BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI KAJIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR.. TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR.

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO. dan BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN :

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

25 TAHUN. Memperoleh. Oleh : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN KENDAL

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

BAB I PENDAHULUAN. makro, sehingga bank yang sehat akan memperkuat perekonomian suatu bangsa.

I. PENDAHULUAN. berkembang, terlebih mengingat kondisi perekonomian negara yang tidak stabil

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

I. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Unit Desa Sawit Jaya (KUD -Sawit Jaya) desa Suka Mulya

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

1 ^ PENDAHULUAN Latar Belakang ' Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemetaan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Agribisnis

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

Rencana Strategis (RENSTRA)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

TERM OF REFERENCE ( T O R) KSP AWARD

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi

1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

Transkripsi:

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan AFTA, serta fase APEC sampai pada tahun 2020, selain merupakan tantangan juga merupakan peluang yang sangat strategis untuk memberdayakan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK). Adanya kemauan politik yang tinggi dari pemerintah juga merupakan peluang yang sangat besar untuk menumbuhkembangkan ekonomi rakyat, khususnya UKMK. Melalui paradigma baru pembangunan diharapkan tidak lagi terjadi pemusatan aset ekonomi produktif pada segelintir orang atau golongan, melainkan justru sebaliknya memperluas aset produktif ditangan rakyat. Hal ini dalam arti meningkatkan partisipasi dan advokasi rakyat dalam proses pembangunan, ketersediaan dana yang cukup untuk mereka didalam pengembangan koperasi dan UKM. Proses yang pada akhirnya merupakan upaya pembangunan basis ekonomi wilayah di tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan pedesaan. Pada gilirannya prose itu dapat meluaskan kesempatan usaha yang berkeadilan bagi rakyat didalam menikmati hasil-hasil pembangunan. Kesemuanya itu mencirikan bahwa tantangan dan peluang pemberdayaan ekonomi rakyat didalam era setelah pasca reformasi menjadi hal yang perlu diperjuangkan. Peran UKMK sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan. Koperasi dan UKM yang sebagian besar juga tergabung sebagai anggota koperasi menampung sebagian besar angkatan kerja dan merupakan mayoritas perusahaan yang ada. Dalam kehidupan ekonomi yang seperti ini koperasi selayaknya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas, terutama yang menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Perkembangan pertumbuhan UKMK selama ini belum sepenuhnya menampakkan wujud dan perannya seperti diharapkan sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pada saat ini, kondisi UKMK umumnya masih lemah, baik kondisi internal 22

23 berupa permodalan, manajemen dan organisasi, teknologi dan jaringan usaha maupun kondisi eksternal yang disebabkan oleh lingkungan strategis seperti penguasaan pasar, berbagai sumber dan kegiatan ekonomi. Dalam kondisi demikian, sangat sulit bagi UKMK untuk dapat tumbuh dan berkembang serta mewujudkan fungsi dan perannya dengan baik, apalagi dihadapkan pada reformasi ekonomi yang saat ini sedang dilakukan mengarah kepada mekanisme pasar dan persaingan bebas sebagaimana kecenderungan tuntutan dalam era globalisasi. Dalam situasi yang demikian diperlukan peranan pemerintah dan masyarakat agar UKMK dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana Usaha Besar. Untuk menjadi besar, UKMK di Provinsi Riau harus memiliki visi dan misi. Visi UKMK di Provinsi Riau sebagai pelaku dalam sistem perekonomian yang berbasis kerakyatan. Sedangkan misi UKMK adalah (1) memberdayakan UKMK menjadi pelaku ekonomi yang tangguh dan profesional; (2) mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berdaya saing melalui peningkatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, memperkuat kelembagaan, struktur permodalan, pengembangan teknologi dan jaringan UKMK. Dalam rangka menumbuhkembangkan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan sangat diperlukan kemampuan dari semua pihak terutama bantuan permodalan dalam rangka perkuatan modal koperasi untuk digunakan mengembangkan dan memperluas kegiatan usaha-usaha produktif anggota dan calon anggota koperasi. Oleh karena itu, untuk menjalin keseimbangan pelayanan koperasi dalam rangka memberikan pinjaman pada anggota dan calon anggotanya serta dapat berdaya guna dan berhasil guna untuk memperkokoh ekonomi yang berbasis kerakyatan, maka perlu dikembangkan kerjasama koperasi dengan pihak perbankan. Satu contoh didalam hal tersebut adalah penyaluran kredit melalui koperasi dengan Pola Swamitra. Pola Swamitra hakekatnya dikembangkan dengan bentuk kerjasama koperasi dengan lembaga perbankan yang berazazkan prinsip-prinsip kebersamaan dan saling menguntungkan (saling butuh, saling memperkuat dan saling menguntungkan). Pola kerjasama kemitraan ini dilakukan antara Bank Bukopin dengan Koperasi. Ciri khasnya adalah untuk memoderenisasi usaha simpan pinjam koperasi melalui pemanfaatan jaringan teknologi (network) dan dukungan sistem manajemen yang profesional, 23

24 sehingga memiliki kemampuan memberikan pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pola Swamitra yaitu untuk memperkuat struktur permodalan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM)-nya dalam mengelola keuangan serta menyerap tenaga kerja yang profesional. Pemerintah Daerah Provinsi Riau pada Tahun Anggaran 2001 melalui Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau telah mengalokasikan dana APBD Provinsi Riau sebesar Rp18 Milyar bagi 36 unit koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam koperasi di 15 Kabupaten/Kota Provinsi Riau untuk usaha penyertaan modal. Jumlah koperasi di Provinsi Riau setiap tahun bertambah yaitu pada tahun 2004 ada sebanyak 3.785 unit, pada tahun 2005 sebanyak 3.869 unit, pada tahun 2006 sebanyak 4.008 unit dan pada tahun 2007 4.118 unit dan tahun 2008 sebanyak 4.176 unit (Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau, 2008). Meskipun pola Swamitra digagas sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan fungsi dan peran koperasi serta lembaga keuangan mikro agar mampu mendukung ekonomi rakyat, namun masih timbul pertanyaan: apakah Pola Swamitra ini telah mampu mewujudkan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi yang baik sebagai lembaga pembiayaan yang dapat memberikan kemudahan pemberian pinjaman kepada anggota dan calon anggota untuk membiayai usaha-usaha produktif seperti pertanian, tanaman pangan, hortikultura, nelayan, peternakan, industri kecil, perdagangan. Adakah atau bagaimana dampak yang terjadi akibat pemberian kredit Swamitra terhadap ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi perhatian dari kajian ini. Bahkan, kajian ini ingin mencoba mengenal pasti atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Pembangunan koperasi sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu mengalami perubahan yang mendasar. UKMK masih menghadapi berbagai masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Untuk itu maka perlu dilakukan suatu upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada. Salah satu upaya yang telah dilakukan dan akan dilaksanakan kembali yaitu upaya bantuan permodalan melalui Pola Swamitra 24

25 dalam rangka perkuatan modal Koperasi untuk digunakan mengembangkan dan memperluas kegiatan usaha-usaha produktif anggota dan calon anggota Koperasi. Persoalan mengembangkan pengembangan usaha kecil dan menengah seperti koperasi, hakekatnya merupakan proses yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan yang berkeadilan dan bagian penting dari prosesnya itu keterlibatan pihak-pihak berkepentingan dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, hingga pembagian perolehan hasil. Ketidakberhasilan dalam pelaksanaan pengembangan koperasi yang terjadi bukan tanpa sebab atau merupakan sebuah bias dari pengembangan usaha kecil dan menengah lainnya, namun lebih tepat merupakan sebuah agenda tersembunyi (hidden agenda), hal ini disebabkan beberapa faktor : 1) tidak transparannya dan keterbatasan pelaksanaan manajemen di dalam koperasi tersebut; 2) adanya persepsi tentang setiap bantuan sebagai suatu tanggung jawab sosial dari penyedia bantuan modal dari pemerintah; 3) kuantitas dan kualitas keberadaan kelembagaan pendukung (supporting agency) masih kurang sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara usaha kecil, menengah; 4) usaha besar masih kurang menghargai usaha kecil terhadap persyaratan atau faktor QCD (Quality, Cost, Delivery); 5) kualitas SDM masih rendah. Pengembangan kelembagaan seperti koperasi masih terdapatnya beberapa kelemahan. Secara umum beberapa kelemahan itu yang menjadi hambatan masih ditemukan antara lain lemahnya posisi petani atau pelaku ekonomi kerakyatan karena kurangnya kemampuan manajerial, wawasan dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi ini mengakibatkan petani kurang mampu mengelola usaha tani secara efisien dan komersial. Adanya permasalahan dalam pelaksanaan pola kemitraan, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha UKMK sebagai salah satu perwujudan perberdayaan ekonomi kerakyatan. Salah satu langkah nyata yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau melalui Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau yaitu menyelenggarakan Program Penyaluran dan Pengelolaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Swamitra. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengkajian apakah pola Swamitra ini telah mampu mewujudkan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi sebagai lembaga pembiayaan yang dapat 25

26 memberikan kemudahan pemberian pinjaman kepada anggota dan calon anggota untuk membiayai usaha-usaha produktif sehingga mampu memperkuat struktur permodalan bagi Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi. 1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum kajian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan pelaksanaan kredit melalui koperasi dengan Pola Swamitra terhadap peningkatan pendapatan anggota ekonomi daerah, serta merumuskan strategi pengembangan penyaluran kredit melalui Koperasi dangan Program Pola Swamitra. 1.3.2. Tujuan Spesifik 1. Untuk mengidentifikasi perkembangan pelaksanaan kredit oleh PT. Bank Bukopin melalui Pola Swamitra. 2. Untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat pengembangan kegiatan penyaluran Kredit Pola Swamitra untuk peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat. 3. Merumuskan strategi pengembangan penyaluran Kredit melalui Koperasi dengan Pola Swamitra.. 1.4. Manfaat Kajian Manfaat dari kajian ini adalah: 1. Hasil kajian dapat diguna bagi sebagai bahan informasi dan acuan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan program perkreditan melalui koperasi dengan Pola Swamitra. 2. Hasil kajian dapat dimanfaatkan sebagai rujukan masyarakat yang ingin melakukan pinjaman untuk pengembangan usaha baru dan/atau usaha yang sedang dijalani. 26