BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hasil survey tahun 2012, prevalensi kejadian penyalahgunaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

EFEKTIFITAS LOGOTERAPI DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI DAN KEMAMPUAN MEMAKNAI HIDUP PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BABI PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah populasi penduduk usia lanjut (lansia) Pertambahan populasi lansia yang pesat akan mendatangkan sejumlah

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. 2 Studi di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

PENURUNAN TINGKAT DEPRESI KLIEN LANSIA DENGAN TERAPI KOGNITIF DAN SENAM LATIH OTAK DI PANTI WREDHA

Kata kunci : Remaja dan Minuman Berakohol

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia dalam kondisi saat ini sangat memprihatinkan. Dampaknya luar biasa dan mampu merusak sendi kehidupan masyarakat. Hasil survey tahun 2012, prevalensi kejadian penyalahgunaan dan peredaran narkoba pada kelompok pekerja sebesar 4,7% dengan perbandingan laki-laki 5,4% dan 3,6% perempuan Lebih mengkhawatirkan lagi, persentase penyalahgunaan narkoba dari kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan pusat Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes-UI) pada tahun 2011 menunjukan angka prevalensi kejadian penyalahgunaan narkoba sebesar 2,2% atau setara dengan 3,8-4,2 juta orang. Angka tersebut berada dibawah proyeksi angka prevalensi internasional saat ini, yaitu 2,32 % (Press Release BNN, 2012) Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang berbahaya, karena mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas akan membawa ke perilaku mneyimpang (Santrock, 2007) Dewasa ini penyalahgunaan narkoba berpengaruh pada tubuh mentalemosional para pemakainya. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah berlebih maka akan 1

2 merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial didalam masyarakat. Beberapa faktor sebagai pemicu atau alasan seseorang terjerumus/terjebak dalam penyalahgunaan narkoba 1) faktor individu, 2) faktor lingkungan, 3) faktor kesediaan narkoba itu sendiri. Faktor individu merupakan keinginan besar seseorang untuk mencoba tanpa sadar atau berfikir panjang tentang akibat dikemudian hari, keinginan untuk bersenang-senang, lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup. Faktor lingkungan, adanya keluarga yang bermasalah (broken home), berada dalam lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa bahkan semua anggotanya mengalami penyalahgunaan narkoba, berada dalam lingkungan keluarga dimana tidak ada kasih sayang dan perhatian. Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakainya dikarenakan narkoba semakin mudah didapat dan dibeli, harga narkoba semakin murah dan mudah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat, narkoba semakin beragam jenis mulai dari cara pemakaian dan bentuk kemasan (Joewana, 2004) Menurut Hawari (2006) dampak perubahan perilaku akibat penyalahgunaan narkoba diantaranya adalah meninggalkan ibadah, berbohong, pergaulan bebas, personal hygine gerganggu, melawan otoritas orang tua. Menurut Abraham maslow manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu sendiri. Adapun fenomena yang terjadi dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kendalsari sekian adalah banyak pasien penyalahgunaan narkoba mengalami defisit perawatan diri dengan personal hygine terganggu.. Personal hygiene merupakan cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Gangguan kesehatan akibat mengabaikan personal hygine yang sering terjadi adalah

3 gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan meningkatkan kesehatan. Individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif yang menyebabkan penurunan untuk melakukan personal hygine (Perry dan Potter, 2005) Sehingga untuk memenuhi kebutuhan fisiologis pasien penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan terapi kognitif, dimana salah satu indikasi atau karakteristik perilaku dari terapi kognitif adalah penyalahgunaan zat (Wright & Beck, 2000 dalam Stuart & Laraia, 2005). Menurut beberapa penelitian sebelumnya terapi kognitif berdampak baik bagi penyalahgunaan narkoba. Terapi kognitif adalah salah satu bentuk psikoterapi yang dapat melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik.. Terapi ini berdasar pada satu prinsip bahwa pikiran-pikiran mempengaruhi mood. Melalui terapi ini individu diajarkan / dilatih untuk mengontrol distorsi fikiran /gagasan/ide dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan mood (Townsend, 2005). Beberapa peneliti menyebutkan terapi-terapi spesialistik yang tertuju pada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Terapi kognitif dapat melatih pasien untuk mengubah cara pasien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat pasien mengalami kekecewaan, sehingga pasien merasa lebih baik. Terapi kognitif bertujuan untuk mengubah fikiran negatif menjadi positif, mengetahui penyebab perasaan negatif yang dirasakan dan membantu mengendalikan diri (Burn, 1980).

4 Pada penelitian diluar negeri Amerika Serikat gambaran pengguna narkoba berdampak pada kesehatan gigi (Grosso G; PrajerRG, 2007). Di Tehran Iran, besaran resiko dalam tipologi yang jelas diidentifikasi pada IDU s (Injection Drug User) penggunaan desinfeksi pada syiring, namun ada juga pengguna IDU s dari distrik Amiriye yang menjadi partisipan pada sesi wawancara sebagian besar pada IDU s berpenampilan rapi dan terorganisir dengan kebersihan pribadi yang baik. Pengamatan etnografi menunjukkan bahwa IDU s laki-laki muda memiliki beberapa masalah sosial (kemiskinan, pengangguran, perceraian, tunawisma, konflik keluarga, tinggal di taman umum atau lokasi oportunistik lainnya (misalnya, bangunan hancur), dan memiliki kebersihan yang buruk dan gigi menonjol pembusukan. Kelompok ini tampaknya kurang berhati-hati dengan kebersihan pribadi dan kesehatan secara keseluruhan, mereka juga tidak ragu untuk menggunakan narkoba di tempat-tempat umum, sering berbagi jarum suntik, mempraktikkan metode yang tidak aman injeksi, dan mengillegalkan (Emran M Razzaghi, 2006). Menurut penelitian dalam psikologi kognitif dan bidang terkait penting dalam memajukan teknik-teknik baru dalam terapi kognitif. Pada penelitian sebelumnya terapi kognitif pernah dilakukan pada pasien depresi jurnal keperawatan Soedirman, Vol 5, No.3, Nopember 2010, Pengaruh Terapi Kognitif Restrukrisasi Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada Pasien Gangguan Jiwa, jurnal KesMaDaska Januari 2014, Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Perubahan Kondisi Depresi Pada Lansia Di Panti Wreda Darma Bakti kasih Surakarta. Hasil penelitian merupakan bagian penting dari pengembangan metode baru dan pengujian efektivitas terapi kognitif. 1.2 Rumusan Masalah Adakah pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba?

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas tentang pengaruh Terapi Kognitif terhadap perubahan personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi perilaku personal hygine pada penyalahgunaan napza/ narkoba sebelum dilakukan terapi kognitif. b. Mengidentifikasi perubahan perilaku personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba setelah dilakukan terapi kognitif. c. Adakah pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan personal hygine pada penyalahgunaan napza. 1.3.1 Manfaat Penelitian Pelaksanaan Terapi Kognitif diharapkan dapat meningkatkan perilaku personal hygine dan meningkatkan kemampuan mengubah fikiran negatif pada pasien penyalagunaan narkoba, maka penelitian ini bermanfaat sebagai : 1.4.1 Bagi Pendidikan keparawatan Memberikan perkembangan wawasan sebagai kompetensi perawat dalam penanganan pada pasien penyalahgunaan narkoba. 1.4.2 Bagi Pasien Dengan terapi kognitif maka terjadi perubahan perilaku sehingga akan terjadi perubahan perilaku personal hygine pada penyalahgunaan napza/narkoba.

6 1.4.3 Bagi Peneliti a. Memberikan pengalaman wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian. Terutama kehidupan remaja penyalahgunaan narkoba. b. Memerikan pengalaman untuk mempelajari Terapi Kognitif untuk pasien penyalahgunaan narkoba. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut: 1. Joko Kismanto (2014), pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan depresi lansia di panti werda dharma bakti kasih Surakarta. Metode penelitian adalah quasi experiment dengan desain pre-post test design with control group. Data diambil sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi kognitif pada lansia yang mengalami kondisi depresi di kelompok intervensi. Cara pengambilan sampel adalah total sampling dengan sampel sebanyak 46 klien dibagi 2 yaitu 26 responden untuk kelompok intervensi dan 20 responden untuk kelompok kontrol. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel, responden dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subyek penelitiannya adalah lansia di panti werda dharma bakti Surakarta, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah penyalahguna narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang. Penelitian ini variabel dependennya adalah pemenuhan personal hygine sedangkan penelitian diatas variabelnya dependennya perubahan depresi. 2. Rika Sartika (2014), pengaruh terapi kognitif dan logo terapi terhadap depresi, ansietas, kemampuan mengubah fikiran negatif dan memaknai hidup klien diabetes mellitus di RSUP Dr. M Djamil Padang. Metode penelitian ini quasi eksperimental non equivalent control group. Responden terdiri dari 29 orang yang mendapatkan terapi kognitif dan logoterapi, 31 orang yang hanya mendapatkan terapi kognitif, dan 30

7 orang yang tidak mendapatkan terapi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel, responden dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subyek penelitiannya adalah klien diabetes melitus, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah penyalahguna narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang. Penelitian ini variabel dependennya adalah pemenuhan personal hygine sedangkan penelitian diatas variabelnya depresi, ansietas. 3. Anton Surya Prasetya (2010), pengaruh terapi kognitif dan senam otak terhadap tingkat depresi lansia di Panti Tresna Wreda Bhakti Yuswa Nayar, Lampung. Metode penelitian ini quasi experiment, desain pre-post test design with control group. Responden terdiri dari 28 responden kelompok intervensi dan 28 responden kelompok control. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel, responden dan tempat penelitiannya, pada penelitian diatas subyek penelitiannya adalah lansia di Panti Tresna Wreda Bhakti Yuswa Nayar Lampung, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah penyalahguna narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang. Penelitian ini variabel dependennya adalah pemenuhan personal hygine sedangkan penelitian diatas variabelnya depresi. 1.6 Batasan penelitian Untuk menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini maka peneliti membatasi penelitian pada : 1. Peneliti hanya meneliti pasien dengan penyalahgunaan narkoba yang mengikuti terapi metadon di Puskesmas Kendalsari Malang. 2. Peneliti hanya meneliti pasien penyalahgunaan narkoba yang mengikuti terapi metadon untuk pemenuhan personal hygine di Puskesmas Kendalsari Malang.

8 3. Peneliti hanya meneliti skala personal hygine pada pasien penyalahgunaan narkoba di Puskesmas Kendalsari Malang