BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jual-Beli dalam perkara perdata diatur di Buku ke III Kitab Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. perlindungannya sebagai bagian dari seni terpakai (applied art) sehingga di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL/ STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP)

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

KEJURUSITAAN PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

P U T U S A N. Nomor : 07/Pdt.G/2010/MS-Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. usaha dalam penegakan hukum dalam masyarakat lewat peradilan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

KLINIS HUKUM BIDANG PERDATA (ACARA PERDATA ) BAGIAN I MUHAMMAD NUH, SH. Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara BAB I PENDAHULUAN

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. batasan mengenai anak sah, yaitu dalam pasal 42 disebut bahwa anak

Transkripsi:

TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN (CONSERVEER) BARANG BERGERAK DAN BARANG TIDAK BERGERAK MILIK PIHAK TERGUGAT SEBAGAI BARANG SITAAN OLEH PENGADILAN NEGERI SEBAGAI UPAYA MENJAMIN TUNTUTAN PENGGUGAT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: BENI DHARYANTO C. 100 020 091 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai penyimpanan (conserveer) di dalam penyelesaian suatu perkara perdata, tentunya terlebih dahulu dibicarakan atau diuraikan tentang penyitaan-penyitaan harus diuraikan terlebih dahulu karena dalam suatu penyelesaian perkara perdata sebelum perkara tersebut mendapat putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap oleh pengadilan, maka untuk melindungi hak-hak para pihak yang berperkara maka barang yang menjadi sengketa terlebih dahulu disita dan disimpan di tempat penyimpanan barang di pengadilan, jika ada suatu penyitaan maka tidak ada pula penyimpanan (conserveer) terhadap barang yang menjadi sengketa 1. Dari ketentuan di atas, maka jika dilihat terjadi suatu hubungan antara penyimpanan (conserveer) dengan penyitaan, penyimpanan suatu barang (conserveer) dapat dilakukan setelah adanya suatu penyitaan. Penyitaan ini tentunya setelah adanya surat perintah penyitaan yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri yang tujuannya adalah untuk menjamin tuntutan penggugat dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, setelah penyitaan terjadi barulah barang-barang obyek sengketa disimpan di tempat yang telah disetujui oleh para pihak atau telah ditentukan oleh pengadilan. 1 Hanef Harahap, Conserveer terhadap barang jaminan melalui penyitaan, Citra Aditya Bakti. Jakarta. 2001. 1

2 Penyitaan yang dilakukan oleh pengadilan terhadap barang yang menjadi obyek sengketa di dalam penyelesaian suatu perkara perdata lazim atau sering disebut dengan sita jaminan. Lantas kemudian apakah yang dimaksud dengan sita jaminan disini. Yang dimaksud dengan sita jaminan adalah penyitaan (beslaag) yang dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri terhadap barang-barang milik pihak tergugat maupun penggugat, sebagai upaya untuk menjamin tuntutan penggugat. Diadakannya sita jaminan dimaksudkan agar tuntutan penggugat setelah dikabulkan oleh putusan hakim dapat dilaksanakan tuntutan penggugat yang tidak dapat dilaksanakan merupakan tuntutan yang sia-sia yang hanya akan menghabiskan biaya dan tenaga dengan percuma. Selain itu dengan tersedianya upaya hukum bagi pihak lawan yang diputus kalah akan memperpanjang dan memperlambat pelaksanaan putusan sehingga perlu suatu jaminan bagi penggugat bahwa selama proses pemeriksaan berlangsung, tergugat tidak mengalihkan harta bendanya kepada orang lain. Penyitaan dilaksanakan oleh panitera atau penitera pengganti atas perintah ketua pengadilan negeri (hakim yang memeriksa perkara perdata) dengan bantuan dua orang saksi. Kemudian dibuat berita acara penyitaan yang harus diberitahukan isinya kepada yang yang barangnya disita. Penyitaan dapat dilakukan baik terhadap barang bergerak atau barang tidak bergerak kecuali terhadap hewan atau alat-alat yang digunakan untuk mencari nafkah, mengenai status barang yang disita, harus tetap pada orang dimana barang itu

3 disita, disimpan di suatu tempat tertentu, misalnya di pengadilan negeri (Pasal 197 HIR). Barang tidak bergerak yang disita, berita acaranya harus diumumkan dan dicatat oleh kepala desa, kemudian salinan berita acara didaftarkan di kantor pendaftaran tanah dan disimpan sebagai arsip di Pengadilan Negeri (Pasal 198 HIR). Menurut Pasal 201 HIR terhadap barang bergerak maupun tidak bergerak tidak dapat diadakan sita rangkap terhadap barang yang sama. Sejak penyitaan dilaksnakan maka pihak yang barangnya disita tidak boleh lagi memindahkan atau menyewakan barang yang disita tersebut (Pasa 199 HIR). Pelanggaran terhadap ketentuan ini diancam oleh pasal 231 dan 232 KUHP. Menurut pasal 227 HIR sita jaminan dapat dimohonkan setiap saat sebelum putusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan mengajukan surat permohonan penyitaan di dalam praktek pada umumnya permohonan sita jaminan diajukan sebelum sidang bersama-sama surat gugatan. Oleh karena sita jaminan dapat dimohonkan sebelum putusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap, maka permohonan sita jaminan juga dapat dimohonkan jika sengketa perdata sudah dimohonkan banding di pengadilan Negeri yang bersangkutan. Kalau dipandang beralasan maka hakim tinggi memerintahkan penyitaan dilaksanakan dengan bantuan ketua pengadilan negeri tersebut 2. 2 Ibid, hal 37

4 Dari uraian tentang penyitaan atau sita jaminan di atas kiranya senada dengan apa yang terjadi di Pengadilan Negeri Klaten tentang penyelesaian sengketa hutang piutang, dimana kiranya pihak yang berhutang (tergugat) berusaha untuk menggelapkan atau mengangkut barang-barang miliknya atau berusaha menjauhkan barang-barang yang menjadi jaminan hutang dari pihak yang menghutangkan (penggugat), yang kemudian penggugat membuat surat gugatan dan surat permohonan sita jaminan kepada ketua pengadilan negerii Klaten. Sebelum perkara tersebut diperiksa dan diselesaikan di Pengadilan Negeri Klaten yang pada akhirnya permohonan tersebut dikabulkan dan sita jaminan tersebut dilakukan dengan conservatoir (conservatoir besllag) terhadap barang-barang milik pihak tergugat karena barang tersebut berupa barang-barang bergerak dan tidak bergerak. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana penyitaan itu dilakukan dan setelah barang-barang tersebut disita kemudian disimpan (conserver) dimana untuk menjamin tuntutan penggugat, maka penulis mengambil suatu judul skripsi TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN (CONSERVEER) BARANG BERGERAK DAN BARANG TIDAK BERGERAK MILIK PIHAK TERGUGAT DENGAN CARA PENYITAAN OLEH PENGADILAN NEGERI SEBAGAI UPAYA MENJAMIN TUNTUTAN PENGGUGAT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten).

5 B. Rumusan Masalah Dalam penulisan ini maka penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu: 1. Bagaimana prosedur atau tata cara permohonan dan pelaksanaan sita jaminan yang dilakukan oleh penggugat di pengadilan negeri? 2. Kendala-kendala apa saja yang sering terjadi dalam penyitaan tersebut? 3. Akibat hukum setelah terjadi penyitaan barang-barang tersebut di Pengadilan Negeri? C. Tujuan Penelitian Dalam penulisan ini penulis mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Penulis ingin mengetahui prosedur atau tata cara permohonan dan pelaksanaan sita jaminan yang dilakukan oleh penggugat di pengadilan negeri. 2. Penulis ingin mengetahui kendala-kendala apa saja yang sering terjadi dalam penyitaan tersebut. 3. Penulis ingin mengetahui akibat hukum setelah terjadi penyitaan barangbarang tersebut di Pengadilan Negeri.

6 D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penulisan ini, penulis harapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan guna mengembangkan hukum, khususnya hukum acara perdata. 2. Bagi Masyarakat Dengan adanya penulisan ini, penulis harapkan hasil penelitian dapat digunakan oleh masyarakat khususnya masyarakat yang mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. 3. Bagi Penulis Dengan adanya penulisan ini penulis harapkan dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau yang akan dihadapi khususnya mengenai penyimpanan (conserver) terhadap barang bergerak atau tidak bergerak sebagai barang sitaan di Pengadilan Negeri. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yang mempunyai maksud untuk menungkapkan legalitas hukum berupa aturan-aturan hukum, aspek hukum terhadap penyimpanan (conserveer) barang bergerak dan tidak bergerak dengan cara penyitaan oleh pengadilan negeri. 1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif karena penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh dan sistematik tentang keputusan yang berkaitan

7 dengan penyimpangan (conserveer) barang bergerak dan barang tidak bergerak dengan cara penyitaan oleh pengadilan negeri. 2. Bahan Penelitian a. Penelitian kepustakaan Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa bahan hukum. Dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari: a) Kitab undang-undang hukum perdata b) Het Herzeine Indonesia Reglement (HIR) c) Yurisprodensi d) UU No. 4 Tahun 2004 2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer terdiri dari: a) Buku-buku yang membahas tentang alat sita jaminan b) Bahan-bahan hukum yang membahas tentang penyimpanan (conserveer) barang bergerak dan barang tidak bergerak melalui penyitaan yang dilakukan pengadilan negeri. 3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu kamus hukum.

8 b. Penelitian lapangan 1) Lokasi penelitian Penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Klaten. 2) Subyek penelitian a) Ketua Pengadilan Negeri Klaten. b) Hakim yang memeriksa perkara c) Juru sita, panitera pengadilan negeri klaten c. Metode pengumpulan data 1) Penelitian kepustakaan Penulis mencari, menyusun dan mempelajari ketiga bahan hukum di atas. 2) Penelitian lapangan a) Pengamatan (observasi) Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung dan mencatat secara sistematis data-data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Adapun pengamatan ini penulis lakukan pada obyek penelitian yaitu di Pengadilan Negeri Klaten. b) Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden. c) Questioner Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara tidak langsung atau tertulis dengan responden.

9 3. Metode Penelitian Dalam penulisan ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis sosiologis yaitu suatu metode pendekatan untuk mengungkapkan tentang bentuk penyimpanan atau conserveer yang terjadi di Pengadilan Negeri Klaten. 4. Analisa data Metode analisa data yang sesuai dengan jenis penelitian deskriptif adalah dengan menggunakan analisa dara secara kwalitatif yaitu analisa data yang mengungkapkan dan mengambil kebenaran yang diperoleh dari kepustakaan, peraturan-peraturan, yurisprodensi dan literer yang ada hubungannya dengan penyimpanan (conserveer) barang bergerak dan barang tidak bergerak melalui penyitaan, yuris prudensi, dipadukan dengan pendapat responden di lapangan, dianalisa secara kwalitatif, yaitu tentang masalah penyimpanan (conserver) barang bergerak dan barang tidak bergerak melalui penyitaan dan dicari pemecahannya, kemudian disimpulkan dalam masalah-masalah yang umum, hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan untuk menjawab permaslahan yang ada. F. Sistematika Skripsi Didalam penelitian ini penulis membaginya dalam empat (4) bab, yang masing-masing bab akan dibagi kedalam sub bab-sub bab. Adapun keempat bab tersebut adalah sebagai berikut:

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian barang bergerak dan tidak bergerak B. Pengertian tentang penyimpanan barang-barang bergerak dan tidak bergerak milik tergugat. C. Pihak yang menyimpan barang bergerak milik tergugat yang disita. D. Pihak yang menyimpan barang tidak bergerak milik tergugat yang disita E. Pengertian barang bergerak dan tidak bergerak sebagai barang sitaan. F. Pengertian upaya menjamin tuntutan penggugat. G. Prosedur mengajukannya barang tergugat tersebut untuk disita oleh pengadilan. H. Pihak-pihak yang bertugas menyimpan barang tergugat. I. Pihak yang bertanggung jawab menyimpan barang tersebut. J. Akibat hukum terhadap barang-barang tergugat yang disita.

11 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Prosedur dan tata cara permohonan sita jaminan yang dilakukan oleh penggugat di pengadilan negeri. 2. Kendala-kendala yang sering terjadi dalam penyitaan tersebut. 3. Akibat hukum setelah terjadi penyitaan barang-barang tersebut di pengadilan negeri. B. Hasil Penelitian 1. Prosedur dan tata cara permohonan sita jaminan yang dilakukan oleh penggugat di pengadilan negeri. 2. Kendala-kendala yang sering terjadi dalam penyitaan tersebut. 3. Akibat hukum setelah terjadi penyitaan barang-barang tersebut di pengadilan negeri. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA