LATIHAN FISIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN, PERILAKU DAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PEMANTAUAN DIET DAN AKTIFITAS FISIK PADA LANSIA DIABETES MELITUS (DM) DI KELURAHAN SUKAMAJU BARU TAPOS DEPOK TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (Wild et.al., 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah. daerah rural (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

Transkripsi:

ARTIKEL LATIHAN FISIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Andi Lis Arming Gandini, Hanna Rizmadewi Agustina Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung andilis20@yahoo.com Abstrak. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut dan menemukan resiko komplikasi jangka panjang. Faktor gaya hidup yang berhubungan dengan obesitas, perilaku makan, dan aktifitas fisik memainkan peran utama dalam pencegahan dan pengobatan diabetes tipe 2. Aktifitas fisik terstruktur yang terdiri dari latihan aerobik, latihan daya tahan, atau gabungan keduanya dapat menurunkan HbA1c pada pasien dengan diabetes tipe 2. Latihan fisik yang dilakukan selama 30 menit dalam sehari minimal 5 kali dalam seminggu dapat mengendalikan kadar gula darah. Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Latihan fisik Abstract. Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disease that requires medical treatment and the independent management of education to prevent the complications of acute and long term complications risk finding. Lifestyle factors associated with obesity, eating behaviour, and physical activities play a major role in the prevention and treatment of type 2 diabetes. Physical activity is structured in comprised of aerobic exercise, endurance exercise, or a combination of both can lower HbA1c in patients with type 2 diabetes. Physical exercises are carried out for 30 minutes a day at least 5 times a week can control blood sugar levels. Keywords: Diabetes Miletus, physical exercise PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik akibat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksi secara efektif, dan menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat (ADA, 2009). Diabetes Mellitus terjadi akibat sel-sel beta pankreas gagal untuk memproduksi insulin yang cukup pada DM tipe 1, atau saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif pada DM tipe 2 (Setianto, 2011). Penyakit diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang memiliki risiko komplikasi. Komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler jangka panjang yang meliputi retinopati, neuropati, nefropati, dan penyakit jantung merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada penderita diabetes (Morton et al., 2008). Berdasarkan penelitian (Papadopoulos, 2007) 76,9 % penderita DM diikuti dengan hipertensi, 42,5 % hiperlipidemia angiopati 15,8%, retinopati 11,1 %, neuropati 8,5 %. Prevalensi penderita Diabetes Mellitus di dunia saat ini adalah 195 juta jiwa dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Sekitar 97% diantaranya adalah penderita DM tipe 2. Jumlah ini akan meningkat menjadi 330 350 ju- 313

ta pada tahun 2030. Kenaikan ini akan berdampak pada peningkatan jumlah penderita diabetes dengan penyakit kardiovaskuler. Angka penderita DM tahun 2000 ke tahun 2030 untuk peringkat pertama dunia adalah negara India dengan jumlah 31,7 juta jiwa dan menjadi 79,4 juta jiwa pada tahun 2030, peringkat 2 dunia negara Cina dengan jumlah 20,8 juta jiwa dan menjadi 42,3 juta jiwa pada tahun 2030, peringkat ke 3 negara amerika 17,7 juta jiwa dan menjadi 30,8 juta jiwa pada tahun 2030, Indonesia berada pada peringkat ke 4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus 8,4 juta jiwa dan menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Setianto, 2011). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7 dan daerah rural sebesar 7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2 juta didaerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%), maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes didaerah urban dan 8,1 juta didaerah rural (Setianto, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2008) menunjukkan prevalensi penderita DM di Indonesia mencapai 5,7 %, diperkirakan sekitar 12 juta orang saat ini menderita DM. Berdasarkan laporan statistik Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Timur DM =1,8 %, GTG (gangguan toleransi glukosa) = 4,9 %. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut dan menemukan resiko komplikasi jangka panjang (ADA, 2000). Penelitian (Biswas,2006) terdapat hubungan yang kuat antara modifikasi gaya hidup, diabetes, dan pencegahan. Perubahan gaya hidup dengan modifikasi diet dan peningkatan kegiatan fisik mengurangi resiko relatif untuk terjadinya diabetes tipe 2 dari pada aktifitas fisik saja (Wing et al., 2001) Faktor gaya hidup yang berhubungan dengan obesitas, perilaku makan, dan aktifitas fisik memainkan peran utama dalam pencegahan dan pengobatan diabetes tipe 2. Penelitian (Nyun t et. al, 2010) skor self care diet sebesar 81,2 % kategori rendah, self care latihan fisik 84,2 % dengan kategori rendah. Meskipun latihan fisik adalah kunci utama dalam pencegahan dan penatalaksanaan diabetes tipe 2 banyak penyakit kronis tidak melakukan aktifitas fisik secara teratur. Hasil studi ini memutuskan aktifitas fisik secara teratur memperbaiki kontrol gula darah dan pentingnya aktifitas fisik pada penderita diabetes tipe 2 dapat mencegah atau menghilangkan komplikasi 314

secara positif mempengaruhi lipid, tekanan darah, gangguan kardiovaskuler, mortality dan kualitas hidup. Intervensi yang dilakukan dengan kombinasi antara aktifitas fisik dan penurunan berat badan memperlihatkan bahwa resiko DM tipe 2 dapat menurunkan resiko sebesar 58% pada populasi (ADA, 2010). Aktifitas fisik terstruktur yang terdiri dari latihan aerobik, latihan daya tahan, atau gabungan keduanya dapat menurunkan HbA1c pada pasien dengan diabetes tipe 2. Latihan terstruktur lebih dari 150 menit perminggu dapat menurunkan HbA1c, penurunan ini lebih besar dari pada aktifitas fisik 150 menit atau kurang perminggu. Hal ini lebih efektif bila aktifitas fisik dikombinasikan dengan diet akan sangat bermanfaat dengan nilai HbA1c lebih rendah (Umpierreet al., 2011). PEMBAHASAN Olahraga dapat meningkatkan metabolisme, glukosa sehingga mencegah terjadinya diabetes type 2. Sebuah penelitian (Manson et al, 1991) mengamati hampir 90.000 wanita paruh baya selama lebih dari delapan tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang berolahraga dengan sungguh-sungguh, paling tidak sekali seminggu, memiliki resiko lebih kecil menderita diabetes mellitus. Pendapat ini didukung hasil penelitian (Diabetes out reach, 2011), bahwa latihan fisik secara teratur membantu mengontrol glukosa darah membantu tubuh menggunakan glukosa dengan sangat baik. Penelitian lain Esteghamati (2008) bahwa Gaya hidup menetap dianggap sebagai faktor utama untuk DM Type 2. Peran Physical Exercise teratur sangat penting untuk mencegah secara primer & sebagai pengobatan, dengan aktifitas fisik dapat mengontrol glukosa darah, lipid, BB, TD, Penurunan kecemasan, dan peningkatan kualitas tidur. Melakukan Physical Exercise 2-3 atau 3-5 sesi per minggu, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Melakukan latihan fisik secara teratur sangatlah penting bagi pasien DM tipe 2 karena dapat menormalisasikan kadar gula darah dalam tubuh dan salah satu penyebabnya adalah obesitas. (Zinker, 1997) di dalam (Wu,2007) menyatakan bahwa pengaktifan otot tubuh dapat menginisiasi proses glikogenolisis dan lipolisis serta menstimulasi pengeluaran glukosa dari hepar. Latihan fisik secara teratur yaitu olah raga selama 30 menit sehari dan dilakukan 3-4 kali dalam seminggu dapat meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan kontrol glukosa darah, menurunkan resiko penyakit jantung dan vaskuler, dan menurunkan tekanan darah dan tingkat lemak jahat di da-lam darah. Pasien DM type 2 dianjurkan berpartisipasi dalam macam-macam latihan fisik untuk meningkatkan control metabolic seperti : Cardiovaskuler fitness, psychological well-being, dan interaksi sosial. Latihan secara regular dengan intensitas, memperbaiki sensitivitas insulin (ADA, 2000). 315

Olah raga dan latihan fisik (prinsip olah raga adalah CRIPE) : 1) Continous (terus-menerus) Latihan berkesinambungan, terus-menerus tanpa berhenti dalam waktu tertentu. 2) Rhytmical (berirama).jenis olah raga yang dipilih adalah berirama, yaitu otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur seperti jalan kaki, berlari, berenang, bersepeda. 3) Interval (berselang). Latihan dilakukan secara berselang-selang antara gerak lambat dan cepat, misalnya jalan atau jalan cepat diselingi jalan biasa (asalkan jangan berhenti). 4) Progressive (meningkat) Latihan dilakukan meningkat secara bertahap sesuai kemampuan dari ringan sam-\pai sedang hingga mencapai 30-60 menit. 5) Endurence (daya tahan) Latihan harus ditujukan pada latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan pernafasan dan jantung. Dapat dilakukan dengan olah raga jalan kaki, berlari, berenang atau bersepeda. Manfaat Olah raga 1) Pemakaian energy meningkat dan jika disertai pengaturan makan, terjadilah penurunan berat badan. Ini sangat menguntungkan bagi penderita yang gemuk. 2) Akan mengurangi resistensi insulin sehingga kerja insulin bisa diperbaiki. 3) Peredaran darah akan lebih lancar dengan olah raga teratur. Penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa mereka yang berolah raga dan mengalami kelebihan berat badan yang mencolok memperoleh manfaat yang sama. Penelitian yang lebih baru (Hu et. Al, 1999) di dalam (Barnes, 2012) mengamati 70.000 orang dan menemukan bahwa olah raga tidaklah harus sekeras yang dahulu pernah dianggap untuk dapat memberikan efek pencegahan yang sama. Olah raga umumnya dibagi menjadi dua kategori :aerobik dan non aerobik. Kata aerobic secara sederhana berarti dengan oksigen. Latihan aerobic berlangsung lebih dari dua menit dan menggunakan sumber energy yang dihasilkan dengan bantuan oksigen. Beberapa contoh olah raga aerobic, antara lain bersepeda, lari, dan renang. Kata anaerobic berarti tanpa oksigen. Latihan anaerobic berlangsung kurang dari dua menit dan tergantung pada energy yang telah tersedia dan tidak tergantung pada oksigen, misalnya glukosa dalam da-rah. Contoh olah raga anaerobic, antara lain lari cepat dan angkat beban (Barnes, 2012). Menurut ( Peirce, 1999) latihan sering direkomendasikan dalam pengelolaan DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan dapat meningkatkan penyerapan glukosa dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan penimbunan lemak tubuh. Bila dikombinasikan dengan diet dan terapi obat, latihan fisik dapat menyebabkan peningkatan kontrol glikemik pada dia- 316

betes tipe 2. Selain itu, olahraga juga dapat membantu untuk mencegah timbulnya diabetes tipe 2, khususnya pada mereka yang berisiko tinggi. Aktifitas fisik terstruktur yang terdiri dari latihan aerobik, latihan daya tahan, atau gabungan keduanya dapat menurunkan HbA1c pada pasien dengan diabetes tipe 2. Latihan terstruktur lebih dari 150 menit perminggu dapat menurunkan HbA1c, penurunan ini lebih besar dari pada aktifitas fisik 150 menit atau kurang perminggu. Hal ini lebih efektif bila aktifitas fisik dikombinasikan dengan diet akan sangat bermanfaat dengan nilai HbA1c lebih rendah (Umpierreet al, 2011). Latihan aerobic pada waktu yang lama akan meningkatkan metabolism lemak dan mengoptimalkan penggunaan glukosa tubuh (Brooks dan Mercer, 1994). Artinya, selama latihan aerobic tubuh secara bergantian menggunakan energy yang berasal dari lemak selama olahraga berintensitas rendah sampai sedang dan secara lebih efektif menggunakan glukosa selama latihan lebih tinggi. Latihan anaerobic seperti angkat beban dapat meningkatkan massa otot, yang meningkatkan penggunaan glukosa dan membantu pengendalian glukosa darah (Devlin, 1992). SIMPULAN 1. Latihan fisik atau exercise dilakukan selama 30 menit dalam sehari minimal 5 kali dalam seminggu dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. 2. Pengendalian kadar gula darah pada pesien diabetes mellitus tipe 2 lebih efektif lagi bila latihan fisik dikombinasikan dengan diet. DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association (2000). Nutrition recomendation and principles for people with diabetes mellitus. Diabetes Care. 23 (suppl. 1), 43 49 American Diabetes Association (2009). Standars of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care ; Jan 2009;Academic Research Library pg. S13 American Diabetes Association (2010).Standars of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care ; Jan 2010; Journal of diabetes Vol. 23. Suplement 1 januari 2010 11-61 Barnes, D.E., (2012). Program Olah raga: Diabetes, Panduan Pengendalian Glukosa Darah, Yokyakarta : PT. Citra Aji Parama Biswas A., (2006). Prevention of Type 2 Diabetes-Life Style Modification with Diet and Physical Activity VS Physical Activity Alone. Karolinska Institutet, Master of Public Health Education, Departemen of Public Health Sciences Diabetes Outreach (2011). Type 2 Diabetes & Exercise. Tahun 2011. Government of south Australia. SA Health Diabetes Outreach (2011). Type 2 Diabetes & Exercise. 317

Tahun 2011. Government of south Australia. SA Health Esteghamati A1., Hassabi M.,Halabchi F.,Bagheri M. (2008) Exercise Prescription in Patients with Diabetes Type 2 -Endocrine Research Center, university of Tehran/ medical sciences, Tehran, Iran 2- Sports Medicine Research Center, university of Tehran/medical sciences, Tehran, Iran -Academic Faculty of Department of Internal Medicine, East Tennessee State University, USA Iranian Journal of Diabetes and Lipid Disorders; Vol.8, 2008 Manson JE., Rimm EB., Stampfer MJ., Colditz GA., Willett WC., Krolewski AS., Rosner B., Hennekens CH., Speizer FE. (1991). Physical activity and incidence of noninsulin-dependent diabetes mellitus in women.lancet. 1991 Sep 28;338(8770):774-8 Channing Laboratory, Department of Medicine, Harvard Medical School, Boston, Massachusetts. Nyunt S. W., Howteerakul N., Suwannapong N., Rajatanun T. (2010). Self Efficacy, Self Care Behaviors and Glycemic Control Among Type 2 Diabetes Patient Attending Two Private Clinic in Yangoon, Myanmar. Faculty of Public Health, Mahidol University, Bangkok, Vol. 41 No. 4 July 2010 Peirce NS. (1999) Diabetes and exercise.br J Sports Med. 1999 June; 33(3): 161 173. http://www. ncbi. nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc1756 173/, pada tanggal 27 September 2013 Setianto B., Firdaus I., (2011). Buku Saku Jantung Dasar. Departemen Jantung dan Pembuluh Darah RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita FK UI. Bogor. Ghalia Indonesia Tjokroprawiro A., (2011). Hidup sehat dan bahagia bersama diabetes, edisi revisi ke 3, Jakarta. PT Gramedia Pustakan Utama Umpierre D., Ribeiro PA., Kramer C.K., Leitão C.B., Zucatti A.T., Azevedo M.J., Gross J.L., Ribeiro J.P., Schaan B.D. (2011) Physical activity advice only or structured exercise training and association with HbA1c levels in type 2 diabetes: a systematic review and meta-analysis. Source Exercise Pathophysiology Research Laboratory, Hospital de Clínicas de Porto Alegre, Porto Alegre, Brazil. Wing, R., Goldstein, M.G., Acton, K. J., Birch, L. L., Jakicik, J. M., Sallis, J.,Wesst, D. S., Jeffery, R. W., & Surwit, R. S. (2001). Behavioral scient rearche in diabetes; Lifestyle changes related to obesity, eating behavior, and physical activity. Diabetes Care, 24, 117-123 Wu S.F. (2007). Effektiveness of self management for person with type 2 diabetes following the implementation of self efficacy enhancing intervention program in Taiwan. Quensland University of Technologi; Schoolmof Nursing. 318