BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan. daya manusia yang handal dan berwawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

KELUARGA HARAPAN. Judul Esai PERAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN KELUARGA (INFORMAL) DALAM MENCIPTAKAN KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung pada bagaimana mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia. Ini berarti bahwa pendidikan sumber daya manusia harus diprioritaskan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dapat mengembangkan semua unsur yang ada sebagai satu kesatuan yang saling memengaruhi sehingga dapat mencapai suatu mutu pendidikan dan akhirnya dapat mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada potensinya masing-masing untuk meraih masa depan mereka. Anak merupakan aset masa depan bagi sebuah bangsa. Wajah masa depan sebuah bangsa dapat dilihat dari bagaimana kualitas anak-anaknya di masa kini,

2 oleh karena itu perlu diperhatikan bagaimana orangtua dapat memperlakukan, membina, membimbing, dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak sehingga dapat tumbuh menjadi generasi unggul. Potensi yang dimiliki oleh seorang anak dapat dikembangkan dan dibina sedini mungkin, misalnya dalam sebuah lembaga pendidikan seperti taman kanak-kanak (TK). Pada lembaga ini potensi anak akan dapat tumbuh dan ber-kembang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki mereka. Menurut Sisdiknas (2003: 5) pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih lanjut disuratkan pula tentang hak dan kewajiban warga negara, orangtua, masyarakat, dan pemerintah pada Bab IV Pasal 5 antara lain (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan (2) setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

3 cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab maka perlu dikembangkan sebuah pembelajaran yang mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal, tidak hanya mementingkan kognitif atau intelektual saja. Oleh karena itu perlu diterapkan pembelajaran berbasis karakter di sekolah, Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14). Disebutkan lebih lanjut dalam pasal 28 UU tersebut antara lain bahwa PAUD dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Dalam hal ini, taman kanak-kanak merupakan salah satu satuan PAUD jalur pendidikan formal (Pasal 28 ayat 3). Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Menurut Kak Seto dalam Sunaryo (2009), mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter

4 pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada anak pada usia dibawah delapan tahun adalah usaha yang strategis. Menurut Indonesia Heritage Foundation (IHF, 2008) masalah serius yang tengah dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses pembelajaran juga berlangsung secara pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada praktiknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu ). Semuanya ini akan membunuh karakter anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Pembentukan karakter harus dilakukan secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak. Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh

5 dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Sekolah dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia seutuhnya. Kualitas anak didik menjadi unggul dan tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Karakter suatu bangsa merupakan aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial-ekonominya. Kualitas karakter yang tinggi dari masyarakatnya akan menumbuhkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas bangsanya. Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini. Sebuah uangkapan yang dipercaya secara luas menyatakan jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah. Karenanya, mempersiapkan anak adalah sebuah strategi investasi manusia yang sangat tepat. Menurut Istadi (2004: 150) sudah terbukti bahwa periode yang paling efektif untuk membentuk karakter anak adalah sebelum usia sepuluh tahun. Diharapkan pembentukan karakter pada periode ini akan memiliki dampak yang akan bertahan lama terhadap pembentukan moral anak. Efek berkelanjutan (multilier effect) dari pembentukan karakter positif anak akan dapat terlihat, seperti yang digambarkan oleh Jan Wallander Kemampuan sosial dan emosi pada masa anak-anak akan mengurangi perilaku yang beresiko, seperti konsumsi alkohol yang merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan sepanjang masa;

6 perkembangan emosi dan sosial pada anak-anak juga dapat meningkatkan kesehatan manusia selama hidupnya, misalnya reaksi terhadap tekanan (stress), yang akan berdampak langsung pada proses penyakit; kemampuan emosi dan sosial yang tinggi pada orang dewasa yang memiliki penyakit dapat membantu meningkatkan perkembangan fisiknya. Sangatlah wajar jika kita mengharapkan keluarga sebagai pelaku utama dalam mendidik dasar dasar moral pada anak. Akan tetapi banyak anak tidak memperoleh pendidikan moral dari orang tua mereka. Kondisi sosial-ekonomi yang rendah berkaitan dengan berbagai permasalahan, seperti kemiskinan, pengangguran, tingkat pendidikan rendah, kehidupan bersosial yang rendah, biasanya berkaitan juga dengan tingkat stres yang tinggi dan lebih jauh lagi berpengaruh terhadap pola asuhnya. Seorang anak belajar untuk berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana ia mengontrol perasaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia bersosialisasi. Dan kemampuan sosial dan emosi ini sangat berperan dalam menentukan kesuksesan belajar anak di masa yang akan datang. Fakta terus membuktikan bahwa sekolah dapat membantu melakukan perbaikan terhadap kegagalan keluarga dalam mengembangkan karakter anak. Pembelajaran di TK pada umumnya anak diajarkan tentang (1) perkembangan bahasa meliputi kelancaran dalam berbicara, penguasaan kosakata, dan kemampuan bercerita pengalaman ataupun imajinasinya (2) perkembangan emosi

7 meliputi apakah anak masih mudah menangis, tidak bisa mengendalikan emosi, atau sudah bisa mengendalikan emosi, (3) kemampuan sosialisasi yaitu kepiawaian anak menjalin relasi dengan teman-temannya, misalnya kemampuan menyapa, menolong teman, menengahi perselisihan, dan berinteraksi (4) perkembangan kognitif/intelektual meliputi pengenalan konsep dasar huruf, angka, dan bentuk-bentuk geometris serta variasinya. Sebagai catatan, penguasaan kemampuan ini tidak sama dengan keharusan bisa membaca ataupun berhitung, (5) perkembangan jasmani yang dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar meliputi kemampuan meloncat, melempar, berlari, berdiri satu kaki, melompat engklek, memanjat, berjalan di titian, menendang bola, dan motorik halus mencakup kemampuan menggunting, menggambar, mewarnai, menempel, menjahit, dan meronce (Istadi, 2004: 178 183). Pembelajaran untuk setiap satuan pendidikan hendaknya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil belajar, dan pengawasan untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini diharapkan dapat diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran pendidikan anak usia dini harus dirancang sesuai dengan perkembangan usia anak.

8 Dalam teori otak, bagian otak dibagi menjadi dua, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri memiliki karakteristik yang teratur, runut (sistematis), analitis, logis, dan karakter-karakter terstruktur lainnya. Kita membutuhkan kerja otak kiri ini untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan data, angka, urutan, dan logika. Adapun karakteristik otak kanan berhubungan dengan rima, irama, musik, gambar, dan imajinasi. Aktivitas kreatif muncul atas hasil kerja otak kanan (Pasiak, 2004: 12). Melalui deskripsi tentang karakteristik dua belahan otak tersebut, kita tentu bisa melihat bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Apa jadinya para kreator-kreator seni jika tak punya tim manajemen yang handal. Bisa kita bayangkan pula sepi dan monotonnya dunia ini jika penghuninya hanyalah para ahli matematika atau akuntansi yang selalu sibuk dengan angka. Secara personal, kita pun akan menjelma menjadi orang yang timpang jika tidak mampu menyeimbangkan kinerja dua sisi otak kita. Kita pun bisa tumbuh menjadi orang yang ekstrem dalam memandang belajar dan cara belajar. Selain metode belajar, karakteristik anak-anak juga perlu kita ketahui dan pahami agar kita bisa merancang model-model belajar yang menarik minat anak. Menurut Seto Mulyadi dalam Sunaryo (2009), beberapa karakteristik anak secara umum adalah (1) konsentrasi lebih pendek (relatif), (2) tidak suka diatur/ dipaksa, dan (3) tidak suka dites.

9 Pembelajaran berbasis karakter menerapkan teori-teori sosial, emosi, kognitif, fisik, moral, dan spiritual. Pembelajaran berbasis karakter diharapkan dapat memampukan setiap anak untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik (secara spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif secara mandiri, dan bertanggung jawab) memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang manusia. Tidak hanya pengembangan aspek kognitif (otak kiri atau hapalan), tapi juga pengembangan aspek emosi, sosial, kreativitas, dan spiritualitas (otak kanan) yang keseluruhannya tercakup di dalam modul pembelajaran. Dengan metode ini, anak-anak dapat memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya baik secara verbal, melalui gambar, permainan, tulisan, ataupun bentuk lainnya sehingga dapat mengurangi rasa takut dan tidak nyaman. Pembelajaran berbasis karakter bertujuan untuk membentuk karakter positif anak melalui pengembangan karakter secara intensif, yaitu meliputi (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-nya, (2) mandiri, disiplin, dan tanggung jawab, (3) hormat dan santun, (4) suka menolong, (5) percaya diri dan kreatif, (6) baik dan tidak sombong, (7) kebersihan dan kesehatan (modifikasi TK Kemala Bhayangkari, 2008). Pada metode pembelajaran berbasis karakter ini anak diberikan banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar nyata secara langsung sehingga anak akan memiliki perasaan bahwa dirinya memiliki kemampuan. Perasaan

10 bahwa dirinya mampu akan berkembang pada tumbuhnya rasa percaya diri. Selain itu akan tumbuh pula kerja sama di antara anak dan apabila pembelajaran ini diberlakukan sejak TK maka akan berdampak bagi kepribadian anak selanjutnya. Penelitian ini dilakukan di TK Kemala Bhayangkari 23 Bandar Lampung. Pemilihan TK ini didasari karena pembelajaran berbasis karakter baru diberlakukan di TK ini. Di Provinsi Lampung TK yang telah mengikuti pelatihan pembelajaran berbasis karakter yang diadakan oleh Indonesian Heritage Foundation (IHF) ada dua yaitu TK Mathlaul Ulum di Lampung Timur dan TK Kemala Bhayangkari 23 di Bandar Lampung(IHF, 2009). Peneliti memilih TK Kemala Bhayangkari 23 Bandar Lampung karena tempat yang terjangkau oleh peneliti. Pembelajaran berbasis karaker ini merupakan hal yang sangat baru terbukti dengan baru TK inilah yang menerapkan pembelajaran berbasis karakter setelah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh IHF, pembelajaran di TK ini baru berjalan selama dua tahun, yaitu pada tahun pelajaran 2008-2009 dan 2009-2010 (hasil wawancara dengan SL/kepala TK). Dengan alasan diatas peneliti menganggap perlunya menggali tentang penerapan maupun kendala-kendala yang dihadapai dalam pembelajaran berbasis karakter di TK tersebut, selain itu peneliti juga merasa perlu mengangkatnya untuk mengetahui proses pembelajaran baik perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran berbasis karakter yang telah

11 dilakukan sehingga dapat memberikan sumbangan untuk dunia pendidikan sebagai alternatif khususnya pada pendidikan anak usia dini. Kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran untuk diterapkan pada TK lain sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik lagi dari pembelajaran berbasis karakter yang bernilai baik bagi kepribadian anak ini. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah pada pembelajaran berbasis karakter. Pengamatan secara seksama dalam penelitian ini ditujukan pada evaluasi implementasi pembelajaran berbasis karakter secara terencana dengan mengedepankan pengembangan aspek emosi, sosial, kreativitas, dan spiritualitas anak. Penelitian ini lebih difokuskan pada proses pembelajaran berbasis karakter di TK Kemala Bhayangkari 23 Bandar Lampung. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembelajaran berbasis karakter di TK Kemala Bhayangkari 23 Bandar Lampung?

12 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran berbasis karakter. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya teknologi pendidikan pada kawasan evaluasi. 2. Secara praktis a) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini. b) Penelitian ini memberikan informasi kepada para orangtua dan guru tentang cara penyajian pembelajaran karakter pada anak usia dini. c) Penelitian ini dapat memotivasi para pembuat kebijakan untuk memberlakukan pendidikan karakter di sekolah terutama pada pendidikan anak usia dini agar dapat lebih mengembangkan kecerdasan emosi, spiritual, sosial dan intelektual anak.