BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

mengalami gangguan jiwa ditemukan di negara-negara berpenghasilan rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan gangguan pada fungsi kejiwaan,yang berakibat. terganggunya hubungan sosial ( Townsend, 2008). Gangguan jiwa dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental, dan sosial yang dapat membuat kemampuan manusia mengalami keterbatasan diri dalam mencapai kepuasan dan kesejahteraan hidup, sehingga sering menimbulkan tekanan atau kesulitan dalam menghadapi masalah kehidupan. Hal ini sering menimbulkan tekanan dan akan mengarah pada dampak negatif seperti timbulnya stress atau kecemasan, bila kecemasan tidak segera diatasi atau ditangani akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berkonsentrasi dan berorientasi pada realita kehidupan (Yosep, 2009). Kesehatan merupakan hal yang sangat mendasar bagi kelangsungan hidup manusia. World Health Organization (WHO) mendefinikasikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Menurut UU No. 36 tahun 2009 Sehat adalah suatu keadaan sehat, baik sehat mental, fisik, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan sikap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Djamaludin, 2010). Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, menurut WHO sehat diartikan sebagai suatu keadaan 1

2 sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang nomor 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Depkes RI, 2010). Dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal maka salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan adalah kesehatan jiwa. Dimana kesehatan jiwa menurut Pasal 1 Undang-Undang Kesehatan Jiwa No. 3 tahun 1996 adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain (Depkes RI, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) 2012 memperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa tergolong parah dan tidak dapat pengobatan apapun. Berdasarkan data Riset pada tahun 2010 di Indonesia, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai (5,6%) dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat.

3 Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). (Depkes RI, 2010). Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus segera diatasi karena sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak penyimpangan perilaku maupun semakin tingginya jumlah penderita gangguan jiwa. Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2010, total jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan 0,46% menderita gangguan jiwa berat atau 46 per mil. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2010) menyatakan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi ini diperberat dengan adanya aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Data jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah, data dari 33 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) diseluruh Indonesia hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. 11,6% penduduk Indonesia yang berusia diatas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional atau berkisar 19 juta penduduk. Sebesar 0,46% diantaranya bahkan mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1 juta penduduk. Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis biasa disebut dengan skizofrenia, di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah

4 satu anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2 persen. Sementara di daerah perkotaan, proporsinya hanya mencapai 10,7 persen. Nampaknya, hal ini memberikan konfirmasi sebagai gambaran bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding penduduk perkotaan, dan mudah diduga salah satu bentuk tekanan hidup itu, meski tidak selalu adalah kesulitan ekonomi (Djamaludin, 2010). Menurut direktur RSJD Amino Gonduhutomo, Semarang, dr. Sri Widiya Yati SPPK M.kes, mengatakan angka kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3.300 orang hingga 9.300 orang. Angka kejadian ini merupakan data penderita yang sudah terdiagnosa (Hendry, 2012). Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3% dari seluruh populasi yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami ganggguan jiwa dan beberapa dari kasus tersebut mereka hidup dalam pasungan. Angka tersebut diperoleh dari pendataan sejak Januari hingga November 2012 (Hendry, 2012). Berdasarkan jumlah banyaknya kunjungan masyarakat yang mengalami ganggua jiwa ke pelayanan kesehatan baik puskesmas, rumah sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan yang lainnya pada tahun 2009 terdapat 1,3 juta orang yang melakukan kunjungan, hal ini diperkirakan sebanyak 4,09 % ( Profil Kesehatan Kab/Kota Jawa Tengah tahun 2009). Sementara untuk wilayah Banyumas menurut data tahun 2011 prelevensi gangguan jiwa berat sekitar 0,6 dengan perbandingan jumlah 1.540.000 yaitu

5 sebanyak 7.700 penderita, sedangkan gangguan mental emosional mencapai 19% dengan jumlah penduduk 1.540.000 angka penderita (Hendry, 2012). Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang diambil dari Instalasi Jiwa RSUD Banyumas diperoleh data penderita gangguan jiwa pada tahun 2015 sebanyak 2050 orang yang meliputi 4 ruang yaitu dengan rincian yang masih hidup sebanyak 2039 orang, sedangkan yang meninggal 11 orang. Adapun diagnosa yang paling dominan pada pasien gangguan jiwa di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas yaitu skizofrenia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Bagaimana Gambaran Karakteristik Pada Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Yang Dirawat Di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui Gambaran Karakteristik Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Yang Dirawat Di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas Tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui Gambaran Karakteristik Umur Responden yang dirawat di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. b. Mengetahui Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin Responden yang dirawat di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015.

6 c. Mengetahui Gambaran Karakteristik Pendidikan Responden yang dirawat di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. d. Mengetahui Gambaran Karakteristik Pekerjaan Responden yang dirawat di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. e. Mengetahui Gambaran Karakteristik Lama Rawat Pasien di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. f. Mengetahui Gambaran Karakteristik Jenis Skizofrenia di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti terutama tentang gambaran karakteristik pasien gangguan jiwa. Data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terutama tentang masalah gangguan kejiwaan. 2. Bagi Responden Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan atau wawasan keluarga pasien tentang bagaimana cara mengatasi gangguan jiwa. 3. Bagi Pelayanan Kesehatan Memberikan motivasi atau masukan pada dunia keperawatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien dengan masalah gangguan kejiwaan.

7 4. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan peran keluarga dan cara menangani pasien gangguan jiwa. E. Penelitian Terkait Penelitian terkait digunakan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dengan penelitian sebelumnya. 1. (Bams Chalampa, 2010) Dalam penelitian Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa Rawat Jalan di BPRS, Dadi Makassar. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif dalam bentuk studi observasional. Dari hasil penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif dalam bentuk studi observasional didapatkan gambaran tentang karakteristik penderita gangguan jiwa secara objektif berdasarkan data-data sekunder yang peneliti dapatkan melalui data primer berupa rekam medis dari rumah sakit. 2. (Dwi Isyani, 2012) Dalam penelitiannya Gambaran Karakteristik Klien Yang Dirawat di Rumah Sakit Khusus Dadi Makassar. Dalam penelitiannya menggunakan rancangan deskriptif metode survey dengan teknik sampel total sampling. Dari hasil penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif metode survey dengan teknik sampel total sampling didapatkan

8 gambaran karakteristik klien yang dirawat di RSKD Makassar peneliti dapatkan data-data melalui status klien dengan cara survey. 3. (Budi Anna Keliat & Mustikasari 2013) Dalam penelitiannya Gambaran Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta. Dalam penelitiannya menggunakan penelitian deskriptif yaitu berupa survey dengan rancangan cross sectional. Dari hasil penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu berupa survey dengan rancangan cross sectional didapatkan gambaran klien perilaku kekerasan dirumah sakit jiwa pusat Jakarta peneliti dapatkan melalui instrument daftar pertanyaan dan melalui survey status rekam medik pasien.