ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

ASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL. DUDUT TANJUNG, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB II TINJAUAN TEORI. Asma bronkiale adalah penyakit jalan napas abstruktif intermitten

LAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA ATTACK

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

. Konsep Dasar Asthma Bronkial Untuk menambah pemahaman tentang konsep asthma bronchial, berikut ini akan di bahas tentang pengertian, etiologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

ASIDOSIS RESPIRATORIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB II KONSEP DASAR. Ada beberapa pengertian menurut para ahli yaitu :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL Konsep Medik : A. Pengertian Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American Thoracic Society, 1962). B. Etiologi Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial: 1. Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. 2. Alergen Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi. b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan. 3. Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu. 4. Stress Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. 5. Olah raga/aktivitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. C. Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. D. Patofisiologi Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat mukus,edema dan inflamasi dinding bronkus.obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut.hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa di ekspirasi.keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar.penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,sedang,maupun kecil.gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas besar,sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.penyempitan saluran napas pada asma akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi 2. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru 3. Gangguan difusi gas di tingkat alveoli

Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan: 1. Hipoksemia 2. Hiperkapnia 3. Asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut E. Manifestasi Klinis Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari. F. Komplikasi Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah: 1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif. 2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. 3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen 4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru. 5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas G. Penatalaksanaan Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah: 1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera 2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat. - Pengobatan Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu: 1) Pengobatan non farmakologik a. Memberikan penyuluhan b. Menghindari faktor pencetus c. Pemberian cairan d. Fisioterapi e. Beri O₂ bila perlu 2) Pengobatan farmakologik - Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan: a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin) Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma). b. Santin (teofilin) Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex) Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. - Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan. - Ketolifen Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

Konsep keperawatan : 1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan masa lalu - Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya - Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan b. Aktivitas - Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas - Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas sehari-hari - Tidur dalam posisi duduk tinggi c. Pernapasan - Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan - Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur - Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung. - Adanya bunyi napas mengi - Adanya batuk berulang d. Sirkulasi - Adanya peningkatan tekanan darah - Adanya peningkatan frekuensi jantung - Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis e. Integritas ego - Ansietas - Ketakutan - Peka rangsangan f. Asupan nutrisi - Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan - Penurunan berat badan karena anoreksia g. Hubungan sosial

- Keterbatasan mobilitas fisik - Susah bicara atau bicara terbata-bata - Adanya ketergantungan pada orang lain h. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. b. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. c. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu: - Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation - Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block) - Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif. d. Scanning Paru Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. 2. Diagnosa keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kental b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Perencanaan DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 1. Ketidakefektifan Dalam waktu 1. Kaji warna dan 1. karateristik bersihan jalan napas 3x24 jam setelah kekentalan sputum sputum dapat berhubungan dengan bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema diberikan tindakan bersihan jalan napas kembali 2. Atur posisi semi fowler menunjukkan berat ringannya obstruksi. mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kental efektif Kriteria hasil : Dapat mendemonstrasikan 3. Ajarkan cara batuk efektif 4. Bantu klien napas dalam 2. Meningkatkan ekspansi dada 3. Batuk yang batuk efektif 5. Pertahankan terkontrol dan Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi Tidak ada suara napas tambahan dan wheezing (-) intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan 6. Kolaborasi dengan melakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, efektif dapat memudahkan pengeluaran sekret yang melekat pada jalan napas. 4. Ventilasi maksimal membuka lumen Pernapasan perkusi dan fibrasi jalan napas dan klien normal (16- dada. meningkatkan 20x/m) tanpa ada penggunaan otot bantu napas. 7. Kolaborasi pemberian obat : gerakan sekret ke dalam jalan napas besar Bronkodilator untuk golongan B2 dikeluarkan. Nebuler (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0.25 mg, fenoterol HBr 0.1% solution, orciprenaline 5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan

sulfur 0.75 mg. Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminofilin) bolus IV 5-6 mg/kgbb. Agen mukolitik dan ekspektoran kortikosteroid jalan napas. 6. Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret. 7. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkhus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi Pemberian secara intravena merupakan usaha pemeliharaaan agar dilatasi jalan napas dapat optimal. Agen mukolitik menurunkan kekntalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan sekret lepas dari perlengketan

jalan napas. Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkhus. 2. Ketidakseimbangan Dalam waktu 1. Kaji status 1. Memvalidasi nutrisi kurang dari 3x24 jam setelah nutrisi klien, turgor dan menetapkan kebutuhan tubuh diberikan tindakan kulit, berat badan, derajat masalah keperawatan intake integritas mukosa untuk nutrisi klien oral, kemampuan menetapkan terpenuhi menelan, riwayat piihan intervensi mual/muntah dan yang tepat. diare. Kriteria hasil : 2. Pantau intake 2. Berguna Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi adekuat. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu) 3. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah intervensi/pemerik saan peroral. 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam mengukur kefektifan intake gizi dan dukungan cairan. 3. Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat pada pengobatan untuk menetapkan sistem komposisi dan pernapasan yang jenis yang tepat dapat 5. Fasilitasi merangsang pemberian diet pusat muntah. berikan dalam

porsi kecil tapi sering. 6. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan albumin. 7. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin. 4. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien. 5. Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna. 6. Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya. 7. Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari rosres pemkeberhasilan peningkatan laju metabolisme

umum.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.