BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa bentuk iuran sampah di Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB III PENUTUP. bahwa penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan. sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang. ketaatan kepada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang datang ke Yogyakarta untuk tujuan wisata, pendidikan, ataupun tinggal dan

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

karena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pembangunan yang terjadi di Indonesia sangat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku buruk tentang sampah. Masyarakat membuang sampah sembarangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini diuraikan dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 5 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam kegiatan industri dan pertanian. menyebabkan terjadinya berkurangnya sumber air bersih.

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. mulai menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional mengakibatkan teknologi berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. serius, baik bagi individu maupun masyarakat bagi umumnya. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah. memberi kemudahan di sektor perizinan industri.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya sumberdaya manusia unggul yang dapat membantu terwujudnya

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis uraikan pada babbab

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup merupakan semua benda, dan kondisi yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keperduliannya terhadap masalah-masalah lingkungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam hal untuk melestarikan lingkungan hidup yang bersih dan sehat, maka perlu adanya suatu kesadaran masyarakat atas kepedulian terhadap lingkungan yang ada di sekitar. Tetapi sekarang ini, lingkungan hidup tidaklah bersih dan sehat lagi, hal ini dapat disebabkan karena kelalaian manusia dan dapat juga adanya bencana alam yang tidak dapat diduga. Hal tersebut salah satunya adalah masalah sampah. Sampah sejak lama sudah menjadi persoalan pada lingkungan hidup. Adanya sampah akan terus meningkat tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola hidup masyarakat. Sementara itu ketersediaan lahan untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir) makin sulit karena daya dukung lahan khususnya di perkotaan semakin berkurang, seperti adanya pendirian suatu bangunan dan pembuangan sampah ke TPA tidak lepas dari persoalan pencemaran lingkungan. Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan 1

2 yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun prosesproses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Sampah dikatakan mempunyai nilai ekonomi yang positif apabila dapat diolah kembali, dijadikan sebuah hasil karya atau dapat dimanfaatkan lagi yang mempunyai nilai jual dan dapat pula memperoleh keuntungan yang cukup besar dalam bisnis sampah, akan tetapi sampah juga mempunyai nilai yang negatif yaitu timbulnya bau tidak sedap dan tidak dapat di olah kembali sebagai mana mestinya. Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak, sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang dapat merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan penanganan dan pengendaliannya. Dalam mengatasi masalah pencemaran, Pasal 12 ayat(1) Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Selain itu, pada Pasal 14 menentukan setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya. Pada dasarnya, penghitungan biaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan disebabkan oleh sampah akan dilaksanakan berdasarkan adanya suatu prinsip pencemar membayar (the polluter-pays principle). Menurut

3 OECD (Organization of Economic Cooperation and Development) prinsip pencemar membayar dikatakan bahwa pencemar harus menanggung beban atau biaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang sudah ditimbulkannya. Selain itu menurut Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan prinsip pencemar membayar bahwa setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti kerugian dan/atau melakukan tindakan tertentu. 1 Dengan kata lain bahwa pencemar harus membayar kerugian yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya. Para pelaku bisnis yang nanti usahanya akan menghasilkan limbah yang menyebabkan pencemaran, harus mencegah terjadinya pencemaran dan mengeluarkan biaya yang dikeluarkan untuk mencegah pencemaran tersebut terjadi, dengan kata lain bukan membiarkan pencemaran itu terjadi lebih dahulu lalu baru pencemar membayar. Dalam masyarakat, sebenarnya ada juga menggunakan prinsip pencemar membayar misalnya iuran sampah. Iuran sampah sendiri merupakan suatu kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk membayar sejumlah uang yang telah ditentukan kepada pemerintah guna keperluan operasional pengelolaan sampah. Tujuan adanya iuran sampah agar di dalam pengelolaannya dapat berjalan dengan lancar serta menciptakan kebersihan dan keindahan lingkungan. 1 Hyronimus Rhiti, 2006, Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, hlm 49-50

4 Iuran merupakan wujud dari masyarakat atas pembuangan sampah agar tercipta suatu lingkungan yang bersih dan sehat. Bagi masyarakat miskin yang tidak mampu melakukan pembayaran terhadap iuran sampah maka sampah tersebut akan di buang di sembarang tempat, seperti di kali, dan hal itu akan menyumbat saluran air yang dapat menyebabkan banjir dan akhirnya merugikan masyarakat sekitar dan dapat menimbulkan banyak berbagai penyakit. Sebagaimana di ketahui, sampah dimanapun tempatnya selalu saja menjadi suatu masalah bagi lingkungan. Terlebih di Kota Yogyakarta, yang notabene tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) di wilayahnya sendiri tentunya menjadi masalah tersendiri dan volume sampah di Kota Yogyakarta biasanya mencapai 300 ton setiap harinya. Secara umum sampah ini berasal dari sampah rumah tangga dan selama ini pengelolaan sampah hanya dilakukan melalui pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir di TPSA. Sedangkan lahan untuk pembuangan sampah di Kota Yogyakarta sangat terbatas mengingat minimnya lahan wilayah Kota Yogyakarta hanya 32,5 km². Maka untuk mengatasi problem ini Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Sleman dan Bantul, membuang sampah (akhir) di daerah Piyungan Bantul sebagai tempat pembuangannya. Sementara itu umur tekhnis TPSA Piyungan hanya sampai tahun 2012. 2 2 www.google.com,pkkjogja.wordpress,sampah-sumber-masalah-kota,18 September 2008

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apakah bentuk iuran sampah di Kota Yogyakarta merupakan perwujudan prinsip pencemar membayar atau suatu kewajiban sosial? 2. Apakah sudah efektif pelaksanaan iuran sampah di Kota Yogyakarta dalam rangka penegakan Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan prinsip pencemar membayar dalam bentuk iuran sampah di Kota Yogyakarta, 2. Untuk mengetahui bentuk dalam iuran sampah di Kota Yogyakarta merupakan prinsip pencemar membayar atau kegiatan sosial, 3. Untuk mengetahui apakah iuran sampah di Kota Yogyakarta sudah efektif dalam rangka penegakan Undang-Undang Pengelolaan Sampah, D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Penulis berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peraturan hukum yang terkait dengan

6 masalah lingkungan, khususnya mengenai prinsip pencemar membayar dalam bentuk iuran sampah di Kota Yogyakarta, 2. Memberikan sumbangan bagi masyarakat untuk berperan serta dalam membayar iuran sampah. 3. Untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, E. Keaslian Penelitian Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis. Sepengetahuan penulis berdasarkan internet pada tanggal 10 Februari 2009 dan skripsi di perpustakaan Atma Jaya Yogyakarta pada tanggal 29 April 2009 Penulisan Hukum/Skripsi dengan judul Pelaksanaan Prinsip Pencemar Membayar dalam bentuk Iuran Sampah Di Kota Yogyakarta belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Jadi Penulisan Hukum/Skripsi ini bukan merupakan duplikasi dari hasil karya orang lain. Jika penelitian ini merupakan duplikasi dari hasil karya pihak lain, maka penulis bersedia menerima sanksi hukum yang berlaku. F. Batasan Konsep 1. Prinsip Pencemar Membayar Prinsip Pencemar Membayar adalah dasar atau asas bahwa orang atau benda yang mencemari mampu memberikan sejumlah uang atas apa yang telah diperbuat,

7 2. Iuran Iuran adalah sejumlah uang yang dibayarkan anggota perkumpulan kepada bendahara setiap bulan 3 3. Sampah Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat 4. Pajak Sampah Pajak sampah adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang (retribusi sampah) yang harus dibayarkan oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian : a. penelitian lapangan (field research) yaitu untuk mendukung akurasi bahan hukum primer maupun sekunder yang ada, diperlukan penelitian lapangan yang dilakukan wawancara secara terstruktur kepada narasumber yang berkompeten, serta memberikan pertanyaan berupa kuesioner kepada responden. 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, edisi ketiga

8 b. Penelitian kepustakaan yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami berbagai peraturan perundang-undangan dan buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Sumber Data a. Data Primer Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari penelitian lapangan. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang bersumber pada ketentuan perundangundangan dan diperoleh dengan membaca buku-buku, kamus yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Data ini dibedakan menjadi 3, antara lain : 1. bahan hukum primer meliputi : a) Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; b) Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah; c) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.13 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Kebersihan; d) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.21 Tahun 2002 Tentang Retribusi Kebersihan;

9 e) Peraturan Walikota Yogyakarta No.52 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.21 Tahun 2002 Tentang Retribusi Kebersihan. 2. bahan hukum sekunder meliputi : a) Hyronimus Rhiti,2006,Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup,Universitas Atma Jaya Yogyakarta; b) Siti Sundari Rangkuti,2005,Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,Airlangga University Surabaya; c) Mohammad Taufik Makarao,2004,Aspek-aspek Hukum Lingkungan,Indeks Kelompok Gramedia Jakarta; d) Ruslan H Prawiro,1983,Ekologi Lingkungan Pencemaran,Satya Wacana Semarang; e) Juli Soemirat Slamet,1994,Kesehatan Lingkungan,Gadjah Mada University Yogyakarta; f) E Gumbira Said,1987,Sampah Masalah Kita Bersama,Mediyatama Sarana Perkasa Jakarta. 3. bahan hukum tersier meliputi : a) Hasan Alwi,2001,kamus besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka Jakarta. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melalui :

10 a. Wawancara yaitu mengadakan Tanya jawab kepada narasumber secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara. b. Kuesioner yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan secara tertutup yaitu dapat mengarahkan sesuai dengan maksud dan tujuan. c. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan dan peraturan perundangundangan yang terkait dengan penelitian lapangan. 4. Lokasi Lokasi penelitian adalah di Kota Yogyakarta khususnya di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Tegalrejo dan Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo. 5. Responden dan Narasumber a. Responden 1) Responden diambil secara acak di RT 31 RW 08, RT 32 RW 08 Kampung Demakan Lama Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Tegalrejo, masing-masing 10 kk, 2) Responden diambil secara acak di RT 28 RW 06 Perumahan Jatimulyo Baru, Kelurahan Kricak Kelurahan Tegalrejo, masingmasing 10 kk. b. Narasumber 1) Ketua RT 31 dan 32 RW 08 Kampung Demakan Lama

11 2) Ketua RT 28 dan RW 06 Perumahan Jatimulyo Baru 3) Bendahara RT 31 dan 32 RW 08 Kampung Demakan Lama 4) Bendahara RT 28 RW 06 Perum Jatimulyo Baru 5) Tenaga kerja pengambil sampah 6) Kepala bagian lingkungan hidup H. Metode Analisis Data Penelitian hukum empiris dapat digunakan : 1) Analisis kualitatif adalah analisis dengan menggunakan ukuran kualitatif 2) Analisis kuantitatif adalah analisis dengan menggunakan ukuran kuantitatif. Proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode berfikir induktif, yaitu cara berfikir dari yang umum menuju ke khusus I. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan metode analisis data.

12 Bab II Pembahasan Bab ini terdiri dari Tinjauan mengenai prinsip pencemar membayar, tinjauan mengenai sampah, hasil penelitian pelaksanaan prinsip pencemar membayar di Kota Yogyakarta. Bab III Penutup Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.