemudian. (BPR), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. Rakyat Syariah (BPRS). Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun dalam lalu lintas pembayaran.(salman, 2012:8).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri diikuti oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa yang lain di

BAB V PEMBAHASAAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ditanamankan pada sektor produksi dan investasi, di samping

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 tahun 1998),

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. usaha suatu perusahaan (sebagai hasil kerja bertahun-tahun sebelum go public)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dana. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kartika Sari, SKom., MM Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BI Rate KMK KK KI. Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2). deposito yang sebagaimana dapat menjadi alternatif untuk berinvestasi.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan interaksi tradisi islam dengan perubahan-perubahan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kasmir (2014) mengemukakan kegiatan utama suatu bank dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasang surut perekonomian suatu negara. Lembaga keuangan di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara (Kasmir, 2004).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perbankan telah berkembang pesat, bank berperan sangat penting mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan perbankan merupakan salah satu sarana pembangunan, dimana perbankan diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di Indonesia. Lembaga ini juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dengan mengadakan pengumpulan dana melalui usaha - usaha yang dijalankan perbankan, seperti tabungan, deposito, maupun kredit. Adanya tabungan, deposito, maupun kredit menimbulkan terjadinya perputaran uang di masyarakat sehingga dapat dipergunakan untuk pembangunan (Huttasoit, 2005). Menurut undang-undang No.10 tahun 1998 bahwa jenis bank di Indonesia adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat adalah adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Bank Perkreditan Rakyat bertujuan untuk membantu dan mensejaterakan para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat para pelepas uang (rentenir) yang selalu memberikan kredit dengan bunga tinggi. 1

Bank Perkreditan Rakyat memiliki keunggulan dari pada Bank Umum. Bank Umum memang punya keunggulan teknologi, sumber dana yang melimpah, networking secara nasional, lalu lintas pembayaran melalui cek dan bilyet giro, dan sebagainya. Tetapi BPR mempunyai keunggulan khusus, BPR dapat menjalin hubungan personal yang kuat dengan nasabahnya. BPR mampu memberi pelayanan yang prima karena pelayanan yang dilakukan BPR adalah face to face. BPR juga mampu menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya dan perikehidupan masyarakat sekitarnya. Pertumbuhan dan perkembangan BPR di tanah air menunjukan perkembangan yang positif. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah BPR di Indonesia. Pada bulan Oktober 2015 jaringan kantor BPR mencapai 3.187 kantor dengan kinerja pertumbuhan BPR yang semakin baik. Sementara itu DPK BPR Konvensional juga menunjukan hal positif. Berdasarkan data dari Bank Sentral Indonesia, jumlah dana pihak ketiga BPR Konvensional mengalami pertumbuhan yang positif tiap bulannya. Pada tahun 2008 awal dana pihak ketiga BPR Konvensional sebesar Rp 19.145.255.232 milyar rupiah hingga di akhir tahun 2015 dana pihak ketiga BPR Konvensional sudah mencapai Rp 65.054.594.177 milyar rupiah dengan rata-rata pertumbuhannya 3.91%. Hal ini menandakan bahwa kepercayaan masyarakat pada sektor Bank Perkreditan Rakyat Konvensioanal semakin meningkat tiap tahunnya. 2

Dana pihak ketiga merupakan dana yang berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini (Kasmir, 2002). Dana yang dimaksud berupa tabungan, deposito dan lain-lain kecuali giro, karena BPR tidak menghimpun dana dalam bentuk giro. DPK yang dihimpun oleh perbankan dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi, diantaranya BI Rate, inflasi dan kurs. BI Rate merupakan suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter dalam upaya mencapai target inflasi (Bank Indonesia, 2015). Kemudian BI Rate akan menjadikan patokan dalam penentuan tingkat suku bunga yang akan di ikuti oleh bank bank lainnya dalam menentukan tingkat bunga. Dengan adanya BI Rate sebagai suku bunga acuan mempengaruhi jumlah DPK yang dihimpun bank dari masyarakat. Tingkat suku bunga salah satu alasan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank, masyarakat menabung di bank dengan mengharapkan adanya imbalan bunga. Suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Apabila tingkat suku bunga simpanan pada bank umum meningkat, masyarakat akan semakin tertarik untuk menyimpan uangnya di bank (Kasmir, 2002). Di akhir tahun 2008 BI Rate sebesar 8.00% merupak BI Rate tertinggi yang terjadi di tahun 2008 hingga 2015. Sedangkan yang terendah terjadi di tahun 3

2012 hanya sebesar 5,75%. Jika dilihat dari sisi DPK BPR di tahun 2008 DPK BPR sebesar Rp 20.796.451.184 dan di tahun 2012 sudah mencapai Rp 43.091.037.151. Dengan adanya data tersebut mengindikasi bahwa tinggi atau rendahnya BI Rate tidak mempengaruhi sisi DPK BPR yang terus naik tiap tahunnya. Hal ini tentu tidak sejalan dengan teori klasik yang menyatakan bahwa suku bunga itu menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang dapat mempengaruhi jumlah DPK yang di himpun suatu bank. Pendapat ini juga sejalan dengan penelitian yang diteliti oleh Nikmatul (2011) menunjukkan adanya pengaruh signifikan dan negatif BI Rate terhadap dana pihak ketiga. Dalam teori Kuantitas inflasi juga mempengaruhi dana pihak ketiga. Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut (Nopirin, 1990). Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Fenomena yang seperti itu akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun (Pohan, 2008:52). Menurut data bank Indonesia dari awal tahun 2008 sampai akhir tahun 2015 inflasi selalu mengalami naik turun. Kenaikan inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 11,90%. Dimana negara Indonesia mengalami kenaikan harga maupun jasa secara terus menerus. Namun hal ini tidak 4

berlangsung lama, tahun 2009 tepatnya dibulan Juli inflasi yang terjadi di Indonesia menurun drastis menjadi 2,57%. Ditahun tahun berikutnya naik turun inflasi tetap terjadi. Jika dihubungkan dengan teori diatas seharusnya pada tingkat inflasi yang tinggi masyarakat akan enggan menabung karena nilai riil tabungannya akan merosot, namun pada BPR Konvensional di Indonesia dana pihak ketiganya justru mengalami kenaikan tiap bulannya. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga adalah nilai kurs Rupiah terhadap dollar AS secara umum, apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain tentu didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antar keduanya. Nilai tukar itu sebenarnya merupakan semacam harga didalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs (Nopirin,1992). Selain itu depresiasi Rupiah terhadap mata uang, terutama hard currencies seperti Dollar Amerika Serikat (Dollar AS), dapat menyebabkan capital outflow atau pelarian modal masyarakat keluar negeri karena jika dibandingkan dengan mata uang negara lain maka ekspektasi return investasi di Indonesia lebih rendah. Semakin meningkat nilai tukar Dollar AS akan menaikkan permintaan Dollar, sebaliknya permintaan uang domestic akan turun. Berdasarkan hal ini, perubahan nilai tukar rupiah terhadap hard currencies, diantaranya Dollar AS, dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah rekening maupun DPK di perbankan. Jika nilai rupiah naik maka permintaan akan barang/jasa akan mengalami penurunan dan akan menekan permintaan, jika permintaan turun akan disikapi oleh produsen dengan mengurangi produksi. Bila produksi mengalami penurunan, 5

maka masyrakat selaku penerima balas dan jasa faktor produksi akan mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya dana yang mau disimpan berkurang hal tersebut mengakibatkan bank kesulitan dalam melakukan penghimpunan DPK. Pernyataan di atas terus terang di bantah oleh data yang dikeluarkan oleh BI, karena pada saat kurs menurun di tahun 2011 tepatnya di bulan juli yaitu sebesar Rp 8533.24 sedangkan DPK BPR terus meningkat di tiap tahunnya. Dari beberapa penelitian terdahulu, dijelaskan bahwa kurs dan inflasi berpengaruh negatif terhadap dana pihak ketiga, sedangkan BI Rate berhubungan positif dengan dana pihak ketiga. Dimana semakin tinggi angka BI Rate semakin tinggi minat masyarakat untuk menabung ataupun sebaliknya, begitupun dengan kurs dan inflasi, apabila kurs dan inflasi semakin tinggi maka dana pihak ketiga akan semakin menurun. Namun dalam hal ini peningkatan dan penurunan tersebut tidak diiringi dengan penurunan jumlah dana pihak ketiga pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di Indonesia dimana dana pihak ketiga pada BPR Konvensional di Indonesia yang selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia (Periode Triwullan 2008 2015). 6

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Konvensional, BI Rate, inflasi dan kurs di Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaruh BI Rate, inflasi, dan kurs terhadap Dana Pihak Ketiga BPR Konvensional di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis dan mengetahui perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Konvensional, BI Rate, Inflasi dan Kurs di Indonesia. 2. Menganalisis dan mengetahui pengaruh BI Rate, inflasi dan kurs terhadap Dana Pihak Ketiga BPR Konvensional di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang diperoleh terutama pada bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai perbankan khususnya masalah pengaruh BI Rate, Inflasi dan Kurs terhadap dana pihak ketiga pada Bank Bank Perkreditan Rakyat khususnya bank konvensional yang ada di Indonesia. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi. 7

3. Bagi instansi terkait, penulisan ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan serta sumbangan ilmu dan menambah daftar kepustakaan. 4. Bagi universitas, Penulisan ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur yang dapat digunakan demi kepentingan bersama pada universitas. 5. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang tertarik pada masalah mengenai BI Rate, Inflasi dan Kurs yang berpengaruh terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga pada BPR Konvensional yang ada di Indonesia. 1.5. Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian akan dapat dilakukan secara terarah dan lebih fokus atas masalah yang diteliti, maka perlu adanya ruang lingkup penelitian berikut ini : 1. Penelitian mempunyai rentang waktu perode time series dari tahun 2008 2015 dengan menggunakan data sekunder Bank Perkreditan Rakyat Konvensional negara Indonesia sebagai daerah penelitian yang diperoleh dari Bank Indonesia. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga (dalam bentuk Milyar Rupiah yang kemudian diolah menjadi persen) dimana dana pihak ketiga disini merupakan dana yang dihimpun maupun disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan lain lain kecuali giro. Sedangkan variabel bebas yang di teliti adalah BI Rate (dalam bentuk persen) yaitu suku bunga acuan bagi seluruh bank dan Inflasi berdasarkan IHK (Indeks Harga Konsumen) yang dinyatakan dalam persen, kemudian yang terakhir Kurs, kurs yang digunakan adalah kurs 8

tengah yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (Menunjukkan pada ratio Kurs Dollar terhadap Rupiah yang dinyatakan dalam satuan Rp sejak tahun 2008-2015). 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi dalam enam bab dengan urutan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang diambil, data penelitian yang akan dikemukakan mengenai landasan teori penelitian, penelitian terdahulu, kerangka penelitan dan hipotesis penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Menguraikan gambaran umum keadaan daerah Indonesia, menguraikan sejarah maupun visi dan misi Bank Perkreditan Rakyat, keadaan perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Konvensional di Indonesia, perkembangan BI Rate, Inflasi dan Kurs di Indonesia. 9

BAB V HASIL PEMBAHASAN Bab ini akan diuraikan tentang deskriptif objek penelitian, analisis data dan pembahasan penelitian. BAB VI PENUTUP DAN SARAN Memuat kesimpulan dari hasil analisis data. Bab ini juga mencakup saran yang direkomendasikan penulis kepada pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan skripsi. 10