BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dan upaya penyehatan lingkungan yang setinggitingginya(

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

URAIAN sebelum perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB VII PENUTUP. analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan Program gerakan seribu

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

Kuesioner Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Lima Puluh Kota didominasi oleh sektor pertanian. Jika dilihat secara

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014 merupakan. kelanjutan dari profil-profil kesehatan tahun sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Program Stimulan Jamban Keluarga di Kabupaten Pacitan

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

KOTA TANGERANG SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

DAFTAR ALAMAT MASJID SUMATERA BARAT KABUPATEN LIMAPULUH KOTA. Alamat Kabupaten/Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Proposal Pembangunan Kakus Untuk Keluarga di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN GUGUK PANJANG KOTA BUKITTINGGI

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan masyarakat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan teknologi sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan ruang gerak penduduk menjadi ancaman terhadap kesehatan lingkungan. Parameter tingkat kesehatan lingkungan antara lain penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan kotoran dan cara buang kotoran manusia yang sehat. Penanganan pembuangan kotoran manusia yang tidak semestinya akan mencemari persediaan air, tanah, dan perumahan oleh kuman penyakit. Undang undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa menjadi sangat komplek. Menurut laporan Millenium Development Goals ( MDGs) tahun 2007, 70 juta orang Indonesia masih mempraktikkan buang air besar sembarangan. Seiring dengan meningkatnya masalah kesehatan akibat prilaku

masyarakat, berbagai upaya kesehatan telah dilakukan oleh pemerintah. Secara umum upaya kesehatan yang dilakukan mencakup dua unsur 2 utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat, yang mencakup upaya promosi kesehtan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar serta perbaikan gizi masyarakat.(depkes RI 2013) Menurut Hendrik L Blum dalam Notoatmodjo (2005) ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu : faktor lingkungan, faktor prilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Buruknya keadaan lingkungan tidak terlepas dari perilaku hidup masyarakat yang tidak sehat. Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga yang dicanangkan oleh Depkes RI dalam perilaku hidup bersih dan sehat dibidang lingkungan adalah agar masyarakat memiliki akses dan menggunakan jamban. Kondisi sehat ini dapat dicapai bila masrakat mengubah prilaku dari yang tidak sehat menjadi prilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.

3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) Tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman (Depkes RI, 2010 ). Sementara itu ketersediaan jamban keluarga atau rumah tangga ini dikatakan sehat bila keluarga memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik tank atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. (Depkes RI, 2010) Praktik buang air besar sembarangan diakibatkan oleh tingkat sosial ekonomi rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan kurang, dan kebiasaan buruk yang diturunkan dari generasi ke generasi. Praktik buang air besar sembarangan dapat dikategorikan sebagai pencemaran lingkungan yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya sehingga agen penyakit mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan penyakit bahkan menjadi sumber infeksi.(depkes RI, 2010)

4 Pencapaian Indonesia Sehat 2010, salah satunya adalah perwujudan kondisi sanitasi dasar yang kuat dimana akses terhadap jamban untuk daerah perkotaan 88,50% sedangkan daerah pedesaan 64,11%, di Indonesia 40% rumah tangga belum memiliki jamban sehat. Program penyediaaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman bertujuan untuk mewujudkan kondisi kesehatan lingkungan yang mampu menjamin derajat kesehatan yang optimal dengan sasaran utama ditujukan untuk golongan masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terhadap penularan penyakit dan gangguan kesehatan akibat rendahnya mutu lingkungan. Sanitasi lingkungan di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Sumatera Barat pada khususnya masih belum mencapai kondisi sanitasi yang memadai. Kebutuhan sanitasi dasar belum tercapai seperti pembangunan tempat pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat bahwa tahun 2009 menunjukkan hanya 42,65% rumah tangga di Sumatera Barat yang memiliki tempat pembuangan tinja sendiri, sebanyak 14,67% untuk bersama dan sebanyak 9,93% yang umum. Jadi masih ada 32,75% tidak memiliki fasilitas buang air besar, sehingga dapat dikatakan bahwa cakupan jamban untuk Propinsi Sumatera Barat tahun 2009 baru mencapai 67,25% dan pada tahun 2013 hanya mencapai 57,80%, masih dibawah target nasional dan 39,45% masih menumpang. Padahal cakupan jamban harus mencapai 100% atau semua masyarakat harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dirumah.

5 Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 secara nasional rumah tangga yang mempunyai dan menggunakan fasilitas BAB sendiri baru 69,7% dan masih ada 15,6% rumah tangga yang tidak memiliki dan menggunakan fasilitas BAB. Sementara rumah tangga yang berada di pedesaan yang menggunakan fasilitas BAB sendiri baru mencapai 59% dan masih ada 25,5 % rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas BAB. Sedangkan Sumatera Barat rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB sendiri baru 57,5% dan masih ada 25,3% lagi rumah tangga yang tidak memiliki dan menggunakan fasilitas BAB. Rumah tangga yang memiliki tempat pembuangan tinja layak sesuai MDGs di sumatera Barat hanya 41,5%. Ini menunjukkan masih sangat rendahnya kepemilikan dan penggunaan fasilitas BAB dan tempat pembuangan tinja yang layak di Sumatera Barat. (Riskesdas 2010). Sesuai dengan data Kabupaten Lima puluh Kota jumlah penduduk yang sudah memiliki jamban pribadi baru 50,5 % dan masyarakat yang belum menggunakan jamban pribadi sebanyak 49,5%, yang menggunakan MCK umum baru 9,9 %, yang masih BAB sembarangan sebanyak 34,6 %, Selanjutnya yang masih BAB ke sungai atau danau sebanyak 9,9%, sedangkan yang BAB ke parit sebanyak 1,3 %, yang menggunakan lubang sebanyak 2,3 %, dan yang BAB ke kebun sebanyak 7%.( Buku putih sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012) Gambaran keadaan jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2013 dari 88.257 rumah yang diperiksa yang memiliki jamban terdapat sekitar 14.265 rumah atau 14,0 %. Berdasarkan data STBM Tahun 2014

cakupan akses Jamban baru mencapai 55,93 %. (Dinkes Lima Puluh Kota, 2014). Sesuai dengan Data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013 akses Jamban Sehat dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1. Akses Jamban Sehat Per Kecamatan Di Kabupaten Lima Puluh Kota No Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kel Jumlah KK Akses Jamban Sehat 1 Pangkalan Koto Baru 6 7290 63,59% 2 Guguak 5 9482 75,34% 3 Payakumbuh 7 8202 67,43% 4 Gunung Omeh 3 3731 59,37% 5 Situjuah Limo Nagari 5 5684 60,80% 6 Bukit Barisan 5 6700 66,69% 7 Kapur IX 7 7692 57,68% 8 Lareh Sago Halaban 8 9677 54,24% 9 Mungka 5 6622 44,64% 10 Akabiluru 7 6140 44,76% 11 Harau 11 12667 50,56% 12 Suliki 6 4338 41,07% 13 Luak 4 6741 35,15% Sumber: Laporan LB-1 STBM Kabupaten Lima Puluh Kota Berdasrkan tabel diatas dapat diketahui bahwa akses jamban sehat di Kabupaten Lima Puluh Kota rata-rata masih sangat rendah. Dari 13 6

7 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota Kecamatan Luak memiliki akses jamban paling rendah yaitu 35,15% dan yang memiliki akses terhadap jamban sehat yang tertinggi adalah kecamatan Guguak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh idrios (2012) di Jorong Suayan Randah Kecamatan Akabiluru tahun 2012 yang tidak menggunakan jamban sehat yaitu sebesar 45 KK (47,4%). Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Willya Efandari (2011) bahwa dari hasil penelitian diketahui masyarakat yang memiliki jamban di wilayah kerja Puskesmas Pakan Rabaa hanya 58% dan yang memanfaatkan jamban baru 45,6%. Menyikapi permasalahan sanitasi tersebut terutama mengenai kepemilikan jamban yang memenuhi syarat kesehatan maka, Dinas Kesehatan bersama pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota membuat sebuah program yang tujuan utamanya adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap akses pembuangan Air Besar yang memnuhi syarat kesehatan. Program ini dinamakan gerakan seribu jamban yang diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu di daerah dengan tingkat diare yang tinggi dan cakupan pemakaian jamban yang masih rendah. Dari 13 Kecamatan yang ada yang bantuan diberikan kepada 22 Puskesmas melalui 2 tahap, namun pada tahun anggaran 2013 hanya 21 Puskesmas yang mau menerima dengan rincian sesuai tabel dibawah ini:

8 Tabel 1.2 Penerima Hibah Closet Tahun 2013 No Puskesmas Penerima Jumlah 1 Puskesmas Batu Ampa 88 2 Puskesmas Dangung-Dangung 45 3 Puskesmas Halaban 45 4 Puskesmas Koto Baru 45 5 Puskesmas Mungka 45 6 Puskesmas Mungo 45 7 Puskesmas Padang Kandis 45 8 Puskesmas Pakan Rabaa 45 9 Puskesmas Situjuh 45 10 Puskesmas Suliki 45 11 Puskesmas Taram 90 12 Puskesmas Tanjung Pati 45 13 Puskesmas Piladang 45 14 Puskesmas Baruh Gunung 43 15 Puskesmas banja Laweh 45 16 Puskesmas Gunung Malintang 45 17 Puskesmas Koto Tinggi 45 18 Puskesmas Muaro Paiti 45 19 Puskesmas Maek 45 20 Puskesmas Pangkalan 45 21 Puskesmas Sialang 45

9 Tabel 1.3 Penetapan Penerima Hibah Berupa Closet Pada Kegiatan Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014 NO NAMA KELOMPOK ALAMAT JUMLAH 1 2 3 5 1. Kelompok Dasa Wisma Jorong Padang Rantang Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau Jorong Padang Rantang Kanagarian Koto Tuo Kecamatan Harau 193 2. Jorong Peduli Lingkungan Sehat (JP Lise) Gerakan Seribu Jamban Jorong Balai Talang Nagari Guguak VIII Koto 3. Jorong Peduli Lingkungan Sehat (JPLiSe) Gerakan Seribu Jamban Jorong Taratak Nagari Kubang 4. Kelompok Dasa Wisma 5. Kelompok Dasa Wisma 6. Kelompok Dasa Wisma 7. Kelompok Dasa Wisma 8. Kelompok Dasa Wisma 9. Kelompok Dasa Wisma 10. Kelompok Dasa Wisma 11. Kelompok Dasa Wisma 12. Kelompok Dasa Wisma 13. Kelompok Dasa Wisma 14. Kelompok Dasa Wisma 15. Kelompok Dasa Wisma 16. Kelompok Dasa Wisma Jorong Balai Talang Nagari Guguak VIII Koto Jorong Taratak Nagari Kubang 45 107

10 17. Kelompok Dasa Wisma 18. Kelompok Dasa Wisma 19. Kelompok Dasa Wisma 20. Forum Komunikasi Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) Mawar Berbasis Kelompok Pengajian Jorong Apar 20. Kelompok Jorong Peduli Lingkungan Sehat Sebagai Penerima Bantuan Kegiatan 1000 Jamban Tahun 2014 Berupa Kloset dari Dana APBD Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun Anggaran 2014 20. Dasawisma yang mendapatkan bantuan kloset dari Dinas Kesehatann Kabupaten Lima PuluhKota Tahun 2014 Nagari Sungai Naniang 50 Nagari Situjuah gadang 25 Nagari Tungkar 47 Survey dilakukan pada salah satu Puskesmas yaitu wilayah kerja Puskesmas Taram, yang mana dari 90 closet yang telah dibagikan kepada masyarakat di nagari Batu balang baru 45 yang terpasang. Begitu juga dengan wilayah kerja Puskesmas Batu Ampa dari 88 Closet yang dibagikan hanya 50 KK yang terpicu untuk memasang. Hasil wawancara, pada saat melakukan studi pendahuluan dengan tenaga Kesling di salah satu Puskesmas Kabupaten Lima Puluh kota, diketahui bahwa pelaksanaan program seribu jamban sudah merupakan salah satu upaya dinas kesehatan dan pemerintah daerah untuk meningkatkan

11 derajat kesehatan terutama untuk perbaikan perilaku masyarakat sehingga mempunyai dan memanfaatkan akses terhadap jamban sehat. Pembagian jamban yang dilakukan oleh puskesmas ternyata tidak semua masyarakat merespon dan menerima dengan baik. Dari jamban yang dibagikan ke masing-masing jorong baru dipasang 56% jamban dan itupun masih sangat sederhana dan pembuangan tinja masih ke kolam dan sebagian ada lobang tinja tanpa pipa hawa.hal ini disebabkan oleh bantuan hanya berupa closed dengan anggaran dana 35.000/KK sedangkan dana pendamping untuk membangun jamban lebih besar. Setelah dilakukan wawancara kepada 10 orang KK yang mendapat closet gratis di wilayah kerja Puskesmas Taram dari Program gerakan seribu jamban yang menjadi penyebab tidak dibangunnya jamban karena tidak ada biaya untuk pemasangan dan membuat septiktank, 4 orang KK menyatakan bahwa mereka mempunyai kolam ikan, sehingga mereka menggunakan kolam untuk tempat BAB. Walaupun telah dibangun jamban namun tidak ada dimonitoring oleh pihak Puskesmas. Sementara 6 orang KK lainnya menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai sumur pribadi sebagai sumber Air untuk menggelontor tapi mereka menggunakan MCK umum seperti sumur Mushalla dan mesjid. Gambaran keadaan penduduk yang tidak mampu atau miskin di Kabupaten Lima Puluh Kota yang terbanyak adalah Kecamatan Harau yaitu 3.345 KK dengan jumlah penduduk 48.060 dan jumlah KK miskin terkecil di Kecamatan Suliki sebanyak 1.201 KK dengan total penduduk 14.702 jiwa. Data mengenai keadaan penduduk miskin di Kabupaten Lima Puluh Kota

12 menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.4 Jumlah penduduk Miskin per kecamatan tahun 2012 No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Payakumbuh 2.436 2 Akabiluru 2.074 3 Luak 2.054 4 Lareh Sago Halaban 3.120 5 Situjuah Limo Nagari 1.610 6 Harau 3.345 7 Guguak 1.923 8 Mungka 1.407 9 Suliki 1.201 10 Bukik Barisan 3.036 11 Gunuang Omeh 1.411 12 Kapur IX 2.042 13 Pangkalan Koto Baru 1.785 Jumlah 27.444 Sesuai dengan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah dan hal inilah salah satu faktor penghambat jalannya program seribu jamban dimana dana pembangunan dibebankan dari swadaya masyarakat yang tingkat ekonominya rendah. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program gerakan seribu jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaiamana analisis terhadap pemanfaatan program gerakan seribu jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota.

13 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis pemanfaatan Program Gerakan Seribu Jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota. 1.3.2 Tujuan Khusus Kualitatif a. Diketahuinya informasi tentang input (kebijakan, dana, SDM, dan sarana) dari pelaksaanaan program seribu jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota. b. Diketahuinya informasi tentang proses (Sosialisasi, peningkatan partisipasi masyarakat, pembangunan Jamban, Pengawasan dan Evaluasi) di Kabupaten Lima Puluh Kota. c. Diketahuinya informasi tentang output (pembangunan dan pemanfaatan jamban oleh masyarakat) di Kabupaten Lima Puluh Kota. d. Diketahuinya informasi tentang outcome(menurunnya angka kesakitan Diare) 1.3.3.Tujuan Khusus Kuantitatif 1) Diketahuinya distribusi frekuensi pemanfaatan jamban. 2) Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan, lingkungan fisik, tindakan masyarakat dan peran tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan gerakan seribu jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota.

14 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sebagai masukan bagi stake holder terkait di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menetapkan kebijakan dalam upaya perbaikan sanitasi dasar masyarakat (kepemilikan Jamban Keluarga) 1.4.2 Sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota dalam melakukan intervensi dini terhadap masalah sanitasi dasar (jamban). 1.4.3 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tolak ukur dan dapat digunakan oleh Seksi kesehatan Lingkungan dan Puskesmas sebagai data awal untuk menentukan atau menyusun program terkait dalam upaya peningkatan akses dan ketersediaan serta pemanfaatan fasilitas BAB memenuhi syarat. 1.4.4 Sebagai masukan bagi masyarakat dan pemerintahan nagari agar mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama penggunaan jamban sehat dalam upaya pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan. 1.4.5 Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian selanjutnya tentang Jamban.

15