BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III MATERI DAN METODE

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Henny Natalya Sari, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

Transkripsi:

27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (experiment research),yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dengan kontrol yang ketat dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012; Sedarmayanti dan Syarifudin, 2002:33) B. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdapat tiga kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol, masing-masing Kelompok perlakuan terdiri dari lima kelas dengan pemberian maserat air daun Jati Belanda sebanyak 0,05 g/bb/hari; 0,10 g/bb/hari; 0,15 g/bb/hari; 0,20 g/bb/hari serta 0,25 g/bb/hari hari (Adjirni, et al., 2001; Sukandar, et al., 2004; Utomo, 2008 dalam Yulianty dan Mardiah, 2012). Kelompok kontrol hanya diberi akuades setiap harinya. Banyaknya replikasi di dapatkan dari rumus Federer, 1983 dengan perhitungan sebagai berikut : (T 1)(n 1) 15 (6 1)(n 1) 15 5n 5 15 n 20 5 n 4 Keterangan: T = jumlah perlakuan n = jumlah replikasi Dari hasil perhitungan di atas, maka jumlah pengulangan untuk setiap perlakuan n 4, perlakuan dilakukan secara oral (gavage) sesuai dengan dosis yang di tentukan selama 14 hari, penelitian ini menggunakan 72 ekor tikus. kelompok 1; 24 ekor tikus Pasca Perlakuan Terhadap Kualitas Sperma Mencit 27 (Mus musculus l.) Galur Swiss Webster

28 pada akhir perlakuan di bunuh (0 hari perawatan pasca pemberian maserat), kelompok 2; 24 ekor tikus setelah 7 hari perawatan pasca pemberian maserat di bunuh, dan kelompok 3;24 ekor tikus setelah 14 hari perawatan pasca pemberian maserat di bunuh, tujuan perawatan pasca pemberian maserat daun Jati Belanda untuk mengetahui reversibilitas kualitas sperma. Pembagian mencit untuk setiap kelas di lakukan secara acak, pengacakan di lakukan untuk menghilangkan bias (Sudjana, 2002). Tabel 3.1 Peta Kandang Berdasarkan Hasil pengocokan Kandang Nomor Mencit A 1 6 25 8 15 A 2 57 41 42 26 A 3 16 69 7 55 B 1 58 28 70 56 B 2 71 68 29 14 B 3 30 1 43 54 C 1 59 67 2 53 C 2 11 31 17 18 C 3 72 40 35 52 D 1 24 66 3 51 D 2 60 9 27 4 D 3 61 39 34 50 E 1 5 65 20 49 E 2 62 32 44 19 E 3 36 64 10 48 F 1 21 12 45 47 F 2 37 63 33 13 F 3 23 38 22 46

29 Keterangan : A : Kontrol Negatif B 1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/bb/hari dan nol B 2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/bb/hari dan 7 B 3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/bb/hari dan 14 C 1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/bb/hari dan nol C 2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/bb/hari dan 7 C 3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/bb/hari dan 14 D 1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/bb/hari dan nol D 2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/bb/hari dan 7 D 3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/bb/hari dan 14 E 1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/bb/hari dan nol E 2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/bb/hari dan 7 E 3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/bb/hari dan 14 F 1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/bb/hari dan nol

30 F 2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/bb/hari dan 7 F 3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/bb/hari dan 14 1,2,3 dst: Nomor mencit C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 72 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster, berumur 8-12 minggu, berat badan 27-35 gram yang diperoleh dari peternakan sendiri di kebun botani UPI, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss webster. D. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Mencit Kebun botani FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, sebagai tempat pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba. Laboratorium Fisiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia untuk Pembuatan maserat, penyiapan bahan yang diperlukan, dan pengamatan bentuk sperma abnormal. Sedangkan pengambilan sampel sperma, dan pengamatan kualitas sperma dilakukan di Laboratorium struktur hewan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Maret 2013 sampai September 2013. E. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdapat di Laboratorium Fisiologi Universitas Pendidikan Indonesia dan di kandang mencit kebun Botani FPMIPA UPI, Bandung. Daftar Alat-alat yang digunakan selama penelitian terdapat pada lampiran 29A, Sedangkan daftar bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada lampiran 29B.

31 F. Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan pada tahapan persiapan ini meliputi pembuatan kandang dan pengumpulan bahan maserat daun Jati Belanda dan cara pembuatanya. Hewan percobaan di tempatkan dalam kandang yang disusun pada rak-rak di rumah mencit Kebun Botanai FPMIPA UPI, Bandung. Kandang terbuat dari bak plastik berukuran 40 cm x 30 cm x 12 cm, medium yang digunakan untuk hidup mencit berupa serutan kayu, bagian atas diberi kawat dan di beri tempat minum mencit sebanyak 1 buah setiap kandang. Bubuk daun Jati Belanda didapatkan dari pemasok obat herbal babah kuya di daerah pasar baru. Pembuatan maserat dilakukan dengan cara hidolytic maseration atau maserasi hidrolisis yaitu maserasi dengan menggunakan air sebagai pelarut (ICSH, 2008 dalam Yulianti 2012). Pembuatan stok maserat dilakukan dengan cara melarutkan 1 bagian bubuk daun Jati Belanda ke dalam 10 bagian akuades. Kemudian didiamkan dalam wadah tertutup alumunium foil selama 24 jam pada suhu ruangan serta diberi agitasi 90 rpm. Setelah 24 jam, larutan disaring dan residunya diperas. Setelah itu maserat cair diuapkan pada suhu 70 o C pada waterbath kurang lebih selama 8 jam hingga cairan berubah menjadi pasta kental. Pasta kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan dijadikan sebagai stok untuk dijadikan maserat (Indriani, 2006; ICSH, 2008). Masing-masing dosis dilakukan pengenceran, persentase pengenceran di dasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2012) sebagai berikut. 1) 0,05 g/bb/hari 1,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit. 2) 0,10 g/bb/hari 2,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit. 3) 0,15 g/bb/hari

32 3,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit. 4) 0,20 g/bb/hari 4,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit. 5) 0,25 g/bb/hari 5,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit. 6) 0,00 g/bb/hari (kontrol) Terdiri dari akuades tanpa pasta daun Jati Belanda. Range 0,05 g/bb/hari hingga 0,25 g/bb/hari merupakan dosis aman penggunaan maserat Jati Belanda, sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/bb/hari (Adjirni, et al., 2001). 2. Tahap penelitian Tahap penelitian ini meliputi, aklimatisasi mencit, penentuan dosis, pemberian maserat daun Jati Belanda, penghitungan konsentrasi sperma, pengamatan motilitas sperma, pengamatan kecepatan sperma, dan pengamatan abnormalitas sperma. a. Aklimatisasi Mencit Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimatisasi pada suhu ruangan rata-rata 23-29 o C, periode ini dilaksanakan selama 7 hari dengan tujuan agar hewan uji teradaptasi dengan kondisi lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit dikelompokan dalam kandang berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan kepadatan empat ekor setiap kandang. Selama aklimatisasi, semua kelompok diberi pakan mencit sejumlah 5 gram/ekor, dan minum secara ad libitum. Botol minuman dibersihkan tiap tiga hari sekali dan

33 diisi ulang dengan air yang baru apabila air telah habis. Kandang dibersihkan satu kali dalam seminggu. b. Penentuan Dosis Dosis yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 0,00 g/bb/hari(kontrol); 0,05 g/bb/hari; 0,10 g/bb/hari; 0,15 g/bb/hari; 0,20 g/bb/hari; dan 0,25 g/bb/hari. Range antara 0,05 g/bb/hari hingga 0,25 g/bb/hari diambil berdasarkan pada penelitian Adjirni (2001) dan Rahardjo (2006). Range 0,05 g/bb/hari hingga 0,25 g/bb/hari merupakan dosis aman penggunaan maserat Jati Belanda, sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/bb/hari (Adjirni, et al., 2001). c. Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pembeberian maserat daun Jati Belanda di dasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2012) dilakukan selama 14 hari secara gavage, satu kali dalam sehari. Tiap mencit dalam kelompok perlakuan diberi maserat daun Jati Belanda sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Maserat daun Jati Belanda yang diberikan adalah sebesar 0,5 ml/hari untuk masing-masing konsentrasi. Hal ini bertujuan agar lambung mencit dapat menampung maserat daun Jati Belanda selain pakan yang diberikan. Selama pemberian maserat (2 minggu), mencit diberi pakan standar sebanyak 5 g/ekor dan minum secara ad libitum. d. Penghitungan Konsentrasi Sperma Hewan uji yang telah diberi perlakuan pemberian maserat selama 14 hari dimatikan dengan cara dislokasi leher kemudian dibedah dan dipisahkan organ reproduksinya. Konsentrasi sperma per ml suspensi semen dari cauda epididymis diamati dengan cara mengambil organ testis beserta epididymis lalu diletakkan di dalam petridisk yang berisi NaCl 0,9%. Kemudian cauda epididymis dipisahkan dengan cara memotong bagian proksimal korpus epididymis dan bagian distal vas

34 deferens dengan menggunakan mikroskop binokuler pada pembesaran 400 kali (Yulianti, 2012). Bagian cauda epididymis yang telah dipotong tersebut dimasukkan ke dalam gelas arloji yang berisi 1 ml NaCl 0,9%. Kemudian bagian proksimal cauda sedikit dipotong dengan menggunakan gunting. Setelah cauda terpotong, maka dilakukan penekanan dengan perlahan hingga cairan epididymis keluar dan tersuspensi dengan NaCl 0,9%. Penekanan dilakukan dengan menggunakan spatula atau sonde. Kemudian suspensi dihomogenkan, sehingga didapatkan campuran semen yang tersuspensi dengan baik. Kemudian suspensi semen tersebut diambi sebanyak 10 µl lalu diteteskan ke dalam Haemocytometer Nebauer. Serta ditutup dengan cover glass untuk selanjutnya diamati dan dihitung konsentrasi sperma yang ada di bawah mikroskop cahaya (Machmudin dalam Yulianti, 2012). Penghitungan Jumlah sperma/ml suspensi semen dari cauda epididymis dengan menggunakan rumus berikut. Jumlah sperma=n/2x10 5 sperma/ml (Suparni dalam Yulianti, 2009). Keterangan: N=jumlah sperma pada kotak A, B, C, D, dan E (improved nebauer haemocytometer). Gambar 3.1. Improved Nebauer (Haemocytometer) (Sumber: http://braukaiser.com) Ada beberapa jenis bilik hitung tapi yang sering digunakan adalah bilik hitung yang menggunakan garis bagi Improved Neubauer (Gambar 3.1). salah satu contoh

35 bilik hitung lain adalah Original Neubauer (Gambar 3.2). perbedaan dengan Improved Neubauer adalah pada Bidang besar yang letaknya ditengah tengah. 25 bidang untuk Improved Neubauer dan 16 bidang untuk Neubauer Gambar 3.1. Original Nebauer (Sumber: http://llgdata.wiessoft.de) e. Pengamatan Motilitas Sperma Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung persentase (%) spermatozoa yang motil dari sperma pada lima bidang pandang pada haemocytometer. Motilitas dari spermatozoa di dalamnya dikelompokkan ke dalam kriteria A (bergerak maju) dan B (bergerak di tempat) berdasarkan penampakan spermatozoa (Ashfahani, et al., 2008; Yatim, 1994). f. Pengamatan Kecepatan Sperma Pengamatan kecepatan spermatozoa dilakukan dengan cara menghitung waktu yang diperlukan oleh 1 ekor sperma untuk menempuh 8 kotak (200 µm) Hemacytometer Nebauer. Setiap pengamatan kecepatan sperma dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan, yang berasal dari sperma yang bergerak lurus (Ashfahani, et al., 2008).

36 g. Pengamatan Abnormalitas Sperma Pengamatan abnormalitas sperma dilakukan dengan cara mengamati morfologi sperma dari lima bidang pandang haemocytometer pada setiap preparat dengan mikroskop binokuler pada pembesaran 400x. Kemudian dilakukan pengamatan jumlah spermatozoa abnormal lalu menghitung persentase (%) jumlah sperma abnormal tersebut. Preparat apusan sperma menggunakan pewarna eosin dibuat untuk melihat lebih jelas morfologi sperma yang mengalami abnormalitas. Cairan suspensi sperma yang telah diamati kemudian diteteskan di atas kaca objek. Kemudian dismear menggunakan kaca objek bersih dengan kemiringan 45º. Kemudian hasil smear didiamkan kering pada suhu ruang kemudian ditetesi dengan alkohol 96%, setelah itu dibiarkan mengering. Setelah kering, hasil smear diwarnai dengan menggunakan eosin 1%, kemudian dibiarkan mengering serta dibilas dengan menggunakan akuades. Setelah itu preparat ditetesi minyak emersi dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. G. Analisis Data Data yang didapatkan diuji homogenitas dan normalitasnya. Uji normalitas menggunakan uji Test of Normality (Kolmogorov-Smimov) dan uji homogenitas menggunakan Test of Homogenity of Variances (Levene Statistic). Data yang berdistribusi normal dan bervarian homogen dianalisis secara statistik parametrik yaitu, analisis varian (ANOVA). Data yang memiliki perbedaan signifikan untuk setiap perlakuan kemudian diuji lebih lanjut dengan uji wilayah perbandingan berganda Tukey HSD a. Data yang tidak berbeda signifikan tidak diuji lebih lanjut dengan uji Tukey HSD a α 0,05 pada selang kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan Software SPSS 17 for Windows.

37 H. Alur Penelitian Observasi Literatur TAHAPAN PERSIAPAN Pembuatan proposal Studi Lapangan TAHAPAN PRA Pembuatan maserat daun jati belanda Persiapan alat dan bahan Aklimasi Persiapan kandang pemeliharaan mencit TAHAPAN PERLAKUAN Pemberian maserat daun Jati Belanda dengan dosis bertingkat Penghitungan jumlah sperma, motilitas, abnormalitas sperma/ml suspense semen cauda epidymis, Kelompok Nol hari Penghitungan jumlah sperma, motilitas, abnormalitas sperma/ml suspense semen cauda epidymis, Kelompok 7 hari Penghitungan jumlah sperma, motilitas, abnormalitas sperma/ml suspense semen cauda epidymis, Kelompok 14 hari ANALISIS DATA Gambar 3.2. Alur Penelitian