PERENCANAAN POLA OPERASI EMBUNG BULUNG UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU DESA BULUNG KABUPATEN BANGKALAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

PENENTUAN POLA OPERASI WADUK BAJULMATI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR. 1

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang Telpon (0341)

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH

POLA OPERASI WADUK PUUNDOHO UNTUK KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN IRIGASI KABUPATEN KOLAKA UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

Studi Perencanaan Pola Operasi Waduk Latowu Provinsi Sulawesi Tenggara Guna Penyediaan Air Baku dan Air Irigasi JURNAL

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT

ABSTRAK. Kata Kunci : simulasi F.J Mock, debit andalan, neraca air baku, simulasi air baku, analisa ekonomi ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Hal 51

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

OPTIMASI AIR WADUK GONDANG DENGAN METODE DINAMIK DETERMINISTIK

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

STUDI OPTIMASI OPERASI LEPASAN WADUK BERDASARKAN TAMPUNGAN WADUK DI WADUK PEJOK KABUPATEN BOJONEGORO UNTUK IRIGASI DENGAN ALGORITMA GENETIK

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk

ANALISIS DEBIT ANDALAN

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisa Keandalan Tampungan Waduk di Embung Tambak Pocok Bangkalan

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DAN SIMULASI POLA OPERASI WADUK TILONG DI KABUPATEN KUPANG

SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

STUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LOMPATAN HARIMAU DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

DAFTAR PUSTAKA. Ariansyah Tinjauan Sistem Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Talang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

Faktor Teknis PLTMH 1. Beda Head 2. Perhitungan daya yang dihasilkan HASIL PENELITIAN

STUDI PENINGKATAN KEUNTUNGAN MELALUI OPTIMASI SISTEM PEMBERIAN AIR DAERAH IRIGASI GEMBLENG KANAN DENGAN PROGRAM DINAMIK JURNAL

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

NERACA AIR WADUK SUNGAI PAKU TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU BAGI MASYARAKAT Water Balance of Paku River Reservoir to Standart Water Needs for the People

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

Kata kunci: evapotranspirasi, Metode Penman, Metode Mock, Metode Wenbul

PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA CALCULATION OF DEPENDABLE FLOW AS WATER SOURCE IN PDAM JAYAPURA

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

REDESAIN WADUK KLAMPIS KECAMATAN KEDUNGDUNG KABUPATEN SAMPANG SEBAGAI BANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA AIR

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

STUDI OPTIMASI EMBUNG TLOGO DI KABUPATEN REMBANG. Adi Prawito ABSTRAK

Analisa Ketersediaan Air Bersih untuk Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang

KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN. Bakhtiar

MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR STUDI KASUS KOTA CIREBON

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

ANALISA KETERSEDIAAN AIR BERSIH SUNGAI LUBUK MINTURUN GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI PENDUDUK DI KECAMATAN KOTO TANGAH SUMATERA BARAT

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

PENENTUAN KAPASITAS DAN TINGGI MERCU EMBUNG WONOBOYO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI DESA CEMORO

BAB IV ANALISIS DATA

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN WADUK SUNGAI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

STUDI OPTIMASI LEPASAN BERDASARKAN TAMPUNGAN OPERASI WADUK KLAMPIS DI KABUPATEN SAMPANG UNTUK IRIGASI DENGAN ALGORITMA GENETIK

ABSTRAK Faris Afif.O,

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

IV. PENGUAPAN (EVAPORATION)

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru

SIMULASI WADUK PETANI UNTUK MELAYANI AIR BAKU PDAM TIRTA DHARMA DURI

Evapotranspirasi (evapotranspiration)

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

ANALISIS DEBIT SUNGAI MUNTE DENGAN METODE MOCK DAN METODE NRECA UNTUK KEBUTUHAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

PERENCANAAN EMBUNG SEMAR KABUPATEN REMBANG. Muchammad Chusni Irfany, Satriyo Pandu Wicaksono, Suripin *), Sri Eko Wahyuni *)

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK

PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP :

PENDAHULUAN. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PERENCANAAN POLA OPERASI EMBUNG BULUNG UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU DESA BULUNG KABUPATEN BANGKALAN Andre Prasetio 1, Widandi Soetopo 2, Dian Chandrasasi 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1 andre.prasetio.022@gmail.com ABSTRAK Dalam studi ini menggunakan data-data sekunder antara lain data penduduk, curah hujan, klimatologi, karakteristik DAS, dan teknis embung. Data penduduk digunakan untuk menghitung kebutuhan air baku. Data hujan digunakan untuk menghitung debit andalan (inflow), Menurut Suyono Sosrodarsono (2003:204) keandalan debit inflow yaitu air cukup (26,02%), air normal (50,68%), air rendah (75,34%) dan air kering (97,30%) serta dengan beberapa keandalan operasi. Metode simulasi yang digunakan mempunyai tujuan untuk mengetahui pola operasi embung. Persamaaan yang digunakan adalah kontiunitas massa aliran yang merupakan hubungan antara masukan (inflow), keluaran (outflow), dan perubahan tampungan embung. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah debit inflow, evaporasi, jenis tanah dan kebutuhan yang harus dilayani embung.. Dari hasil perhitungan kebutuhan air baku di Desa Bulung pada tahun 2032 kebutuhan air baku sebesar 227,12 m 3 /hari. Debit inflow dengan beberapa kondisi keandalan (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%) rata-rata sebesar 0,008 m 3 /detik. Dari perhitungan simulasi operasi embung diperoleh jumlah penduduk yang dapat terlayani dengan beberapa kondisi keandalan (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%) sebanyak 11496 orang. Keandalan embung ditetapkan 90%. Pola operasi embung menggunakan aturan operasi berdasarkan tampungan, didapatkan batas minimum embung berkisar 0% - 90% dan dari hasil simulasi operasi embung didapatkan prosentase lepasan berdasarkan tampungan total berkisar 8% - 100% dengan simulasi operasi menggunakan 10 kelas nilai lepasan yang paling optimal (pemenuhan kebutuhan yang terbesar dan spillout yang terkecil). Kata Kunci: Inflow, Outflow, Simulasi Operasi Embung ABSTRACT This study is using the secondary data between the inhabitants of other data, rainfall, climatology, characteristic of watershed, and technical reservoir. The population data used to calculate water requirement. Rain data used to calculate discharge (inflow), according to suyono sosrodarsono (2003: 204) the reliability of inflow which are enough water discharge (26,02%), normal water discharge (50,68%), low water discharge (75,34%), dry water discharge (97,30%) and the others. The purpose of simulation method is for knowing the reservoir operation pattern. The formulas that will be used are mass flow continuity which has connection between inflow, outflow and the reservoir changing water level. The data are inflow discharge, evaporation, soil media and the water domestic service by reservoir. From the calculation of water requirement in Bulung village at 2032, standard water requirement of 227,12 m 3 per day. Discharge inflow with some of the condition of the reliability of (26,02 %, 50,68 %, 75,34 %, 97,30 %) an average of 0,008 m 3 per second. Simulation operation reservoir obtained total population who can be served with some of the condition of the reliability of (26,02 %, 50,68 %, 75,34 %, 97,30 %) total 11496 people. The reliability of reservoir set 90 percent. The pattern operation of reservoir using rules based the storage, obtained the minimum limits reservoir ranges 0 % to 90 percent and the result of reservoir operation, releases the percentage total range of 8% - 100% with 10 class operation simulation using releases most optimal value.(the greatest demand and spillout its smallest) Keywords: Inflow, Outflow and Simulation of Reservoir PENDAHULUAN Ketergantungan manusia terhadap tersedianya air untuk menunjang kehidupan sangatlah besar. Terutama kebutuhan air baku, yaitu air yang digunakan manusia untuk menunjang hidupnya sehari-hari.

Salah satu daerah yang masih mengalami kekurangan air yaitu pada Desa Bulung Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi penduduk Desa Bulung maka perlu dilakukan perencanaan tentang pengoperasian Embung Bulung sehingga dapat memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan air baku. IDENTIFIKASI MASALAH Pada saat ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bangkalan masih mengandalkan mata air Sumber Pocong di Desa tangkel yang mencapai 63 liter/detik yang hanya mampu memenuhi kebutuhan air baku warga hanya sebesar 40% dari total penduduk Kabupaten Bangkalan. Selain itu peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan yang menuntut cukupnya ketersediaan air baku di musim penghujan terlebih di musim kemarau. Dengan dibangunnya Embung Bulung maka perlu dilakukan suatu studi untuk menganalisa besarnya potensi air serta pola operasi embung yang bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan air baku bagi masyarakat sekitar Embung Bulung. METODE PENELITIAN 1. Proyeksi Penduduk Metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk yaitu: a. Metode Geometri P n = P 0. (1 + r) n dimana: P n = jumlah penduduk pada tahun ke n P 0 = jumlah pendidik pada awal tahun r = angka pertumbuhan penduduk (%) n = interval waktu (tahun) b. Metode Eksponensial P n = P 0. e r n dimana: P n = jumlah penduduk pada tahun ke n P 0 = jumlah pendidik pada awal tahun r = angka pertumbuhan penduduk (%) n = interval waktu (tahun) e = bilangan logaritma natural Kemudian kedua metode tersebut diuji dengan menggunakan faktor korelasi untuk menentukan metode mana yang digunakan. Faktor korelasi didapatkan dari grafik berikut ini: Gambar 1. Grafik Proyeksi Penduduk Metode Geometri Gambar 2. Grafik Proyeksi Penduduk Metode Eksponensial 2. Kebutuhan Air Baku Untuk menghitung jumlah kebutuhan air baku digunakan rumus sebagai berikut: Q = Pn x q Dimana: Q = kebutuhan air baku Pn = jumlah penduduk terlayani (jiwa) q = debit keluaran individu

3. Curah Hujan Rerata Untuk menghitung curah hujan rerata digunakan metode rata-rata hitung yaitu dengan rumus berikut: P1 P2 P3... Pn P n Dimana: P 1, P 2,. P n adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2,., n dan n adalah banyaknya pos penakar hujan. 4. Evapotranspirasi Potensial Untuk menentukan evapotranspirasi potensial menggunakan rumus Penman sebagai berikut: ET 0 = c. ET 0 * ET 0 * = w (0,75.Rs R n-1 ) + (1 w) f(u) (e a e d ) Dengan: ET 0 = evapotranspirasi rujukan (mm/hari) c = angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan kondisi cuaca ET 0 * = besaran evapotranspirasi potensial sebelum dikoreksi (mm.hari) W = faktor yang berhubungan dengan temperature (t) dan elevasi daerah R s = radiasi gelombang pendek dalam suatu evaporasi (mm/hari) = (0,25 + 0,54 n/n) R a R a = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah. (mm/hari). R n-1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) = f(t). f(ed). f(n/n) f(t) = fungsi suhu f(ed) = fungsi tekanan uap = 0,34 (0,044. ed0,5) f(n/n) = fungsi kecerahan = 0,1 + (0,9. n/n) N = jumlah jam yang sebenarnya dalam 1 hari matahari bersinar terang (jam) f(u) = fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam satuan (m/dt) = 0,27 (1 + 0,864 u) u = kecepatan angin (m/dt) (ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya ed = ea Rh Rh = kelembaban relatif (%) ea = tekanan uap jenuh (mbar) ed = tekanan uap sebenarnya (mbar) 5. Ketersediaan Debit Aliran F.J Mock a. Singkapan Lahan (m) Singkapan lahan disesuaikan dengan tataguna lahan. Tabel 1. Singkapan Lahan Sesuai Tataguna Lahan Jenis Penggunaan Lahan m (%) 1 Hutan lebat 0 2 Lahan yang terisolasi 10 40 3 Lahan pertanian yang diolah 30 50 Sumber: Hadisusanto, 2010:231 b. Koefisien Infiltrasi Infiltrasi yaitu proses masuknya air hujan kedalam permukaan tanah/batuan melalui gaya gravitasi dan kapiler. Tabel 2. Koefisien Infiltrasi Berdasarkan Jenis Batuan (Ci) Jenis Batuan Ci 1 Vulkanik muda 0,30 0,50 2 Vulkanik tua, muda dan sedimen 0,15 0,25 3 Batu pasir 0,15 4 Sedimen lanau, batu cukup kedap 0,15 5 Batu gamping 0,30 0,50 Sumber: Kurniawan, 2009:14

c. Kapasitas Kelembapan Tanah (Soil Moisture Capacity) Kapasitas kelembapan tanah adalah banyaknya air yang dapat dikandung oleh tanah (Sosrodarsono: 1987:72). Untuk tanah dengan kelembaban tanah maksimum 25% maka kapasitas tanah tersebut 25 cm air pada tanah seluas 1 m 2. Biasanya kelembaban tanah ditaksir berkisar antara 50 sampai dengan 250 mm per m 2. Tabel 3. Angka Kedalaman Kelembaban Tanah Tipe Vegetasi SMC (mm) 1 Padang Rumput 75 2 Umbi akar 100 3 Tanaman padi gandum dan sejenisnya 140 4 Tegalan 200 Sumber: Asdak, 2004:139 d. Initial Storage Initial Storage adalah besarnya volume air pada saat awal perhitungan e. Faktor Resesi Air tanah Dalam perhitungan kandungan air tanah (Ground Water Storage) terdapat faktor resesi air tanah (k), Faktor resesi air tanah (k) adalah 0 1,0 harga k. 6. Analisis Debit Andalan Perhitungan debit andalan dilakukan dengan metode tahun dasar (basic year), yaitu dengan mengambil suatu pola debit dari tahun ke tahun tertentu pada setiap kondisi keandalan debit. Rumus yang digunakan yaitu rumus Weibull: m P n 1 x100% Dimana: P = Probabilitas (%) m = mor urut data debit n = Jumlah data pengamatan debit 7. Analisa Pola Operasi Embung Operasi waduk (reservoir operation) adalah penampungan aliran air sungai ke dalam sebuah waduk (reservoir) dan pelepasan daripada air yang telah ditampung tersebut untuk berbagai tujuan tertentu (Soetopo, 2010:2). Pola operasi embung bertujuan untuk menentukan pelepasan air dari tampungan dengan memperhatikan inflow dan outflow. Pola operasi embung dilakukan dengan mengacu pada hasil simulasi tampungan. a. Simulasi Tampungan Embung Salah satu operasi dibagi-bagi menjadi sejumlah periode, misalnya bulanan, 15 harian, 10 harian, mingguan, maupun harian. Persamaan umum simulasi operasi embung adalah Neraca Keseimbangan Air (water balance). Persamaan secara matematika simulasi kapasitas tampungan waduk dinyatakan sebagai berikut (Mc. Mahon, 1978:24): S t+1 = S t + Q t D t E t L t dengan: S t+1 = Tampungan waktu pada akhir interval waktu t = Interval waktu yang digunakan S t = Tampungan embung pada awal interval waktu Q t = Aliran masuk selama interval waktu t D t = Lepasan air selama interval waktu t = Evaporasi selama interval waktu E t L t t = Kehilangan kehilangan air lain dan embung selama interval waktu t mempunyai nilai yang kecil dan dapat diabaikan C = Tampungan aktif (tampungan efektif) b. Kegagalan dan Keandalan Embung Peluang kegagalan sebuah tampungan waduk adalah perbandingan antara jumlah satuan waktu pada waktu waduk kosong dengan jumlah satuan

total yang digunakan dalam proses analitis (Mc.Mahon, 1978:17) : P Pe x100% N Sedangkan definisi keandalan adalah : Re = 100 Pe c. Pedoman Lepasan Pola Operasi Embung Berdasarkan Tampungan Pedoman operasi waduk (rule curve) adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara prosentase pemenuhan kebutuhan (sumbu tegak), sementara besarnya tampungan diukur dengan prosentase tampungan waduk terhadap kapasitas tampungan aktual (sumbu mendatar). Pada aturan operasi waduk dimana lepasan berdasárkan status tampungan waduk, maka dilakukan pembatasan terhadap lepasan apabila tampungan waduk menurun besarnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perhitungan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Perhitungan pertumbuhan penduduk menggunakan 2 metode kemudian diuji dengan faktor korelasi. Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Desa Bulung Tahun Penduduk Desa Bulung (jiwa) Geometri Eksponensial 0 2012 2016 2016 1 2013 2080 2081 2 2014 2145 2147 3 2015 2213 2216 4 2016 2282 2287 5 2017 2354 2360 6 2018 2428 2435 7 2019 2505 2513 8 2020 2584 2594 9 2021 2665 2677 10 2022 2749 2762 11 2023 2836 2851 12 2024 2925 2942 13 2025 3017 3036 14 2026 3112 3133 15 2027 3210 3234 16 2028 3311 3337 17 2029 3416 3444 18 2030 3523 3554 19 2031 3634 3668 20 2032 3749 3785 Hasil grafik proyeksi penduduk menunjukkan koefisien korelasi 0.994 untuk metode geometri, dan pada metode eksponensial koefisien korelasi sebesar 0.995. sehingga perhitungan proyeksi penduduk yang akan diambil yaitu metode eksponensial karena memiliki angka mendekati +1 dibandingkan metode geometri oleh karena itu metode eksponensial ini mendekati perkembangan penduduk sesungghuhnya. Maka kebutuhan air baku sebesar: Tabel 5. Volume kebutuhan air baku Desa Bulung Tahun (m 3 /hr) (m 3 /hr) 0 2012 120,96 11 2023 171,05 1 2013 124,83 12 2024 176,52 2 2014 128,83 13 2025 182,17 3 2015 132,95 14 2026 188 4 2016 137,2 15 2027 194,02 5 2017 141,59 16 2028 200,23 6 2018 146,12 17 2029 206,64 7 2019 150,8 18 2030 213,25 8 2020 155,63 19 2031 220,07 9 2021 160,61 20 2032 227,12 10 2022 165,75 2. Analisis Curah Hujan a. Uji Konsistensi dengan Metode RAPS Tabel 6. Hasil Uji Konsistensi Curah Hujan Stasiun Klampis Tahun Desa Bulung Tahun Desa Bulung R Sk* I Sk*I Dy2 Sk** I Sk** I 1 1996 59,00-22,56 22,56 28,26-0,73 0,73 2 1997 96,00 14,44 14,44 11,59 0,47 0,47 3 1998 83,00 1,44 1,44 0,12 0,05 0,05 4 1999 87,00 5,44 5,44 1,65 0,18 0,18 5 2000 61,00-20,56 20,56 23,47-0,67 0,67 6 2001 140,00 58,44 58,44 189,76 1,90 1,90 7 2002 45,00-36,56 36,56 74,24-1,19 1,19 8 2003 141,00 59,44 59,44 196,31 1,94 1,94 9 2004 140,00 58,44 58,44 189,76 1,90 1,90 10 2005 97,00 15,44 15,44 13,25 0,50 0,50 11 2006 91,00 9,44 9,44 4,96 0,31 0,31 12 2007 74,00-7,56 7,56 3,17-0,25 0,25 13 2008 80,00-1,56 1,56 0,13-0,05 0,05 14 2009 54,00-27,56 27,56 42,18-0,90 0,90 15 2010 57,00-24,56 24,56 33,50-0,80 0,80 16 2011 45,00-36,56 36,56 74,24-1,19 1,19 17 2012 58,00-23,56 23,56 30,83-0,77 0,77 18 2013 60,00-21,56 21,56 25,81-0,70 0,70 jumlah 1468,00 0,00 445,11 943,25 1,94 Max rata-rata 81,56 0,00 24,73 52,40 0,05 min

Tabel 7. Hasil Uji Konsistensi Curah Hujan Stasiun Klampis Tahun Bulan Bulan Jumlah Tahun Periode Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct v Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct v Dec I 42,0 174,5 40,0 11,5 6,5 31,5 0,0 9,0 0,0 13,5 110,0 32,0 I 109,5 44,0 153,5 56,0 16,0 72,0 65,5 5,0 0,0 1,5 0,0 47,0 1996 II 0,0 141,0 27,5 15,5 21,0 5,0 0,0 6,0 0,0 25,5 57,5 15,0 1048,5 2005 II 76,0 34,5 112,5 30,0 0,0 47,5 3,5 1,0 0,0 54,5 27,5 118,0 1736,5 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun R Sk* I Sk*I Periode III 32,5 0,0 22,5 2,0 19,5 0,0 0,0 33,0 0,0 92,0 31,5 31,0 III 0,0 25,5 105,0 15,5 8,5 9,0 9,0 20,0 4,0 119,0 217,5 128,5 I 101,5 83,5 32,0 88,5 13,0 26,5 0,0 0,0 0,0 0,0 33,0 0,0 I 53,5 95,0 82,0 19,5 26,5 21,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5,5 10,0 II 126,5 19,0 66,0 10,0 25,0 43,5 0,0 0,0 0,0 44,0 69,5 75,5 1532,0 2006 II 0,5 14,0 57,0 2,5 0,0 0,0 16,0 0,0 0,0 0,0 0,5 94,5 III 30,0 120,5 131,5 94,5 4,5 28,0 9,0 0,0 5,0 113,0 104,5 34,5 III 346,0 108,5 86,0 1,0 58,5 0,0 3,5 0,0 0,0 0,0 5,0 38,5 I 15,0 89,5 144,5 34,5 26,0 44,0 38,5 0,0 0,0 111,0 267,0 24,0 I 65,5 73,0 65,0 14,0 5,5 0,0 0,0 0,0 4,5 5,5 46,5 98,0 II 12,5 29,0 9,0 48,0 70,0 22,5 13,0 2,0 45,0 119,0 10,0 141,5 2124,5 2007 II 83,0 29,5 77,0 9,5 0,0 0,0 2,5 0,0 0,0 0,0 17,5 123,0 1203,5 III 52,0 76,5 108,5 103,5 0,0 48,5 74,0 0,0 116,5 158,0 46,0 25,5 III 98,5 61,0 162,5 55,0 25,0 34,5 0,0 0,0 0,0 6,0 0,0 41,5 I 46,5 129,5 1,5 161,0 72,0 3,5 11,0 0,0 0,0 0,0 93,0 99,5 I 46,5 76,0 42,0 3,0 37,0 3,0 0,0 0,0 0,0 23,0 26,5 74,5 II 115,0 27,5 45,5 18,0 19,0 2,5 1,0 0,0 0,0 44,0 24,0 87,0 1529,0 2008 II 26,5 115,0 41,5 3,0 0,0 13,5 0,0 7,5 0,0 14,0 24,5 152,0 1187,0 III 159,0 24,0 101,5 5,0 0,0 7,0 0,0 1,5 34,0 48,5 20,0 127,5 III 103,0 54,0 130,0 1,0 4,0 0,0 0,0 19,5 0,0 29,5 18,5 98,5 I 137,5 80,0 16,3 16,7 54,8 18,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 38,0 I 188,5 67,5 183,0 95,0 33,5 21,5 18,5 0,0 0,0 0,0 0,5 51,0 II 95,7 139,8 23,0 50,8 8,8 15,3 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 61,0 1208,0 2009 II 116,5 108,0 8,0 72,5 123,0 11,5 0,0 20,0 21,0 0,0 42,0 59,0 III 77,0 10,3 106,7 58,0 5,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 17,0 167,5 III 89,5 132,0 11,5 16,5 155,0 0,0 40,5 0,0 0,0 0,0 28,5 142,5 I 69,5 118,0 40,5 23,0 14,8 70,5 0,0 0,0 0,0 15,5 13,0 32,0 I 67,0 7,0 43,0 116,5 125,5 210,5 42,5 93,5 93,0 86,0 99,5 177,5 II 31,5 84,0 48,8 7,5 39,3 47,5 0,0 0,0 0,0 12,5 31,5 63,5 1153,0 2010 II 93,5 128,0 113,5 54,5 79,5 146,5 79,0 49,0 79,0 148,0 9,5 129,5 3503,0 III 29,5 45,0 42,3 20,5 30,5 8,0 0,0 0,0 0,0 31,5 63,0 120,0 III 129,5 82,0 142,5 196,0 150,5 36,0 206,0 36,5 40,5 59,0 82,5 71,0 I 68,0 79,5 103,0 13,5 51,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,0 33,5 43,0 I 129,0 35,5 88,5 90,5 112,5 0,0 4,0 0,0 0,0 0,0 50,3 151,8 II 80,5 21,5 45,5 42,0 13,0 6,5 0,0 0,0 0,0 0,0 73,5 44,0 1155,0 2011 II 95,5 6,0 47,0 76,5 4,5 0,0 6,5 0,0 4,8 3,5 13,8 91,3 1649,5 III 99,5 62,0 142,5 27,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5,5 64,5 32,0 III 50,0 82,5 59,5 69,0 13,0 60,5 23,5 0,0 0,0 128,3 51,3 100,8 I 19,5 123,0 0,0 38,5 4,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10,5 11,5 I 270,0 104,3 89,0 115,0 65,0 25,0 0,0 0,0 0,0 5,0 25,5 12,0 II 54,0 14,0 12,0 10,5 1,5 0,0 6,0 0,0 0,0 0,0 33,0 30,5 810,0 2012 II 176,0 89,0 114,3 76,5 26,0 52,5 0,0 0,0 0,0 47,3 34,0 124,0 1739,5 III 122,5 8,5 203,0 19,0 2,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 33,5 52,5 III 50,8 26,0 91,5 70,0 2,5 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 3,5 44,0 I 39,0 192,0 15,5 10,0 21,0 0,0 14,0 0,0 0,0 0,0 1,0 69,5 I 125,3 30,0 14,3 81,5 11,3 16,0 32,3 15,5 13,3 0,0 27,5 76,0 II 61,0 46,5 83,0 29,0 31,0 47,5 0,0 0,0 0,0 0,0 37,5 29,5 1143,5 2013 II 88,3 65,7 49,3 89,0 93,0 43,3 44,0 0,0 5,3 17,5 30,0 93,8 III 62,0 91,0 109,5 9,0 16,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 19,5 109,0 III 34,5 32,5 125,3 13,0 24,0 32,5 20,0 5,0 0,5 9,0 38,0 124,5 Sumber : Hasil Perhitungan. Uraian Satuan Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct v Dec 1 Temperatur (t) C 27,70 28,00 27,90 27,90 27,70 27,10 27,00 27,00 27,30 27,60 27,70 27,20 2 Kecepatan angin (u) m/det 3,47 2,75 3,21 3,21 3,32 3,62 3,42 4,23 4,03 4,18 3,06 2,75 3 Kelembapan relatif (Rh) % 80 78 78 74 73 70 67 65 64 67 71 79 4 Kecerahan matahari (n/n) % 47,8 62,5 56,6 80,1 83 88,3 88,8 94,4 97,7 93,3 76,6 52 Perhitungan 5 Nilai angot (Ra) mm/hari 15,94 16,05 15,55 14,56 13,26 12,62 12,92 13,86 14,95 15,75 15,89 15,84 6 Tekanan uap jenuh (ea) mbar 37,16 37,91 37,64 37,64 37,16 35,87 35,66 35,66 36,30 36,95 37,16 36,09 7 Tekanan uap nyata (ed = ea*rh) 29,73 29,57 29,36 27,85 27,13 25,11 23,89 23,18 23,23 24,75 26,38 28,51 8 w 0,77 0,78 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 9 1-w 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,24 0,24 0,23 0,23 0,23 0,23 10 Fungsi suhu f(t) 16,24 16,31 16,28 16,28 16,24 16,10 16,08 16,08 16,15 16,22 37,16 16,12 11 Radiasi gelombang pendek (Rs) mm/hari 8,10 9,43 8,64 9,94 9,26 9,17 9,42 10,53 11,63 11,87 10,55 8,41 12 Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap (ea - ed) mbar 7,43 8,34 8,28 9,79 10,03 10,76 11,77 12,48 13,07 12,19 10,78 7,58 13 Fungsi tekanan uap f(ed) mbar 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12 0,11 0,11 14 Fungsi kecerahan matahari f (n/n) 0,53 0,66 0,61 0,82 0,85 0,89 0,90 0,95 0,98 0,94 0,79 0,57 15 Fungsi angin f(u) m/dt 1,08 0,91 1,02 1,02 1,04 1,11 1,07 1,26 1,21 1,25 0,98 0,91 16 Radiasi bersih gelombang panjang (Rn1 = F(t)*f(ed)*f(n/N)) mm/hari 0,86 1,09 1,01 1,44 1,52 1,72 1,81 1,96 2,02 1,85 3,34 0,96 17 ET* = w*(0,75ra - Rn1) + (1-w)*f(u)*(ea-ed) mm/hari 4,92 5,88 5,38 6,47 6,12 6,20 6,51 7,33 8,11 8,06 5,43 5,10 18 Angka koreksi ( c) 1,10 1,10 1,00 1,00 0,95 0,95 1,00 1,00 1,10 1,10 1,15 1,15 19 ETo = ET* x c mm/hari 5,41 6,47 5,38 6,47 5,82 5,89 6,51 7,33 8,92 8,87 6,25 5,87 Sumber : Hasil Perhitungan Dy2 Sk** I Sk** I 1 1996 87,00-49,83 49,83 137,96-0,50 0,50 2 1997 98,00-38,83 38,83 83,78-0,39 0,39 3 1998 96,00-40,83 40,83 92,63-0,41 0,41 4 1999 96,00-40,83 40,83 92,63-0,41 0,41 5 2000 75,00-61,83 61,83 212,41-0,62 0,62 6 2001 75,00-61,83 61,83 212,41-0,62 0,62 7 2002 60,00-76,83 76,83 327,96-0,78 0,78 8 2003 154,00 17,17 17,17 16,37 0,17 0,17 9 2004 152,00 15,17 15,17 12,78 0,15 0,15 10 2005 501,00 364,17 364,17 7367,63 3,68 3,68 11 2006 168,00 31,17 31,17 53,96 0,31 0,31 12 2007 95,00-41,83 41,83 97,22-0,42 0,42 13 2008 104,00-32,83 32,83 59,89-0,33 0,33 14 2009 99,00-37,83 37,83 79,52-0,38 0,38 15 2010 225,00 88,17 88,17 431,85 0,89 0,89 16 2011 97,00-39,83 39,83 88,15-0,40 0,40 17 2012 204,00 67,17 67,17 250,63 0,68 0,68 18 2013 77,00-59,83 59,83 198,89-0,60 0,60 jumlah 2463,00 0,00 1166,00 9816,69 3,68 Max rata-rata 136,83 0,00 64,78 545,37 0,15 min b. Curah Hujan Rerata Tabel 8. Curah Hujan Rerata 10 Harian 3. Evapotranspirasi Potensial Tabel 9. Perhitungan Potensial Metode Penman Jumlah 1145,0 1856,5 1520,4

4. Perhitungan debit Aliran FJ. Mock Tabel 10. Rekapitulasi Debit aliran FJ. Mock 1996 2013 Sub DAS Bulung Bulan Periode Debit (m3/dt) 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jan I 0,002 0,030 0,009 0,007 0,047 0,019 0,015 0,001 0,000 0,033 0,013 0,011 0,006 0,067 0,017 0,044 0,103 0,038 II 0,001 0,039 0,001 0,034 0,032 0,006 0,020 0,006 0,008 0,020 0,006 0,020 0,002 0,043 0,026 0,031 0,074 0,025 III 0,000 0,006 0,003 0,049 0,019 0,003 0,023 0,030 0,008 0,005 0,118 0,023 0,023 0,027 0,037 0,010 0,018 0,005 Feb I 0,056 0,022 0,021 0,046 0,022 0,035 0,020 0,039 0,066 0,005 0,041 0,018 0,018 0,019 0,008 0,005 0,036 0,004 II 0,048 0,005 0,003 0,010 0,047 0,024 0,005 0,007 0,012 0,002 0,014 0,005 0,035 0,035 0,042 0,003 0,030 0,012 III 0,011 0,048 0,025 0,008 0,010 0,014 0,020 0,005 0,031 0,002 0,051 0,018 0,016 0,062 0,036 0,029 0,009 0,003 Maret I 0,006 0,006 0,048 0,004 0,005 0,004 0,028 0,003 0,006 0,048 0,026 0,013 0,006 0,069 0,008 0,024 0,025 0,002 II 0,003 0,015 0,008 0,005 0,003 0,005 0,007 0,002 0,021 0,036 0,015 0,018 0,004 0,013 0,035 0,008 0,036 0,004 III 0,002 0,036 0,029 0,023 0,025 0,002 0,039 0,061 0,029 0,029 0,021 0,047 0,034 0,007 0,043 0,008 0,025 0,032 April I 0,001 0,025 0,006 0,053 0,004 0,001 0,007 0,009 0,006 0,012 0,005 0,008 0,006 0,026 0,039 0,022 0,037 0,020 II 0,001 0,006 0,005 0,009 0,005 0,001 0,004 0,005 0,004 0,005 0,003 0,005 0,003 0,018 0,014 0,017 0,022 0,024 III 0,000 0,025 0,027 0,005 0,007 0,000 0,003 0,003 0,002 0,003 0,002 0,007 0,002 0,005 0,070 0,015 0,018 0,005 Mei I 0,000 0,005 0,005 0,015 0,006 0,000 0,003 0,002 0,001 0,002 0,001 0,002 0,001 0,003 0,046 0,032 0,014 0,003 II 0,000 0,003 0,014 0,003 0,002 0,000 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,035 0,026 0,006 0,004 0,022 III 0,000 0,002 0,003 0,002 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 0,001 0,004 0,001 0,000 0,045 0,047 0,003 0,002 0,003 Juni I 0,000 0,001 0,002 0,001 0,001 0,011 0,000 0,000 0,000 0,013 0,001 0,001 0,000 0,009 0,080 0,002 0,002 0,002 II 0,000 0,001 0,001 0,001 0,000 0,003 0,000 0,000 0,002 0,004 0,000 0,000 0,000 0,005 0,058 0,001 0,005 0,001 III 0,000 0,000 0,003 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,003 0,014 0,008 0,001 0,001 Juli I 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,010 0,000 0,000 0,000 0,002 0,009 0,001 0,001 0,000 II 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,000 0,000 0,000 0,001 0,020 0,001 0,000 0,000 III 0,000 0,000 0,010 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,065 0,000 0,000 0,000 Agust I 0,000 0,000 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,032 0,000 0,000 0,000 II 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,012 0,000 0,000 0,000 III 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,005 0,000 0,000 0,000 Sept I 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,024 0,000 0,000 0,000 II 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,020 0,000 0,000 0,000 III 0,000 0,000 0,030 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,005 0,000 0,000 0,000 Okt I 0,000 0,000 0,034 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,022 0,000 0,000 0,000 II 0,000 0,002 0,038 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,049 0,000 0,003 0,000 III 0,018 0,026 0,050 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,028 0,000 0,000 0,000 0,000 0,013 0,031 0,000 0,000 p I 0,032 0,004 0,105 0,023 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,004 0,000 0,002 0,000 0,000 0,030 0,009 0,000 0,000 II 0,013 0,015 0,018 0,003 0,000 0,000 0,014 0,000 0,000 0,003 0,000 0,000 0,000 0,001 0,007 0,003 0,000 0,000 III 0,004 0,030 0,014 0,002 0,000 0,010 0,012 0,000 0,000 0,076 0,000 0,000 0,000 0,000 0,021 0,006 0,000 0,000 Des I 0,002 0,005 0,007 0,026 0,000 0,001 0,003 0,000 0,012 0,014 0,000 0,023 0,015 0,005 0,062 0,048 0,000 0,014 II 0,001 0,018 0,047 0,023 0,009 0,010 0,002 0,000 0,002 0,039 0,023 0,036 0,048 0,009 0,046 0,028 0,034 0,024 III 0,001 0,003 0,007 0,034 0,048 0,030 0,001 0,003 0,025 0,039 0,003 0,005 0,026 0,039 0,019 0,027 0,004 0,032 Total tahunan 0,203 0,380 0,580 0,387 0,292 0,183 0,229 0,177 0,239 0,446 0,347 0,267 0,248 0,551 1,107 0,424 0,504 0,277 5. Debit Andalan Perhitungan debit andalan menggunakan analisa tahun dasar perencanaan (basic year). Keandalan debit yang digunakan sebesar 26,02%, 50,68%, 75,34%, dan 97,30%. Tabel 11 Debit Andalan NO. Total Debit Total Debit Terurut Probabilitas Tahun Q (m3/dt) Tahun Q (m3/dt) % 1 1996 0,203 2010 1,107 2 1997 0,380 1998 0,580 3 1998 0,580 2009 0,551 4 1999 0,387 2012 0,504 5 2000 0,292 2005 0,446 26,02 6 2001 0,183 2011 0,424 7 2002 0,229 1999 0,387 8 2003 0,177 1997 0,380 9 2004 0,239 2006 0,347 10 2005 0,446 2000 0,292 50,68 11 2006 0,347 2013 0,277 12 2007 0,267 2007 0,267 13 2008 0,248 2008 0,248 14 2009 0,551 2004 0,239 75,34 15 2010 1,107 2002 0,229 16 2011 0,424 1996 0,203 17 2012 0,504 2001 0,183 18 2013 0,277 2003 0,177 97,30 6. Simulasi Operasi Embung Lingkup waktu dari simulasi mencakup 1 tahun operasi atau lebih tergantung dari kebutuhannya. Salah satu operasi dibagi-bagi menjadi sejumlah periode, misalnya bulanan, 15 harian, 10 harian, mingguan, maupun harian. Dalam operasi Embung Bulung mempunyai skala prioritas pelayanan kebutuhan dalam penyediaan air untuk melayani kebutuhan air baku Desa Bulung. Waktu yang digunakan simulasi 18 tahun operasi dan 1 tahun untuk masing-masing keandalan debit. Dalam perhitungan simulasi operasi embung menggunakan 2 macam nilai lepasan yaitu, simulasi 5 kelas lepasan dan simulasi 10 kelas lepasan. Tujuan menggunakan 2 kelas lepasan untuk mendapatkan nilai yang lebih optimal (pemenuhan kebutuhan yang terbesar dan spillout yang terkecil) dari simulasi operasi embung. Perilaku yang diterapkan dalam simulasi ini adalah sebagai berikut: 1. Simulasi dilakukan pada kondisi debit air cukup, air normal, air rendah, dan air kering. 2. Operasi embung didasarkan pertimbangan antara aliran masuk dan aliran keluar.

3. Terjadi Keseimbangan antara volume tampungan, yaitu kondisi awal dan akhir operasi. 4. Semua lepasan untuk melayani kebutuhan air baku di usahakan semaksimal mungkin 5. Awal simulasi dilakukan pada saat kondisi tampungan waduk dalam keadaan penuh setelah masa pengisian pada musim hujan. Gambar 6 Grafik Hubungan Keandalan Debit 97,30% Menggunakan 5 Kelas Nilai Lepasan Gambar 3 Grafik Hubungan Keandalan Debit 26,02% Menggunakan 5 Kelas Nilai Lepasan Gambar 7 Grafik Hubungan Keandalan Debit 26,02% Menggunakan 10 Kelas Nilai Lepasan Gambar 4 Grafik Hubungan Keandalan Debit 50,68% Menggunakan 5 Kelas Nilai Lepasan Gambar 8 Grafik Hubungan Keandalan Debit 50,68% Menggunakan 10 Kelas Nilai Lepasan Gambar 5 Grafik Hubungan Keandalan Debit 75,34% Menggunakan 5 Kelas Nilai Lepasan Gambar 9 Grafik Hubungan Keandalan Debit 75,34% Menggunakan 10 Kelas Nilai Lepasan

Gambar 10 Grafik Hubungan Keandalan Debit 97,30% Menggunakan 10 Kelas Nilai Lepasan 7. Kegagalan dan Keandalan Embung Kegagalan embung ditentukan dengan prosentase jumlah kegagalan dari total periode simulasi. Sedangkan keandalan embung ditentukan dengan prosentase jumlah keberhasilan dari total periode simulasi. Berikut ini adalah keandalan embung pada perhitungan simulasi 18 tahun: P = 66 (jumlah kegagalan) N = 648 (jumlah periode simulasi) P 66 Pe = 0, 102,sehingga N 648 = 1-0,102 = 0,8981 Maka keandalan embung adalah 90%, sehingga jumlah kegagalan yang diijinkan sebanyak 10% 8. Pedoman Lepasan Pola Operasi Embung Bulung Dari hasil simulasi operasi berdasarkan aturan lepasan dengan 5 kelas dan 10 kelas nilai lepasan maka didapatkan pola operasi sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Rekapitulasi Simulasi Berdasarkan 5 Kelas Nilai Lepasan Lepasan (%) Batas tampungan Untuk keandalan Dedit (%) 94,74% 75,34% 50,68% 26,02% 1 0 6 7 5 18 2 20 32 28 30 39 3 40 52 47 60 59 4 60 72 76 65 80 5 80 97 93 96 100 Jumlah penduduk yang terlayani 7770 9315 11842 13927 Total Spillout (m3) 87643,93 114033,23 145382,60 198452,07 Tabel 13 Hasil Rekapitulasi Simulasi Berdasarkan 10 Kelas Nilai Lepasan Lepasan (%) Batas tampungan Untuk keandalan Dedit (%) 94,74% 75,34% 50,68% 26,02% 1 0 6 7 5 18 2 20 32 28 30 39 3 40 52 47 60 59 4 60 72 76 65 80 5 80 97 93 96 100 Jumlah penduduk yang terlayani 7770 9315 11842 13927 Total Spillout (m3) 87643,93 114033,23 145382,60 198452,07 Dari hasil rekapitulasi diatas menunjukkan bahwa simulasi berdasarkan 10 kelas nilai lepasan lebih optimal optimal (pemenuhan kebutuhan yang terbesar dan spillout yang terkecil) dibandingkan dengan simulasi berdasarkan 5 kelas nilai lepasan KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Besarnya kebutuhan air baku Desa Bulung tahun 2032 sebesar 227,12 m 3 /hr. 2. Besarnya debit inflow yang digunakan dalam analisis adalah debit andalan berdasarkan keandalan debit, yaitu keandalan 26,02 % (debit Air cukup), 50,68 % (debit Air normal), 75,34 % (debit Air rendah), dan 97,30 % (debit Air kering). Debit andalan pada tiap kondisi tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel 14 Debit andalan pada tiap kondisi Debit Andalan 1 26,02% 2 50,68% 3 75,34% 4 97,30% Kondisi Debit Air Cukup Debit Air rmal Debit Air Rendah Debit Air Kering Debit ratarata 0,0124 0,0081 0,0066 0,0049 3. Pedoman lepasan pola operasi pada Embung Bulung menggunakan aturan lepasan berdasarkan tampungan dengan beberapa kelas nilai lepasan pada tiap kondisi

keandalan debit. Hasil dari simulasi didapatkan sebagai berikut: I. Operasi embung berdasarkan tampungan dengan 5 kelas nilai lepasan sebagai berikut: Tabel 15 Hasil Operasi Embung dengan 5 kelas nilai lepasan Debit Andalan Jumlah Penduduk Yang Terlayani Spillout (m 3 ) 1 26,02% 13967 198452,07 2 50,68% 11842 145382,60 3 75,34% 9315 114033,23 4 97,30% 7770 87643,93 II. Operasi waduk berdasarkan tampungan dengan 10 kelas nilai lepasan Tabel 16 Hasil Operasi Embung dengan 10 kelas nilai lepasan Debit Andalan Jumlah Penduduk Yang Terlayani Spillout (m3) 1 26,02% 13967 198452,07 2 50,68% 11842 145382,60 3 75,34% 9315 114033,23 4 97,30% 7770 87643,93 5 18 Tahun Operasi 8258 922600 Juta Simulasi berdasarkan 10 kelas nilai lepasan lebih optimal dibandingkan dengan simulasi berdasarkan 5 kelas nilai lepasan dikarenakan hasil dari simulasinya jumlah penduduk yang dapat terlayani lebih besar, dan spillout lebih kecil. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Basic Design Embung Bulung. Malang : PT. Saka Buana Yasa Selaras Anonim. 2014. Peta Infrastruktur Kabupaten Bangkalan. Dari http://loketpeta.pu.go.id. (diakses 11 Agustus 2014). Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dhian, I. 2008. Analisis Keseimbangan Air di Sub DAS Lesti Tahun 2008 Tahun 2028. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. 2000. Panduan Penulisan Skripsi. Malang : Jogja Mediautama Hadisusanto, Nugroho. 2010. Aplikasi Hidrologi. Malang : Jogja Mediautama. Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kurniawan, Rizal A. 2009. Studi Potensi Ketersediaan Air Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Baku dalam Perencanaan Embung Kasinan Kota Batu. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang. Mc. Mahon, T.A, Mein, R.G. 1978. Reservoir Capacity and Yield. Amsterdam: Elvesier Scientific Publishing Company. Montarcih, Lily. dan Soetopo, Widandi. 2009. Statistika Terapan Untuk Teknik Pengairan. Malang : CV. Citra Malang. Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik Edisi I. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Soetopo, Widandi. 2010. Operasi Waduk Tunggal. Malang : Penerbit Asrori. Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Paradnya Paramita. Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang: ITN Malang Press Suripin. 2004. Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.