PENGEMBANGAN KURIKULUM (CURRICULUM DEVELOPMENT) I Gde Wawan Sudatha 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Kurikulum 1984, 1994, 2004 dan Pengembangan KTSP Pert 13-14

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB II LANDASAN TEORI

Apakah Kurikulum itu?

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

MAKALAH. Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum. Dosen: Manvan Drajat, M.Ag.

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN

ORIENTASI LIFE SKIL DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN SETS

BSNP PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (Struktur dan Kendalanya) Farid Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju dalam persaingan global. Berbagai perbaikan terus dilakukan

Apakah Kurikulum itu?

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Sukanti dan Sumarsih. Abstrak

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

ANALISIS KURIKULUM 2013 DAN KTSP Landasan Pendidikan SD

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2007 TANGGAL 18 APRIL 2007

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun non formal. Belajar adalah key term, istilah kunci yang

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

RANCANGAN KURIKULUM BERWAWASAN KEMANUSIAAN

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KURIKULUM (CURRICULUM DEVELOPMENT) I Gde Wawan Sudatha 1 A. Pendahuluan Pengembangan merupakan bagian yang esensial daripada program pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai tidak hanya pada memproduksi bahan mata pelajaran melainkan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Badrun Kartowagiran, 2007: 2). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuain dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Pengembangan tidak dapat berhenti pada suatu titik, tetapi merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan bersifat komprehensif. Yang merupakan suatu siklus dimana terdapat komponen tujuan, bahan, kegiatan, dan evaluasi. B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan orang yang bekerja dalam suatu lapangan tertentu. Kurikulum yang sedang berlaku sekarang di Indonesia adalah Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), tersebut dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: 1 Dosen Jurusan Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha 1

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 2. Beragan dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 2

Pengembangan dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsurunsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasioanal dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006). 3

C. Model-Model Pengembangan Kurikulum Pengembangan dapat dilakukan dengan berbagai sistem dan cara, dan dituangkan dalam berbagai model. Para ahli sering mengembangakan model yang berbeda. Menurut Ornstein dan Hunkins (2004) mengelompokkan pedekatan pengembangan dalam model pendekatan teknik saintifik dan non teknik-non saintifik. Model pendekatan teknik saintifik menyatakan bahwa pengembangan adalah rencana strukturisasi lingkungan belajar dan koordinasi elemen-elemen dari personil, bahan, dan bahan. Yang termasuk pendekatan model ini adalah model Bobbitt dan Charters, model Tyler, model Taba, model Hunkins s, model Backward Design (Ornstein dan Hunkins: 2004). Model pengembangan yang dikembangkan oleh Bobbit dan Charters meliputi empat tahapan, yaitu (1) menentukan tujuan, (2) membagi tujuan kedalam aktivitas dan ide, (3) menganalisis waktu setiap unit kerja, (4) mengumpulkan metode penilaian (Ornstein dan Hunkins: 2004: 196). Pemikiran dari Bobbit dan Charters ini mempengaruhi pertumbuhan yang fokus terhadap suatu bidang studi. Model Tyler ini merupakan salah satu model terbaik dari model pendekatan teknik saintifik. Pada tahun 1949, Tyler mempublikasikan Basic Principles of Curriculum and Intruction. Menurut Tyler pengembangan mencakup (1) tujuan dari sekolah, (2) pengalaman belajar, (3) mengelola pengalaman belajar, (4) evaluasi dari tujuan tersebut (Ornstein dan Hunkins: 2004: 197). Pemikiran Tyler ini mudah diikuti. Tujuan sangat dipentingkan dalam penyusunan. Tujuan tersebut disusun dari tiga sumber, yaitu mata pelajaran, si pebelajar (siswa), dan masyarakat. Tentu dalam melaksanakan pengalaman belajar perlu pula 4

diketahui pengelolaan agar kegiatan belajarnya berjalan efektif. Selanjutnya dilakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi dapat langsung memperbaiki tujuan pembelajaran, rancangan pengalaman belajar, atau secara bertahap menyempurnakan pembelajaran untuk kemudian menyempurnakan tujuan pembelajaran. Bila digambarkan pemikiran Tyler sebagai berikut: Masyarakat Mata Pelajaran Sumber Tujuan tentative Screens Tujuan Siswa Memilih pengalaman Evaluasi Gambar 1. Model pengembangan menurut Tyler (Ornstein dan Hunkins: 2004: 198). Pandangan Tyler tersebut kemudian disempurnakan oleh Taba. Taba mengemukakan pengembangan meliputi tujuh langkah, yaitu (1) diagnosis kebutuhan, (2) merumuskan tujuan, (3) memilih konten, (4) mengorganisasi konten, (5) seleksi pengalaman belajar, (6) mengorganisasi pengalaman belajar, dan (7) evaluasi dan cara mengevaluasi. Pandangan Taba ini lebih memusatkan perhatian pada guru. Taba mempercayai peran guru sebagai pengembang. Selanjutnya Hunkin s memperkenalkan model alternatif pengembangan. Hunkin s menambahkan pentingnya konseptualisasi serta legalisasi yang melibatkan alam dan nilai. Hunkin s mengatakan pengembangan merupakan proses yang berulang- 5

ulang atau berkesinambungan. Bila digambarkan pemikiran Hunkin s sebagai berikut: Konseptualisasi dan legalisasi Diagnosis Memilih konten pengembangan Memilih pengalaman pengembangan Implementasi Evaluasi Maintenance Gambar 2. Model pengembangan menurut hunkin s (Ornstein dan Hunkins: 2004: 199). Model non teknik-non saintifik berorientasi pada hal-hal yang subjektif, pribadi, keindahan, penalaran, dan transaksi belajar. Pada model ini dunia dianggap sebagai suatu benda yang hidup. Dengan demikian, merupakan suatu yang dinamis yang selalu berkembang selayaknya benda hidup. Kurikulum bukan merupakan suatu hal yang statis. Pendekatan non teknik-non saintifik dilatari dengan pendekatan kontektual dimana pengambilan keputusan dalam pengembangan sangat berorientasi pada peserta didik memalui cara-cara aktif dalam pembelajaran. Di samping model-model tersebut, terdapat pula model yang lain, yaitu pendekatan posmodern. Pada pendekatan posmodern, merupakan hal yang dinamis, berdasarkan pada pandangan personal, sosial, dan intelektual yang berbeda. Pandangan posmodern lebih berdasarkan kebenaran yang sesuai dengan keadaan. Dalam pandangan posmodern, penerimaan keragaman ini merupakan motivasi bagi 6

terjadinya dialog dan negosiasi terhadap berbagai pandangan sosial. Walaupun demikian, dalam pengembangan diperlukan keseimbangan penerimaan terhadap pandangan posmodern. D. Penekanan Pengembangan Kurikulum 1. Berpusat Mata Pelajaran Banyak kegiatan pembelajaran disekolah memberi tekanan pada mata pelajaran. Pada berbagai kasus pengembangan yang berpusat pada mata pelajaran biasanya mencerminkan kegiatan pembelajaran yang didikte oleh karakteristik, prosedur, dan struktur konseptual mata pelajaran, serta keterkaitan dengan disiplin ilmu. Menurut Ornstein dan Hunkins (2004) komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan adalah (1) kurikukulum konten, (2) pengalaman, dan (3) lingkungan pendidikan. 2. Berpusat Peserta Didik Pengembangan yang berpusat peserta didik seperti beriteraksi sosial, keinginan bertanya, dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak dalam mengembangkan. 3. Humanistik Humasistik menekankan fungsi perkembangan peserta didik yang memfokuskan pada hal-hal perasaan, subjektif, pandangan, penghargaan, dan pertumbuhan. Kurikulum humanistik berusaha mendorong penangkapan sumber daya dan potensi pribadi untuk memahami sesuatu dengan pemahaman mandiri, konsep sendiri, serta tanggung jawab pribadi (Ella Yulaelawati, 2004: 37-38). E. Pihak-pihak Yang Berperan Dalam Pengembangan Kurikulum Dalam pengembangan banyak pihak yang ikut terlibat di dalamnya, yaitu pemerintah, sekolah, dan ahli. Semua pihak 7

tersebut tidak dapat melakukan kegiatannya secara sendiri-sendiri, karena antara pihak yang satu dengan pihak yang lain saling terkait. Dari pihak pemerintah merupakan pihak yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan suatu kebijakan, pihak sekolah berperan serta memberikan masukan apa yang sesuai untuk dilaksanakan sehingga peserta didik memiliki kompetensi tanpa melupakan tantangan global ke depan yang akan dihadapi oleh peserta didik, sedangkan ahli berperan penting dalam implementasi dari aktivitas pengembangan. Ahli merupakan seseorang yang memang ahli dalam mengkreasikan dan implementasikan. F. Penutup Dalam pengembangan banyak model pendekatan yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan adalah (1) merumuskan tujuan pendidikan, (2) menyusun pengalaman belajar, (3) mengelola pengalaman belajar, dan (4) evaluasi. Dalam pengembangan perlu memperhatikan basis apa yang akan ditekankan: mata pelajaran, peserta didik,atau humanistik. Kurikulum tanpa konten adalah bukan. Kurikulum tanpa pengalaman tidak akan sampai ke siswa. Dan tanpa direncanakan tidak akan dapat diimplementasikan oleh guru. 8

G. Daftar Pustaka Achasius Kaber. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Badrun kartowagiran (17 Februari 2007). Panduan Penyusunan KTSP. Makalah disajikan dalam workshop penyusunan KTSP di Yayasan Bopkri Yogyakarta. Ella Yulaelawati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya Pustaka. Hunkins dan Ornstein. (2004). Curriculum Foundation, Principles, And Issues. Fourt edition. United State of America: Pearson. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 22, Tahun 2006, tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Diambil pada tanggal 30 Maret 2007, dari http://www.puskur.net/inc/si/10permenno22th2006.pdf. 9