BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV PENUTUP. Kategori atau unsur-unsur dari percobaan melakukan jarimah (kejahatan) membicarakan tentang fase-fase pelaksanaan jarimah (kejahatan).

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum ada tiga unsur seseorang dianggap telah melakukan

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB II KONSEP PENAMBAHAN HUKUMAN MENURUT FIQH JINAYAH. Hukuman dalam bahasa Arab disebut uqūbāh.

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB II MENURUT FIKIH JINAYAH

BAB IV ANALISIS ASPEK PIDANA DALAM PASAL 2 UU NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

ta zi>r yang banyak berubah sesuai ruang dan waktu, kebiasaan serta

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV. Sehingga, tidak bisa disamakan dengan sistem-sistem lainnya. Begitu juga

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB IV STUDI KOMPARATIF HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP MALPRAKTEK MEDIS

BAB II TINDAK PIDANA TRAFFICKING MENURUT HUKUM ISLAM. secara etimologi berarti tindak pidana, peristiwa pidana, delik pidana dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KETENTUAN TENTANG JARIMAH DAN MALPRAKTEK MEDIS. Jarimah (tindak pidana) berasal dari kata ( م ) yang berarti

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

BAB I PENDAHULUAN. luas daratannya, yakni 71% berbanding 29%. 1. segala aspek yang berhubungan dengan kelautan. Penulis di sini terpanggil

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS SOP PENYIDIKAN DAN PROSES GREBEKAN DUGAAN PERZINAHAN DI NGALIYAN DALAM PERSPEKTIF QADZAF

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA TERHADAP KLEPTOMANIA. A. Analisis Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) Terhadap Konsep

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

BAB II TURUT SERTA TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM (AL-ISTIRAK FI AL-JARI>MAH)

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

BAB II KETENTUAN TENTANG PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Pidana Islam

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

BAB IV. Islam juga berlaku bagi tindak pidana yang dilakukan oleh penduduk da>r alsala>m

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III HUKUM PIDANA QISHASH. Jarimah ditinjau dari segi hukumannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu jarimah

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

PEMBUNUHAN KARENA KELIRU (TIDAK DISENGAJA)

BAB IV ANALISIS PERCOBAAN MELAKUKAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN YANG TIDAK DIKENAI SANKSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGANIAYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN PADA JANIN

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PENAMBAHAN 1/3 HUKUMAN KARENA MENGULANGI TINDAK KEJAHATAN

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV. A. Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindakan Main Hakim Secara. Bersama-Sama Bagi Pelaku Tindak Pidana Pengeroyokan

BAB II KEALPAAN DAN KESENGAJAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. 1. Pengertian Kealpaan Menurut Hukum Pidana Islam

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN A. Unsur-Unsur Percobaan Kejahatan Di dalam hukum pidana Islam, suatu perbuatan tidak dapat dihukum, kecuali jika dipenuhi semua unsurnya, baik unsur umum maupun unsur khusus. 1 Unsur-unsur umum ialah: 1. Rukun Syara ( yang berdasarkan Syara ) atau disebut juga dengan unsur formal, yaitu adanya nash Syara yang jelas melarang perbuatan itu dilakukan dan jika dilakukan akan dikenai hukuman. Nash Syara ini menempati posisi yang sangat penting sebagai azas legalitas dalam hukup pidana Islam, sehingga dikenal suatu prinsip la hukma li af al al-uqala qal wurud an-nass (tidak ada hukum bagi perbuatan orang yang berakal sebelum datangnya nash) 2. Rukun maddi atau disebut juga dengan unsur material, yaitu adanya perbuatan pidana yang dilakukan. 3. Rukun adabi yang disebut juga unsur moril yaitu pelaku perbuatan itu dapat diminta pertanggung jawaban hukum. Tindak pidana yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bisa dimintai pertanggung jawaban hukum, seperti anak kecil, orang gila, atau orang yang terpaksa tidak dapat dihukum. Adapun unsur khusus adalah unsur-unsur yang harus ada dan melekat pada setiap bentuk tindak pidana yang dilakukan. Unsur-unsur tersebut 1 Imaning Yusuf. Fiqh Jinayah 1 (Palembang: Rafah Press, 2009) hlm 2 45

46 berbeda-beda sesuai dengan tindak pidananya. Unsur yang terkandung di dalam pencurian tidak sama dengan unsur yang terkandung di dalam perzinahan begitu juga dengan unsur dari pembunuhan berbeda dengan unsur kejahatan lainnya. Berbicara masalah percobaan melakukan jarimah para ulama hanya membahas secara umum, seperti ketika mereka membicarakan tentang fasefase pelaksanaan jarimah. Seseorang yang melakukan jarimah setidaknya melalui tiga fase, yaitu fase pemikiran, fase persiapan dan fase pelaksanaan. Adapun uraian dari fase-fase 2 diatas ialah sebagai berikut: 1. Fase pemikiran Memikirkan dan merencanakan suatu jarimah tidak dianggap sebagai maksiat yang dijatuhi hukuman,karena menurut ketentuan yang berlaku dalam syariat hukum Islam, seseorang tidak dapat dituntut atau dipersalahkan karena lintassan hatinya atau niat yang terkandung dalam hatinya. Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi SAW: ع ابى ي رضي ه ع قا : قا ا بي ص ه ع ي س م : ا ه تجا ى ع أمتى ما س ست ب صد ر ما م تع أ ت م ( ر ا ا س م ) Abu Hurairah RA berkata: Nabi SAW Bersabda: sesungguhnya Allah mengampuni umatku karena aku atas apa yang terlintas dalam hatinya, selama belum dikerjakan atau diucapkan ( HR. Muslim). Ketentuan ini sudah terdapat dalam syariat Islam sejak mulai diturunkannya tanpa mengenal pengecualian. Akan tetapi, hukum positif baru mengenalnya pada akhir abad ke-18 Masehi, yaitu sesudah revolusi 2 Ahmad Wardi Muslich. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2006) hlm. 61

47 prancis. Sebelum masa itu niat dan pemikiran terhadap perbuatan jarimah dapat dihukum kalau dapat dibuktikan. 2. Fase persiapan Fase ini merupakan fase yang kedua dimana pelaku menyiapkan alat-alat yang akan dipakai untuk melaksanakan jarimah. Misalnya, membeli senjata untuk membunuh orang lain atau membuat kunci palsu untuk mencuri. Fase persiapan juga tidak dianggap sebagai maksiat yang dapat dihukum kecuali apabila perbuatan persiapan itu sendiri dipandang sebagai maksiat, seperti bercumbu dengan wanita lain yang bukan istri di tempat yang sunyi, sebagai persiapan untuk melakukan zina. Alasan untuk tidak memasukkan fase persiapan ini sebagai jarimah bahwa perbuatan yang dapat dihukum itu harus berupa maksiat dan baru terwujud apabila berisi pelanggaran terhadap hak masyarakat atau hak individu. 3. Fase Pelaksanaan Fase ini merupakan fase ketiga setelah perencanaan dan persiapan yang matang. Fase inilah perbuatan pelaku dapat dianggap sebagai jarimah. Untuk dapat dikenakan hukuman maka dalam hal ini cukup apabila perbuatan itu sudah dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak masyarakat atau hak individu dan perbuatan itu dimaksudkan pula untuk melaksanakan unsur materil, meskipun antara perbuatan tersebut dengan unsur materilnya masih terdapat beberapa langkah lagi. Misalanya seseorang berniat untuk membunuh orang lain dan untuk melaksanakannya ia menikam korban dengan pisau sehingga korban

48 memperoleh luka ditangannya dan korban belum sampai meninggal. Dengan demikian kriteria untuk menentukan permulaan pelaksanaan jarimah dan merupakan percobaan yang bisa dihukum ialah apabila perbuatan tersebut sudah melanggar hak idividu atau hak masyarakat dan hak Allah SWT. Disamping itu niat dan tujuan pelaku juga sangat penting untuk menentukan apakah perbuatan itu benar-benar melanggar atau tidak. Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa unsur-unsur yang dikategorikan pada percobaan kejahatan ialah adanya niat dari pelaku untuk melakukan suatu jarimah kemudian pelaku mempersiapkan hal-hal yang berkenaan dengan tujuan yang akan dicapai lalu pelaku melaksanakan niatnya dengan tindakan, akan tetapi pada fase pelaksanaannya, niat yang dituju tidak tercapai. Misalnya: si A berniat membunuh si B, kemudian si A mempersiapkan alat-alat yang lazim digunakan untuk membunuh seperti pisau, pistol, pedang dan benda lainnya yang dapat menghilangkan nyawa si B, kemudian si A mulai melaksanakan niatnya dengan cara menikam atau menusuk si B dengan pisau, tetapi ketika si A belum sempat menusuk pada organ tubuh yang mematikan datanglah si C sehingga perbuatan si A menjadi terhalangi atau tidak sampai selesai dan si B hanya mengalami luka-luka. B. Sanksi Terhadap Pelaku Percobaan Kejahatan Menurut ketentuan pokok dalam syariat Islam yang berkaitan dengan jarimah hudud dan jarimah qishash, hukuman-hukuman yang telah ditetapkan untuk jarimah yang telah selesai, tidak boleh diberlakukan untuk jarimah yang

49 belum selesai (percobaan). 3 Keseimbangan dan proporsionalitas antara kejahatan dan hukuman merupakan dasar pemberlakuan bentuk-bentuk hukuman dalam Islam. Oleh sebab itu, hukuman tidak boleh melewati batasan dan garis-garis yang telah ditetapkan dan ditentukan oleh syariat. 4 Hal ini didasarkan pada sabda rasulullah SAW, yakni: حد ث ا مح د ب جعف حد ث ا شعبة ع سيا ر ع ا شعبي ع جا ب ب عبد ه ا ا بي ص ى ه ع ي س م قا : م ب غ حدا فى غي حد ف م ا عتد ي ( ر ا اح د ) Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Sayyar dari al-sya'ya dari Jabir bin Abdullah: sesungguhnya Nabi Saw bersabda: Barang siapa yang memberikan hukuman kepada seseorang hingga mencapai batasan hukuman had padahal kejahatan yang dilakukannya bukanlah kejahatan yang masuk kategori kejahatan dengan ancaman hukuman had maka ia termasuk orang-orang yang melampaui batas (HR. Ahmad). 5 Kaidah ini tidak mungkin dimaksudkan kepada selain tindak pidana hudud dan tindak pidana qishash. Apabila mempersamakan hukuman antara percobaan jarimah dengan jarimah yang selesai, akan mendorong pembuat sesuatu jarimah untuk menyelesaikannya sekali, sebab ia akan merasa bahwa dirinya sudah berhak akan hukum lengkap dengan memulainya perbuatan, oleh karena itu ia tidak perlu mengurungkan perbuatannya itu (percobaannya). 3 Ahmad Wardi Muslich. Ibid, hlm. 67 4 Wahbah Az- Zuhaili. Fiqh Islam wa Adillatuhu. (Jakarta: Gema Insani Darul Fikri, 2011) hlm. 276 5 Al-Imam Abu Abdillah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal Asy-Syaibani al-marwazi, hadis No. 2620 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company)

50 Sikap menyamakan antara hukuman atas percobaan tindak pidana dengan hukuman atas tindak pidana sempurna akan mendorong pelaku menyelesaikannya jika pelaku dihukum dengan hukuman tindak pidana sempurna. 6 Oleh karena itu percobaan melakukan pembunuhan tidak boleh disamakan dengan pembunuhan, yakni hukuman qishash, melakukan zina tidak boleh dihukum dengan hukuman yang dijatuhkan atas perbuatan zina sendiri yaitu jilid dan rajam. Demikian pula hukuman percobaan pencurian tidak bisa dipersamakan dengan pencurian itu sendiri, yaitu potong tangan, sebab hukuman potong tangan dijatuhkan atas jarimah yang telah selesai. Perbedaan antara percobaan melakukan suatu jarimah dengan jarimah itu sendiri masih jauh, dan oleh karena itu asas keseimbangan antara kejahatan dengan hukumanlah yang berlaku bagi pelaku jarimah ini. Dalam hukum pidana Islam Jarimah hudud atau qishas-diyat yang tidak memenuhi syarat maka hukumannya dialihkan pada hukuman ta zir karena hukuman ta zir lebih luas, longgar pengaturannya dan sesuai dengan perkembangan masalah masa kini. Hukuman ta zir ialah hukuman yang tidak atau belum diketahui secara khusus dalil nash nya sehingga diserahkan kepada penguasa untuk menetapkan hukumannya. Hakim diberi wewenang yang luas dalam menjatuhkan hukuman dengan berpedoman kepada batas maksimal dan batas minimal yang telah ditentukan oleh penguasa. Contoh jarimah hudud yang tidak memenuhi syarat: jarimah pencurian tetapi unsur materil dari pencurian itu sendiri tidak terpenuhi yakni pelaku 6 Ahsin Sakho Muhammad, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Karisma Ilmu, 2008) hlm. 28

51 tidak jadi mengambil dan memiliki benda orang lain yang diinginkannya maka jarimah ini termasuk pada jarimah belum selesai atau percobaan pencurian. Contoh jarimah qishash-diyat yang tidak memenuhi syarat: jarimah pembunuhan tetapi unsur materil dari pembunuhan itu sendiri tidak terpenuhi yakni korbannya tidak meninggal maka jarimah ini termasuk jarimah belum selesai atau percobaan pembunuhan. Jadi, Sesuai dengan pendirian syara', maka pada peristiwa kejahatan penganiayaan dengan maksud untuk membunuh, apabila penganiayaan itu berakibat kematian, maka perbuatan itu dianggap pembunuhan sengaja. Kalau korban dapat sembuh, maka perbuatan tersebut dianggap penganiayaan saja dengan hukumannya yang khusus. Akan tetapi kalau pembuat hendak membunuh korbannya, kemudian tidak mengenai sasarannya, maka perbuatan itu disebut ma'siat yakni perbuatan yang sudah melanggar hak Allah atau hak individu dann hak masyarakat meskipun perbuatan tersebut tidak atau belum sampai pada unsur materil yang dimaksud maka hukuman bagi pelakunya adalah ta'zir.