ORANGUTAN PELIHARAAN DI KALIMANTAN BARAT, MASALAH DAN SOLUSINYA. Orangutan adalah salah satu jenis satwa liar yang paling dilindungi di Indonesia. Pada kenyataannya, tidak terlindungi dari tindak kekejaman dan kekejaman. Di Kalimantan Barat, Centre for Orangutan Protection (COP) telah mengidentifikasi keberadaan orangutan - orangutan yang dipelihara di berbagai kebun binatang maupun dipelihara illegal. Secara umum, kondisinya buruk dan berpenyakit meskipun para pewmeliharanya mengaku sebagai pecinta satwa. COP bekerja meringankan penderitaan dan mengupayakan pembebasannya agar dapat dikirim ke Pusat Rehabiitasi. Pemeliharaan illegal. Orangutan dilindungi oleh Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1990 mengenai Konservasi Keanekaragaman hayati dan Ekosistemnya. Dengan demikian orangutan tidak boleh dipelihara, kecuali Lembaga Konservasi yang ditunjuk oleh pemerintah. Pelanggarnya diancam dengan penjara 5 tahun atau denda 100.000.000 rupiah. Pada kenyataannya, orangutan seringkali dipelihara dengan bebas. COP telah mengidentifikasi orangutan - orangutan yang dipelihara illegal di Kalimantan Barat dan mengirimkan laporannya kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), unit pelaksana teknis dari Departemen Kehutanan yang berwenang dalam perlindungan orangutan dan habitatnya. Meskipun para pemeliharanya mengaku sebagai pecinta satwa, secara umum kondisi orangutan tersebut mengenaskan. Berikut ini sebagian profil orangutan - orangutan malang itu: Lupus (jantan, 15 tahun) dan Lupis (betina, 10 tahun) dipelihara oleh pengusaha properti dan kandidat walikota Pontianak. Makanan dan minuman cukup. Lupus menderita tetanus dan terdapat gejala kelumpuhan. Pemilik bersedia menyerahkan orangutan ke BKSDA
menawarkan pulau pribadinya seluas 200 hektar sebagai sanctuary jika diperlukan oleh negara. Neng (betina, 5 tahun). Sakit mata akut, hampir buta dan lumpuh. Dipelihara di Selimbau, tepian danau Sentarum. Kawasan tersebut sedang dibabat untuk perkebunan kelapa sawit.
Bingo (betina, 5 tahun) dan Pango (jantan, 6 tahun) dipelihara oleh seorang polisi di Sintang, 10 jam mengemudi dari Pontianak. Jojo (jantan, 4 tahun) dipelihara oleh seorang tukang pijat yang tua. Kandangnya reyot dan berada di comberan. Jojo menderita tetanus yang parah.
COP telah berulang kali menyampaikan laporan kepada BKSDA Kalimantan Barat namun tidak ada tanggapan. Secara resmi, COP menyampaikan laporan kepada Departemen Kehutanan pada tanggal 22 April 2009, menyusul publikasi dari TRAFFIC mengenai pemeliharaan illegal orangutan di Sumatra. Toni Suhartono, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Departemen Kehutanan menyangkal laporan tersebut dan menantang pembuktian. COP menjawab tantangan pembuktian tersebut dengan menyerahkan laporan. Di lain sisi, COP juga berkomunikasi dengan para pemilik orangutan. Pada umumnya mereka menyatakan bahwa mereka siap untuk menyerahkan orangutannya bahkan siap membantu BKSDA untuk membangun shelter dengan menyediakan tanah atau pulau. Pertolongan pertama. Sayangnya, tidak ada tindakan apapun untuk menindaklanjuti laporan COP. Sementara itu, kondisi orangutan semakin memburuk. Lupus dan Jojo dilaporkan lumpuh. Neng menderita demam tinggi dan hampir buta. COP bersama dengan International Animal Rescue mengirim tim medis ke Pontianak untuk memberikan pertolongan pertama pada tanggal 22 April 2009. Tim medis COP dan IAR sedang memotong rantai di kaki Jojo. Rantai yang berkarat telah menyebabkan tetanus aku dan Jojo hampir lumpuh karenanya. Mencari solusi. COP menyimpulkan bahwa terdapat 3 hal utama yang menyebabkan pengabaian pada captive orangutan, yakni: 1. BKSDA tidak memiliki kapasitas teknis seperti shelter dan peralatan medis untuk menampung orangutan sitaan. 2. BKSDA terjebak kebijakan yang telah disepakati dalam Orangutan Action Plan.
3. BKSDA tidak memiliki kapasitas moral yang memadai untuk bekerja sebagai pelindung binatang liar. Mereka telah terbiasa mengabaikan permasalahan tanpa tindakan hukuman dari negara. Berdasarkan kesimpulan tersebut, COP mencoba menawarkan solusi kepada BKSDA dalam bentuk: 1. mendukung penuh operasi penyelamatan dalam hal penyediaan dana, tenaga hingga pengiriman ke Pusat Rehabilitasi. 2. membangun dan mengelola Shelter untuk menampung orangutan sitaan. 3. mengambil alih pengelolaan Taman Satwa Pancur Aji di Sanggau. Operasi penyelamatan. Sayangnya, BKSDA mengabaikan seluruh bantuan yang ditawarkan COP. Berbagai upaya loby tidak membuahkan hasil. Akhirnya, COP memutuskan untuk melakukan operasi penyelamatan tanpa BKSDA dan ini sah menurut hukum di Indonesia. Pada tanggal 4 Agustus 2009, tim COP membebaskan Jojo dan mengirimnya ke kantor BKSDA di Pontianak. Meskipun ditempatkan dalam kandang sempit, setidaknya Jojo mendapatkan pengawasan yang lebih baik dan berada di tangan yang benar secara hukum. Pada tanggal 7 Agustus 2009, COP membebaskan Bingo dan Pango di Sintang. Kedua orangutan itu diserahkan ke kantor BKSDA Sintang.!! Operasi ini tentu saja membuat BKSDA dalam posisi yang sulit. Mereka berada dalam posisi harus merawat dan memberi makan minum pada orangutan dengan segala keterbatasan. BKSDA harus bergerak cepat memindahkan mereka ke kebun binatang atau membuat tempat penampungan yang lebih baik. Sementara itu, para pengelola kebun binatang memilih untuk menolak orangutan kiriman dari BKSDA karena COP terus mengkritisi kemampuan mereka dalam pemeliharaan orangutan.
Pango dan Bingo di kandang transit BKSDA Sintang - Kalimantan Barat. Meskipun berada di kandang kecil, setidaknya mereka dapat hidup lebih baik dan secara hukum di tangan yang benar. Rencana ke depan. Orangutan adalah tanggung jawab Departemen Kehutanan. Sudah seharusnya BKSDA selaku unit pelaksana teknis di daerah proaktif menyelematkan orangutan yang dipelihara illegal. COP terus menerus mensosialisasikan prinsip ini ke masyarakat luas. Salah
satunya dengan menyebarkan kartu pos yang berisi pesan tersebut. Dalam kartu pos tersebut, masyarakat yang mengetahui keberadaan orangutan yang dipelihara illegal tinggal mengisi dan mengirimnya ke kantor BKSDA setempat.! COP juga akan terus membebaskan orangutan - orangutan yang dipelihara illegal dengan atau tanpa keterlibatan BKSDA. Tinadakan ini akan memaksa BKSDA untuk membangun sebuah tempat penampungan dan proaktif untuk menegakkan hukum. Terima kasih. Jojo, Pango dan Bingo kini telah berada di tangan BKSDA, lembaga pemerintah yang berwenang dalam konservasi orangutan. COP akan terus membebaskan orangutan - orangutan lain kini sedang menunggu untuk dibebaskan. Seluruh operasi ini bisa berjalan dengan anda. COP mengucapkan terima kasih kepada: 1. Australian Orangutan Project. 2. Brigitte Bardot Foundation. 3. Chitra Allen. 4. International Animal Rescue 5. Monkey Business 6. Nature Alert 7. Orangutan Appeal 8. Orangutan Outreach 9. Primate Helping Primate 10.Rettet den Regenwald. 11.Trish Morton. 12.With Compassion and Soul.